Oleh: Yoga Tri Priyanto
Jurnalis independen: Kejadian mati suri yang sudah
banyak melahirkan cerita selama ini memang cukup menjadikan misteri. Beberapa
orang di antaranya menyebutkan bahwa mati suri merupakan perjalanan yang
mungkin secara virtual ke sebuah terowongan cahaya.
Sudah banyak penelitian yang
berusaha mengungkapkan bagaimana mati suri ini terjadi dan apa penyebabnya.
Dari berbagai sumber yang
ditemukan, mati suri sebenarnya masih bisa dipecahkan menurut kacamata sains,
meskipun hal tersebut tidaklah sempurna.
Mati, merupakan berhentinya
fungsi ketiga organ vital manusia, yaitu jantung, paru-paru, dan otak. Jika
salah satu organ tersebut mati, maka hal tersebut kemungkinan juga dapat memicu
untuk mematikan dua organ lainnya. Apabila dua organ lainnya belum berhenti
berfungsi, maka manusia belum dikatakan mati Artinya, manusia disebut mati jika
ketiga organ itu benar-benar berhenti bekerja.
Dalam kasus mati suri, pengalaman
kebanyakan orang adalah berjalan melalui sebuah terowongan yang berujung
cahaya, atau berada di tempat indah, dan lain sebagainya. Mengapa bisa terjadi
seperti itu?
Itu adalah salah satu tanda
bagaimana mati suri dijelaskan. Pengalaman tersebut merupakan bukti bahwa
fungsi otak masih ada. Manusia masih bisa mengingat apa yang terjadi saat
mendekati kematian meski fungsi jantung atau paru-paru telah berhenti.
Saat manusia itu terbangun, maka
dia akan mengingat apa yang baru saja terjadi. Tentu saja pengalaman mati suri
untuk beberapa orang berbeda.
Itulah bagaimana mati suri
menurut sains yang selama ini ditemukan para peneliti. Penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Zalika Klemenc-Ketis dan rekan-rekannya menemukan satu-satunya
hal yang menyebabkan mengapa seseorang bisa mati suri.
Tim peneliti mempelajari sebanyak
52 pasien serangan jantung yang dirawat di 3 rumah sakit berbeda dalam kondisi
kritis. Uniknya, 11 di antaranya mengalami mati suri.
Para peneliti menemukan bahwa
saat mengalami serangan jantung, pasien juga mengalami gejolak oleh beberapa
gas di dalam darah. Diketahui, satu-satunya gas yang naik hanya pada mereka
yang mati suri adalah karbon dioksida.
Awalnya, tim peneliti ragu.
Mereka menghimpun data terkait jenis kelamin, usia, agama, waktu yang
diperlukan untuk menghidupkan, dan obat yang digunakan perawatan, semuanya
tidak berkorelasi nyata dengan perasaan mati suri. Sehingga tim menyimpulkan
karbon dioksida penyebabnya.
Hal ini didukung fakta kalau
orang yang menghirup terlalu banyak karbon dioksida, atau berada pada ketinggian
yang dapat meningkatkan konsentrasi karbon dioksida darah seperti pilot, juga
mengalami sensasi seperti mati suri.
Ini penemuan penting dalam
pemahaman kita tentang mati suri. Kita telah tahu kalau semua orang yang mati
suri memiliki konsentrasi karbon dioksida tinggi dalam darahnya. Tidak peduli
dia kiai atau ateis, tidak peduli mati karena kecelakaan atau penyakit. Semua
sama.
Tapi ada satu masalah. Saat
mengalami serangan jantung, semua orang memiliki konsentrasi karbon dioksida
yang tinggi di darahnya. Tapi hanya 10 persen saja yang mengalami mati suri.
Mati suri memang sedikit demi
sedikit mulai bisa dibuka dalam kacamata ilmiah atau sains. Meski belum
terpecahkan dengan sempurna, namun dapat diketahui bagaimana proses mati suri
itu bisa terjadi.
Selain itu, penyebab dasar yang
memicu mati suri juga sudah ditemukan dengan sains. Lantas apa efek bagi
orang-orang yang mengalami mati suri?
Mati suri sendiri bersifat
transformasional, yaitu mampu mengubah hampir seluruh pandangan hidup seseorang.
Bahkan yang selama ini sering terjadi adalah berkurangnya rasa takut, termasuk
takut pada kematian.
Bagi mereka yang memiliki
kesempatan hidup kedua melalui mati suri biasanya lebih pemberani, khususnya
pada hal-hal yang berbau mistis, gaib, dan supranatural. Sebab dirinya seperti
terdoktrin dari pengalamannya sendiri bahwa dia dapat melihat kematian dan
cenderung untuk merasa lebih tahu rasanya mati.
Kecenderungan inilah yang membuat
sebagian besar orang yang pernah mengalami mati suri menjadi pribadi yang
berbeda, bahkan 180 derajat dari sifat aslinya sebelum mengalami mati suri.
Setelah banyak riset yang
membuktikan mati suri dapat dinalar menurut sains mulai dari proses, penyebab,
serta efek yang ditimbulkan dari kejadian tersebut, kini sejarah atau awal mula
mati suri juga sudah terlihat.
Dikatakan dalam sebuah sejarah,
mati suri pertama kali diungkapkan Plato dalam karyanya, Republic, yang ditulis
360 SM, menceritakan tentang seorang prajurit bernama Er yang mengalami mati
suri setelah terbunuh di medan perang.
Er mengungkapkan bahwa jiwanya
meninggalkan tubuh, diadili bersama jiwa lainnya serta kemudian melihat surga.
Sejarah mengungkapkan bahwa orang pertama yang mengalami mati suri adalah Er.
Kemudian sebuah buku lain muncul
dengan genre senada, berjudul 'Life After Life', karya Dr. Raymond Moody, pada
tahun 1975. Saat itu, mati suri disebut dengan 'Near Death Experience' atau
disingkat NED. Sejak saat itu, perhatian publik mulai tersita dan perkembangan
isu NED mulai liar.@
1 komentar:
Posting Komentar