Jurnalis Independen: Nahdlatul Ulama (NU) menilai, ada
sesuatu yang tidak lazim dalam peristiwa pembakaran pesantren Syiah di
Sampang, Madura, Jawa Timur. Ketua PBNU itu seolah ingin mengatakan bahwa ada perekayasa yang ingin agar ummat islam di Indonesia saling berperang sesama muslim.
"Kalau saya yang mengatakan, nanti dikatakan fitnah."
Sebab, selama ini, penganut Sunni dan Syiah di Madura tidak pernah bermasalah. Mereka selalu hidup damai dan berdampingan serta saling menghormati.
Ketua Umum Pengurus Besar NU, Said Aqil Siroj, menduga ada semacam upaya rekayasa atas insiden yang terjadi pada Kamis lalu itu. "Ada pihak-pihak yang ingin merusak suasana damai di Indonesia," katanya melalui pesan singkat, Sabtu 31 Desember 2011, malam.
Namun, ia menolak membeberkan identitas pihak-pihak yang disebutnya ingin merusak suasana damai di Indonesia itu. "Kalau saya yang mengatakan, nanti dikatakan fitnah. Tapi, kalau saya saja sudah tahu, polisi dan pemerintah harusnya lebih tahu."
Said mengaku melihat satu indikasi dari latar belakang aksi pembakaran pesantren tersebut. Bermula dari perselisihan hubungan keluarga, tiba-tiba saja melebar menjadi perselisihan keyakinan: Sunni dengan Syiah.
"Artinya jelas, [perkara] Sunni dan Syiah hanya dijadikan alat seolah-olah memang ada permusuhan. Padahal tidak, mereka dari dulu sampai sekarang hidup damai-berdampingan," papar Said.
NU, imbuhnya, mengimbau semua pihak bisa menahan diri. Bukan semata agar masalah tidak makin keruh, tetapi juga untuk selalu waspada dan hati-hati. Sebab, lanjut Said, pihak-pihak yang merekayasa itu akan selalu melancarkan provokasi supaya konflik terus terjadi, bukan tidak mungkin peristiwa serupa kembali terjadi di kemudian hari.
Aparat kepolisian, menurut dia, wajib bekerja lebih keras untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak hanya menangkap dan mengadili pelaku-pelakunya, tetapi juga mencegah peristiwa serupa terulang kembali di masa mendatang.(viv/mnt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar