Minggu, 04 Desember 2011

Mesir Setelah Pemilu Menjadi Negara Islam Sejati?

Jurnalis Independen: Pemimpin reformis Mesir terkemuka hari Minggu kemarin (4/12) mengatakan aktivis pemuda liberal di balik pemberontakan di negara itu telah "hancur" dalam pemilihan parlemen yang didominasi oleh kubu Islamis dan menyatakan keprihatinannya akan kemungkinan munculnya elemen garis keras agama yang mendukung ide-ide ekstremis seperti melarang perempuan dari mengemudi.


Muhammad ElBaradei, seorang pemenang Hadiah Nobel dan calon presiden Mesir, mengatakan dia berharap Islamis moderat akan bisa mengendalikan para ekstremis dan mengirim pesan meyakinkan kepada dunia bahwa Mesir tidak akan menuju sebuah negara agama ultrakonservatif.

"Para pemuda merasa kecewa. Mereka tidak merasa bahwa tujuan-tujuan revolusi telah dicapai," kata ElBaradei kepada Associated Press dalam sebuah wawancara pada hari yang sama ketika pihak berwenang pemilihan umum mengumumkan bahwa partai-partai Islam menguasai mayoritas suara dalam putaran pertama pemilu pekan lalu. "Mereka hancur," katanya, menambahkan pemuda gagal untuk menyatukan diri.

Komisi Pemilihan Tinggi mengumumkan bahwa sayap politik Ikhwanul Muslim Partai Kebebasan dan Keadilan mengumpulkan 36,6 persen dari 9,7 juta suara yang valid. Partai An-Nur, yang mewakili kelompok Salafi mendapatkan 24,4 persen.

ElBaradei mengatakan, dia pikir kekuatan gabungan dari dua blok Islam memenangkan pemilu telah mengejutkan semua orang, bahkan mungkin partai pemenang pemilu itu sendiri.
"Hasilnya sejauh ini adalah bukan satu yang terbesar," katanya, menyimpulkan suasana elit berpendidikan negara itu serta rata-rata orang Mesir dipenuhi rasa kecemasan.(Emi/mnt)

Tidak ada komentar: