Jurnalis Independen: Pejabat Deplu AS mengatakan seperempat
penduduk dunia Muslim, sehingga pemerintah AS perlu berbuat lebih banyak
untuk membangun hubungan komunikasi.
Farah Pandith mengatakan berbagai hal berubah secara dramatis pada
tanggal 11 September 2001, bukan hanya bagi warga Amerika, tetapi juga
untuk masyarakat Islam.
“Setiap hari sejak tanggal 12 September 2001, kita sering melihat kata Islam atau Muslim di halaman depan surat kabar. Tidak pernah dalam sejarah hal seperti ini terjadi. Bagaimana hal itu membentuk seorang anak, yang beranjak dewasa pada usia 11, 12, 13 tahun? Apa yang akan terjadi pada mereka? Bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri dan bagaimana orang lain memandang mereka?” ujarnya.
Pandith berbicara demikian baru-baru ini pada Lembaga Kajian Strategi Internasional di Washington. Ia mengatakan Amerika berupaya menjangkau Muslim di bawah usia 30 tahun.
Lebih lanjut, ia mengatakan,“Jika kita lihat pada demografi Muslim di seluruh dunia, kebanyakan Muslim di dunia berusia di bawah 30. Di banyak negara jumlahnya lebih dari 62 persen, di sebagian tempat 75 persen, dan di sebagian tempat lainnya 80 persen.
Jika kita melihat kepada fakta, seperempat penduduk dunia Muslim. Jadi, kita perlu berbuat lebih banyak untuk membangun hubungan kita dan kemampuan kita untuk berkomunikasi. Lebih penting lagi, kemampuan kita untuk menyimak isu apa yang sedang terjadi.”
Dalam dua tahun terakhir, Pandith telah berkunjung ke 50 negara. Ia mengatakan satu tema yang berulang kali muncul pada mereka yang berusia di bawah 30 tahun adalah masalah jati diri.
“Apa maknanya menjadi Muslim di dunia tahun 2011? Apa bedanya antara modernitas dan Islam dalam pemikiran sebagian orang? Bagaimana menyeimbangkan budaya dan agama? Apa perbedaan antara budaya dan agama?” ungkapnya.
Ia mengatakan penting untuk memperluas percakapan mengenai jati diri dan cerita mengenai rasanya menjadi Muslim dan muda. Ia mengatakan ini harus datang dari Muslim sendiri, bukan pemerintah.
Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika itu mengatakan media sosial membantu meyakinkan suara mereka didengar.
Pandith mengatakan generasi muda Islam berhati-hati terhadap mereka yang berusaha mempengaruhi ke arah atau ideologi tertentu, apakah mereka Muslim atau bukan. Ia mengatakan kita tidak bisa menghormati Muslim di seluruh dunia jika kita beranggapan mereka semua sama dan bukan individu-individu.(joe/voa/mnt)
“Setiap hari sejak tanggal 12 September 2001, kita sering melihat kata Islam atau Muslim di halaman depan surat kabar. Tidak pernah dalam sejarah hal seperti ini terjadi. Bagaimana hal itu membentuk seorang anak, yang beranjak dewasa pada usia 11, 12, 13 tahun? Apa yang akan terjadi pada mereka? Bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri dan bagaimana orang lain memandang mereka?” ujarnya.
Pandith berbicara demikian baru-baru ini pada Lembaga Kajian Strategi Internasional di Washington. Ia mengatakan Amerika berupaya menjangkau Muslim di bawah usia 30 tahun.
Lebih lanjut, ia mengatakan,“Jika kita lihat pada demografi Muslim di seluruh dunia, kebanyakan Muslim di dunia berusia di bawah 30. Di banyak negara jumlahnya lebih dari 62 persen, di sebagian tempat 75 persen, dan di sebagian tempat lainnya 80 persen.
Jika kita melihat kepada fakta, seperempat penduduk dunia Muslim. Jadi, kita perlu berbuat lebih banyak untuk membangun hubungan kita dan kemampuan kita untuk berkomunikasi. Lebih penting lagi, kemampuan kita untuk menyimak isu apa yang sedang terjadi.”
Dalam dua tahun terakhir, Pandith telah berkunjung ke 50 negara. Ia mengatakan satu tema yang berulang kali muncul pada mereka yang berusia di bawah 30 tahun adalah masalah jati diri.
“Apa maknanya menjadi Muslim di dunia tahun 2011? Apa bedanya antara modernitas dan Islam dalam pemikiran sebagian orang? Bagaimana menyeimbangkan budaya dan agama? Apa perbedaan antara budaya dan agama?” ungkapnya.
Ia mengatakan penting untuk memperluas percakapan mengenai jati diri dan cerita mengenai rasanya menjadi Muslim dan muda. Ia mengatakan ini harus datang dari Muslim sendiri, bukan pemerintah.
Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika itu mengatakan media sosial membantu meyakinkan suara mereka didengar.
Pandith mengatakan generasi muda Islam berhati-hati terhadap mereka yang berusaha mempengaruhi ke arah atau ideologi tertentu, apakah mereka Muslim atau bukan. Ia mengatakan kita tidak bisa menghormati Muslim di seluruh dunia jika kita beranggapan mereka semua sama dan bukan individu-individu.(joe/voa/mnt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar