Kebajikan Selalu Menang
Jurnalis Independen: Pertempuran
berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi, dan karena ilmu hitam mempunyai
kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang hari Ibu Calonarang
akhirnya tidak kuat melawan Empu Bharadah.
Calonarang
terdesak dan siswanya banyak yang tewas dalam pertempuran melawan Empu Bharadah
dan Pasukan Balayuda Kediri. Mengetahui dirinya terdesak, Calonarang seperti
biasa segera menggelar kesaktian pengiwanya. Ia segera berubah wujud menjadi
seekor burung garuda berbulu emas, melesat ke udara, dan bersembunyi di balik
awan. Ketika itu, Empu Bharadah segera masuk ke dalam rumah Calonarang .
Didapatinya rumah Calonarang telah kosong, tak ada siapa-siapa. Pasukan
Balayuda Kediri mengurung rumah Calonarang.
Empu Bharadah
kemudian berteriak : “Hai kau Calonarang pengecut, di mana gerangan engkau
bersembunyi. Sudah berwujud apa engkau sekarang, aku akan hadapi. Aku
menantangmu, ayolah segera tunjukkan batang hidungmu”. Setelah berkata
demikian, tiba-tiba ada jawaban dari angkasa. Rupanya Calonarang sudah
bersembunyi dari tadi, tanpa sepengetahuan pasukan Kediri. Calonarang berkata :
“Hai kau Empu Bharadah, dimana bersembunyi rajamu. Mendengar ejekan si garuda
tersebut dari udara membuat Empu Bharadah menjadi naik darah. Segera Empu
Bharadah memerintahkan kepada Ki Kebo Wirang untuk membidikan senjata tersebut
ke arah si Garuda Calonarang. Namun ketika itu, Ki Kebo Wirang menjadi
kebingungan karena musuh yang akan dibidik tidak kelihatan. Hanya suaranya saja
yang berkoar-koar. Ditambah lagi dengan adanya kilat dan guntur yang
menggelegar di angkasa. Semakin menyulitkan untuk membidik si Garuda
Calonarang.
Menghadapi
situasi demikian, Empu Bharadah mencoba untuk memikirkan sebuah daya upaya.
Empu Bharadah kemudian memerintahkan kepada Ki Lembu Tal sebagai umpan, agar si
garuda mau keluar dari persembunyiannya. Ki Lembu Tal mencoba untuk mencari
tempat yang agak terbuka. Mereka menari-nari sambil mengibas-ngibaskan
senjatanya ke udara sebagai pertanda menantang. Ki Lembu Tal mengejek si garuda
: “Hai engkau Calonarang, kenapa engkau bersembunyi. Ayo turun, akan aku potong
lehermu, akan aku cincang engkau, bila perlu aku jadikan burung garuda
panggang. Hai kau Calonarang, kalau memang engkau sakti mengapa engkau
bersembunyi di tempat yang tinggi begitu. Kalau engkau mau, kau boleh hisap
pantatku”. Demikian ejekan Ki Lembu Tal yang tidak senonoh, sambil membuka
kainnya dan memperlihatkan pantatnya ke arah datangnya suara Calonarang.
Mendengar dan
melihat ejekan Ki Lembu Tal, menyebabkan Calonarang menjadi naik darah, dan
segera keluar dari persembunyiannya. Si garuda Calonarang dengan secepat kilat
terbang dan menyambar Ki Lembu Tal. Pada saat si garuda terbang menyambar Ki
Lembu Tal, ketika itu pula Empu Bharadah membidikkan senjata pusaka Jaga Satru
dan menembakkannya ke arah sang garuda. Si garuda jelmaan Calonarang tersebut
terkena tembakan senjata Jaga Satru dan jatuh tersungkur ke tanah. Segera si
garuda mengambil wujud kembali menjadi manusia sosok Calonarang. Ratu Leak
Calonarang yang sakti mandraguna tidak berdaya dengan kesaktian senjata pusaka
Jaga Satru Empu Bharadah. Semua pasukan Balayuda Kediri segera mendekati
Calonarang yang tidak berdaya dan kemudian Calonarang menghembuskan nafas
terakhir di Setra Ganda Mayu.
Dengan
meninggalnya Ibu Calonarang maka bencana gerubug (wabah) yang melanda Kerajaan
Kediri bisa teratasi.
Lokasi
Sebenarnya Desa Girah
Ternyata lokasi
sebenarnya dari calonarang adalah di Dusun Butuh, Desa Sukorejo, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Diperkuat setelah ditemukannya sebuah
situs yang diyakini sebagai situs Calonarang yaitu bekas sebuah rumah tempat
dimana calonarang pernah tinggal. Situs yang terletak ditengah perkebunan tebu
ini sudah sejak lama dirawat oleh penduduk setempat secara mandiri.
"Warga desa
kami sangat menghormati tempat ini. Dari dulu sampai sekarang kami secara
bergantian membersihkan batu-batu ini saat berangkat atau pulang dari
sawah," kata Wage, salah seorang warga yang sedang membersihkan situs
Calon Arang, Menurut dia, seharusnya tempat tersebut sudah waktunya mendapat
perhatian dari pemerintah. Karena selain memiliki nilai sejarah, jika tidak
diperhatikan bisa hilang dicuri orang.
"Meskipun
secara ikhlas warga turut menjaga dan merawat tempat ini, tapi bisa saja ada
orang yang tidak bertanggungjawab mencuri batu-batu ini. Apalagi lokasinya
lumayan jauh dari pemukiman," katanya. Di situs itu terdapat dua buah batu
yang merupakan ambang pintu dari bahan batu andesit. Ambang pintu pertama
berukuran, panjang 135 cm, lebar 56 cm dan tebal 29 cm. Ambang pintu kedua
berukuran: panjang 137 cm, lebar 38 cm dan tebal 23 cm. Keduanya dalam kondisi
baik. Pada sisi atas di sebelah akan dan kiri terdapat dua lobang segi empat
dan lingkaran. Kemungkinan ini dipakai tempat pilar penyangga semacam kusen
pintu.
Selain ambang
pintu terdapat 4 buah umpak dari bahan batu andesit yang rata-rata berukuran
sekitar: panjang bawah 50 cm, panjang atas 45 cm, lebar bawah 50 cm, lebar atas
45 cm dan tinggi sekitar 50 cm. Keempat umpak batu berbentuk prisma itu
diperkirakan merupakan pondasi penyangga empat sudut rumah. Juga terdapat dua
buah balok batu dari bahan batu andesit dengan ukuran, batu pertama: panjang 62
cm, lebar 40 cm dan tebal 17 cm. Batu kedua: panjang 67 cm, lebar 47 cm dan
tebal 18 cm.
J Sutjahjo Gani,
salah seorang budayawan Kota Kediri menjelaskan, tempat tersebut pernah
didatangi para ahli sejarah dan budayawan dari Pulau Dewata Bali. Kedatangan
mereka untuk membuktikan apakah ada keterkaitan antara situs tersebut dengan
dramatari kolosal Calon Arang yang selama ini diklaim sebagai hasil kesenian
asli Bali itu. "Situs Calon Arang pernah didatangi tim dari Bali dari
Yayasan Bapak Prof. DR. Wyn Mertha Suteja, SH, PhD. Rencananya di atas tanah di
mana situs Calon Arang berada dini akan dibangun semacam bangunan," kata
Soetjahjo Gani, yang bertahun-tahun menelusuri ikhwal Calon Arang.
Menurut Gani,
dengan kedatangan tim dari Bali itu, menunjukkan bahwa kalangan budayawan Bali
juga menyepakati bahwa tanah kampung halaman Calon Arang memang di Dusun Butuh,
Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Bahwa kemudian
peristiwa yang terjadi di Kediri ini menjadi inspirasi bagi para budayawan Bali
menciptakan dramatari Calon Arang yang terkenal di seluruh penjuru dunia.
"Harus diakui bahwa Calon Arang memang asli Kediri. Sudah waktunya sejarah
diluruskan dan tempat ini segera dirawat dengan layak agar tidak musnah,"
kata Gani
Dimanakah Kitab
Sihir Calon Arang sekarang berada? apakah sudah dihancurkan oleh Mpu Bharada?@selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar