Kini, buku karya Ma'mun Murod
Al-Barbasy itu beredar dan dijual secara bebas di jalan-jalan Ibu Kota Jakarta.
Berdasarkan pantauan pada Kamis
(5/9) siang, sejumlah pedagang menjual buku yang sempat menghebohkan dunia politik
di Tanah Air itu. Sejumlah pedagang menawarkan buku tersebut di Perempatan
Kuningan Jakarta Selatan.
Buku tersebut ditulis oleh orang
dekat Anas yang juga dipecat dari posisi di DPP Partai Demokrat tanpa
penjelasan apa pun bersamaan dengan lengsernya Anas Urbaningrum. Ma'mun Murod
dalam buku tersebut mengungkapkan, isi buku itu bersumber dari status-statusnya
yang ditulis di Facebook.
Menurut dia, pernyataannya dalam
status Facebook merupakan sesuatu yang diketahui langsung dari sumber
primernya. Ia juga memberi penjelasan dan latar belakang dibalik pernyataannya
di FB.
Semua pernyataan yang
mengomentari statusnya dalam FB juga dimuat secara utuh dalam buku
tersebut." Kebenaran status Facebook saya tak perlu diragukan," cetus
Ma'mun.
Buku itu juga dilengkapi dengan
foto-foto eksklusif Anas Urbaningrum yang belum banyak diketahui publik. Buku
tersebut diluncurkan pada 23 Agustus lalu dan langsung menjadi pusat perhatian
publik.
Namun, secara tiba-tiba buku itu
menghilang dari sejumlah toko buku. Ma'mun menyebut ada tekanan dari pihak
tertentu yang melarang buku tersebut beredar di sejumlah toko buku yang
ditulisnya.
Kini, publik bisa dengan mudah
membeli dan mendapatkan buku tersebut dari para penjual yang memasarkannya di
jalan-jalan Ibu Kota.
Buku
Dilarang Beredar
Buku karya Ma'mun Murod al
Barbasy yang berjudul "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas"
dilarang beredar di sejumlah toko buku besar.
Pengamat politik, Fadjroel
Rachman, melihat tidak ada pelarangan peredaran, melainkan kekhawatiran dari
toko buku menjual buku kontroversi itu.
"Kalau dilarang kayak
enggak. Toko buku itu ragu-ragu karena Anas ini kan tersangka kasus Hambalang,
yang ditulis itu fakta atau pembelaan diri. Jadi untuk jaga-jaga saja. Toko
buku mengukur juga akibatnya kalau menjual buku itu," tuturnya kepada
Okezone, Selasa (27/8/2013).
"Kalau Anas bukan tersangka
mungkin mereka lebih welcome," katanya.
Menurutnya, penulis buku atau
Anas tak perlu khawatir dengan dugaan adanya pelarangan buku tersebut.
Pasalnya, buku kontroversi itu ditunggu dan dicari oleh banyak orang.
"Buku itu nilai jualnya
besar, orang menunggu, bahkan saya saja mencari belum dapat. Judulnya saja
sudah luar biasa. Jadi tidak perlu dipersoalkan," katanya.
Selain itu, kata Fadjroel, tak
ada gunanya pihak toko buku takut untuk menjual buku tersebut. Pasalnya, saat
ini bukan lagi zaman Orde Baru, di mana buku-buku kontroversi bisa dilarang
peredarannya.
Dia mencontohkan buku karya
Pramoedya Ananta Toer yang pernah dilarang beredar, namun hingga kini buku
tersebut bisa ditemui di toko-toko buku besar. "Padahal buku itu katanya
mengandung paham komunis," ucapnya.
Oleh karena itu, Fadjroel
menyarankan pihak Anas tak perlu khawatir. "Buku ini kan belum dilarang
Kejaksaan. Ketakutan berlebihan enggak perlu," tuturnya.
Sebelumnya, Ma'mun menduga ada
perintah khusus yang melarang untuk menjual buku itu. "Buku 'Anas
Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas' diblokir Gramedia. Ada perintah khusus
enggak boleh jual. Cuma tidak tahu dari siapa," jelas Ma'mun kepada Okezone,
Senin 26 Agustus 2013.
Akibat larangan tersebut, buku
karya Ma'mun yang menceritakan tentang pelengseran Anas dari posisi Ketua Umum
Partai Demokrat saat ini sudah ditarik dari Toko Buku Gramedia. "Buku
ditarik kembali," jelas dia.
Ma'mun tidak mengetahui alasan
pelarangan buku tersebut beredar di Toko Gramedia. Sebab, pelarangan itu hanya
terjadi di sana. "Sementara Toko Buku Gunung Agung masih oke,"
pungkasnya.
Anas Urbaningrum Tumbal Politik
Cikeas
Buku "Anas Urbaningrum
Tumbal Politik Cikeas" disebut dilarang untuk diedarkan. Menurut Ma’mun
Murod Al-Barbasy, penulis buku itu, hal ini disebabkan karena adanya tekanan
dari pihak tertentu.
"Ada tekanan khusus agar
buku tersebut tidak diedarkan," kata Ma’mun kepada wartawan, Senin (26/8).
Hanya saja, Ma’mun mengaku tidak
tahu pihak yang memberikan tekanan khusus itu. "Tidak tahu. Mungkin mereka
yang tersinggung dengan isi buku tersebut," katanya.
Lebih lanjut ia tidak akan
mengambil tindakan apapun terkait pelarangan peredaran buku itu. Ma’mun
menyerahkannya kepada pihak penerbit. "Saya tidak akan mengambil langkah
apa-apa," kata loyalis Anas itu.
Menurutnya, pelarangan peredaran
buku "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas" merupakan cara lama di
mana karya intelektual diberangus. Padahal, lanjut dia, pihak yang tidak puas
dengan penerbitan buku itu bisa menempuh cara lain.
"Pertama, buat buku
tandingan untuk menyangkal isu buku tersebut. Kedua, mengajukan ke jalur hukum.
Apalagi kita adalah negara hukum. Gitu aja kok repot," ucapnya.
Penulis
Buku Anas Tumbal Cikeas Diteror Lewat Twitter
Yahudi sindrom. Penulis Buku Anas
Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas, Ma'mun Murod Al- Barbasy mendapatkan
ancaman. Ancaman yang biasa dilakukan kelompok yahudi ketika akan terbuka kedok
kejahatannya.
Ia diperingatkan melalui media
sosial lantaran dianggap membuat buku sensasional yang mengaitkan mantan Ketua
Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dengan menyinggung keluarga Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono.
Ada ancaman di twitter dan
facebook. Ada yang nyuruh, 'sebutin saja orang Anas, supaya teridentifikasi
jelas semua.' Ada yang bilang, 'awas hati-hati ya.' Kemudian bilang, 'ingat,
punya istri punya anak'," ujar Ma'mun saat itu.
Walau demikian, Ma'mun yang
menjabat Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat sebelum Anas
mengundurkan diri, merasa tidak khawatir akan keselamatannya, dan keluarganya.
"Ancaman seperti, ada lah
itu. Wajarlah itu," kata Ma'mun mantan aktifis Pemuda Muhammadiyah, dan
kini Universitas Muhammadiyah Jakarta.
"Apakah anda mendapatkan
ancaman fisik?" tanya Tribun.
Ma'mun menjawab, "Saya
berharap tidak ada, ya. Tapi saya tidak takut, kan saya punya segalanya."
"Maksudnya, segalanya?"
tanya Tribun.
"Ya, Tuhan...," kata
Ma'mun sambil terbahak.
"Ya hidup kan begini. Dan
bagi saya, ini pilihan. Publik harus tahu, bahwa ada politik-politik yang tidak
berbudaya, yang jauh dari kesantuanan. Kalau orang membaca tuntas, dan tahu
saya, tidak akan membantah. Apalagi orang-orang yang saya sebut itu, dia pasti
tidak akan membantah, maka dia tidak tahu. Tetapi kalau ada orang bayaran
disuruh memabantah, saya tidak tahu," kata dia.
Berdasarkan penulusuran
TRIBUNnews.com, kicauan Twitter yang difoto screen dan ditampilkan di Facebook
Mau'mun, tak lama setelah buku diluncurkan 23 Agustus, terdapat pemilik akun
Leo Jeriko. Ia menulis, "Ma'mun jangan buat sensasi, hati-hati
kamu..."
Kemudian dia berkiau lagi,
"Keluarin semua para loyalis Anas, biar bisa ditandain satu per
satu."
Anas
Sempat Keberatan Konflik dengan Cikeas Dibukukan
Penulis Buku Anas Urbaningrum
Tumbal Politik Cikeas, Ma'mun Murod Al- Barbasy, mengungkapkan waktu penulisan
buku Anas ini berlangsung sangat singkat. Tidak lama, sekitar satu bulanan.
"Sebenanya ini sambilan.
Awalnya semua dalam status facebook saya. Tapi ketika terbersit dalam pikrian
saya membuat buku, langsung saya buat saya buat penjelasan.
Setelah saya buat semua, saya
ngomong ke mas Anas. Saya bilang ini bagus untuk pendidikan politik
masyarakat," kata Ma'mun, kemarin.
Awalnya, Anas tidak merespons
keinginan Ma'mun menulis buku tentang masa lalu Anas yang bersinggungan dengan
keluarga Cikeas, Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Kristiani Herawati atau
Ani Yudhoyono, dan Kongres Partai Demorkat 2010 di Bandung.
"Mas anak bilang tidak
usahlah nulis buku segala. Nanti dikait-kaitkan sama saya. Pasti dibilang saya
mau balas dendam. Jadi tidak usah," kata Ma'mun mengutip Anas.
"Saya berusaha beri banyak
penjelasan, dan akhirnya Mas Anas berhasil saya luluhkan. Lalu dia bolehkan,
tapi dengans yarat dia minta harus lihat dulu bahannya dengan beberapa
tambahan," kata Ma'mun sembari memastikan isi yang termaktub dalam buku
tersebut benar adanya.
"Saya ini akademisi, jadi
semua hal harus ada bukti. Ketika ada yang saya kira sensitif saya bilang ke
Mas Anas, 'ini betul mas? Saya takut disebut fitnah. Ada buktinya?' Dan mas
Anas bilang betul."
Pembuatan buku berlangsung serba
cepat. Semula dijadwalkan diluncurkan bersamaan dengan hari ulang tahun Anas,
yang lahir di Blitar, Jawa Timur, 15 Juli 1969. Tapi saat itu, Anas keberatan
pelucnuran buku tersebut dikaitkan dengannya.
Malah saat ulang tahunnya, bulan
lalu, Anas bepergian jauh ke Kalimantan. Selain itu, tanggal tersebut juga
telah masuk bulan puasa. Sehingga Ma'mun dan timnay berpendapat tidak baik
meluncurkan buku pada saat itu, lalu diundur menjadi 23 Agustus 2013.
Isi
SMS Ani Yudhoyono ke Anas Urbaningrum
Buku karangan Ma'Mun Murod Al
Barbasy berjudul Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas menuai kontroversi.
Buku tersebut bahkan, dilarang beredar di sejumlah salah satu toko buku
terbesar di Indonesia.
Buku tersebut menyoroti
"dapur" partai Demokrat mulai dari proses terpilihnya Anas
Urbaningrum, ketersinggungan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika Anas
memutuskan untuk tetap maju sebagai calon ketua umum partai Demokrat, tarik
ulur naiknya Edhie Baskoro Yudhoyono sebagai Sekertaris Jenderal, serta upaya
bersih-bersih loyalis Anas dari partai berlambang Mercy tersebut. Buku itu
disebut-sebut membuat kuping kubu Cikeas merah, lantaran dalam satu bagian buku
itu, memuat Pesan Singkat (SMS) dari Ani Yudhoyono kepada Anas untuk menjegal
pencalonan Anas di Kongres Partai Demokrat tahun 2010. Apa isi SMS itu?
Ma'Mun menulis SMS Ani Yudhoyono
itu di bagian empat buku bertajuk "Anas dan Kegaduhan Politik". Pesan
singkat dari Ani Yudhoyono adalah reaksi atas surat terbuka yang dikirimkan
oleh Sahabat Anas Urbaningrum (SAU) kepada SBY sebelum pencalonan Anas menjadi
calon Ketua Umum Partai Demokrat.
"Anas kalau benar ada surat
terbuka seperti yang dimaksud, Pak SBY jadi heran, dan mengapa
orang-orang-orang itu diperlakukan Pak SBY seperti itu? Pak SBY merasa
suasananya seperti ketika pak SBY menghadapi pemilu 2004 dan 209 yl. Pak SBY
sangat kecewa, Pak SBY tak pernah melarang seseorang untuk maju, dan tak ada
yang boleh melarang pak SBY untuk punya pendapat. Surat terbuka seperti itu
menghancurkan Partai Demokrat ke depan. Siapa yang sesungguhnya yang tulus
mencintai PD?," tulis Ani Yudhoyono dalam pesan singkatnya, seperti
tertulis dalam buku Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas, yang dikutip
okezone, Kamis (29/8/2013).
SMS Ani Yudhoyono, dikirim,
karena Ani mendapat laporan dari "Intel"-nya tentang adanya pertemuan
membahas surat terbuka dari SAU. Berikut laporan intel Ani Yudhoyono.
"Bunda Ani Yth. Risih hati saya ketika membaca Surat terbuka buat bapak
dari kelompok Sahabat Anas Urbaningrum. Aneh rasanya, ketika mereka boleh
mendukung seseorang, namun, meminta keluarga pendiri, pemilik, yang membesarkan
partai untuk tetap netral. Seolah mereka ingin membiarkan ketika kunci dan
sopir kendaraan miliknya dipegang tetangga. Mohon maaf Bunda. Salam
hormat."
Mendengar laporan intel-nya itu,
Ani Yudhoyono pun geram. Dia mencari tahu surat terbuka yang dikirimkan SAU,
sebuah paguyuban yang dibentuk secara sukarela oleh mereka yang bersimpati
kepada Anas. SAU berisi loyalis Anas dari lintas agama, lintas generasi, lintas
gender dan lintas profesi.
Surat terbuka itu, kata Ma'Mun,
merupakan upaya SAU agar SBY tidak diperalat oleh para penjilat dan para
pencari muka yang ujung-ujungnya justru meyulitkan SBY. "SAU berharap SBY
sebagai pusering dunyo. Partai Demokrat bisa mengambil proporsional pada
kongres Bandung," tulis Ma'mun.
Inti dari Surat Terbuka SAU itu,
meminta agar SBY bisa bersikap netral dalam pemilihan ketua umum PD, pada 21-23
Mei 2010 di Bandung. Surat tertanggal 13 Mei 2010 itu, menyebutkan, sebelum
kongres mulai terjadi kompetisi tidak sehat. "Adanya klaim sebagian
kandidat tentang dukungan keluarga Cikeas dengan memainkan simbol-simbol Cikeas
untuk menekan arus bawah dan aspirasi pemilik suara (DPC) sungguh merupakan
tragedi politik bagi demokrasi kepartaian kita. Pengarahan dengan
mengatasnamakan Bapak yang dilakukan secara sistemik dan represif justru
membunuh persemaian demokrasi kepartaian kita bersama," demikian salah
satu bagian surat terbuka untuk Anas, yang meminta SBY agar bersikap netral
dalam pemilihan ketum.
Surat terbuka itu, ditulis untuk
mendorong Anas maju ke pemilihan ketua umum PD. Pasalnya Anas tidak
mengantongi, restu kubu Cikeas, Ani Yudhoyono dan SBY. Saat itu kubu Cikeas
mendukung calon lainnya, Andi Mallarangeng. Anas juga sudah diperingatkan untuk
tidak maju dalam pemilihan Ketua umum. Tapi Anas membangkang dan tetap maju.
Surat Terbuka itupun dinilai SBY
sebagai dukungan untuk Anas maju. SBY pun mengirimkan SMS kepada Anas terkait
Surat Terbuka pendukung Anas itu, yang dianggap SBY terlalu mendikte dan
mengajari dirinya. Berikur isi SMS SBY kepada Anas.
"Perihal "nasehat"
sahabat Anas terhadap saya tentang kenegarawanan untuk demokrasi, saya berusaha
untuk mencari tahu apa, siapa, dan mengapa. Orang setua saya tidak terlalu
sulit untuk mengetahuinya. Sewaktu saya seusia Anas, saya pun punya visi dan
idealisme yang tinggi, dan telah bersentuhan dengan dunia etika, politik, dan
demokrasi, baik di dalam maupun luar negeri. Saya tidak tega dan terlalu berani
untuk mengajari orang yang menuntun dan menyayangi saya. Semoga semua dituntun
untuk melihat diri sendiri, sebelum mengajari, mengkritik, mengajari dan
menyalahkan orang lain,"
Namun, upaya SBY untuk menjegal
pencalonan Anas gagal. Mantan ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) itupun
maju dan akhirnya menang. Anas mengalahkan Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie
yang dijagokan oleh Kubu Cikeas.
Meskipun Anas tidak mengantongi
restu SBY dan Ani Yudhoyono, ternyata Anas mengantongi restu mertua SBY, Ibu
Ageng (Istri Sarwo Edhie Wibowo). Sebelum kongres, Anas bersama tim suksesnya,
Ahmad Mubarok menemui ibunda Ani Yudhoyono tersebut.
Anas
Ungkap Ada Menteri Menjelekkan SBY
Buku Anas Urbaningrum Dalam
Sorotan Status Facebook Tumbal Politik Cikeas, karya Ma'mun Murod Al-Babasy,
mengungkap adanya rivalitas antara Susilo Bambang Yudhoyono dengan (SBY) Anas
terkait pemilihan Ketua DPD Partai Demokrat di daerah-daerah.
Ma'mun Murod mencontohkan
kemarahan SBY ketika Sinyo Hari Sarundajang, Gubernur Sulawesi Utara yang juga
Ketua DPD Sulawesi Utara Partai Demokrat, terjungkal dalam musyawarah daerah di
Hotel Peninsula, Manado, 6-7 April 2011.
SBY menghendaki Sarundajang
terpilih sebagai Ketua DPD Sulawesi Utara Partai Demokrat. Sarundajang mendapat
dukungan kuat dari DPP Partai Demokrat. Keinginan SBY tersebut disampaikan
kepada Anas melalui SMS.
"Sementara realitas di
bawah, DPC-DPC justru menyatakan penolakannya terhadap Sarundajang dan lebih
melirik Wali Kota Manado Vicky Lumentut. Melihat realitas politik saat itu,
Anas Urbaningrum mencoba bersikap demokratis dan proporsional, benar-benar
menyerahkan sepenuhnya kepada DPC-DPC," tulis Ma'mun Murod di halaman 200
bukunya.
Dalam pemilihan, Vicky Lumentut
memperoleh 11 suara sedang Sarundajang hanya 3 suara. Tak pelak, kemarahan SBY
pun meledak. "SBY mengirim SMS ke Anas Urbaningrum yang isinya bernada
ancaman," kata Ma'mun, mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai
Demokrat yang dikenal sebagai loyalis Anas.
Apa isi SMS itu? Menurut Ma'mun,
Anas tidak mau menunjukkan kepada dirinya. "Pokoknya isinya ngeri-ngeri
sedap," ujar Ma'mun mengutip perkataan Anas.
Namun pada intinya melalui SMS
tersebut SBY menyebut Anas sudah tidak loyal. "SBY akan bikin perhitungan
dengan Anas Urbaningrum, begitu menurut Anas Urbaningrum," tulis Ma'mun di
buku setebal 282 halaman tersebut.
Selain soal rivalitas, Ma'mun
juga mengisahkan kompromi yang dilakukan Anas ketika menyusun personalia di DPP
Partai Demokrat setelah Kongres Bandung Mei 2010. Anas meminta putra SBY, Edhie
Baskoro Yudhoyono (Ibas), menduduki posisi penting sebagai Sekjen Partai
Demokrat.
Bagian mengenai sikap Anas yang
melibatkan Anas di posisi stategis itu diberi judul: Ibas Sekjen, 'Sesaji'
Loyalis Anas. "Pada kesempatan pertemuan pertama sebagai ketua umum
terpilih, Anas Urbaningrum juga meminang putra bungsu SBY, Edhie Baskoro
Yudhoyono, untuk menempati posisi sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat,"
kata Ma'mun.
Manuver Anas itu, menurut Ma'mun,
mencerminkan sikap Anas yang tidak serakah mengambil semua posisi strategis
untuk kelompok dan pendukungnya.
"Anas Urbaningrum tidak
mengenal the winners take all (pemenang mengambil semuanya). Namun di antara
alasan-alasan yang ada, paling utama menjadikan Edhie Baskoro Yudhoyono sebagai
sekretaris jenderal, tidak lain sebagai bentuk penghormatan dan loyalitas Anas
kepada SBY," katanya.
Namun, sikap Anas tersebut
ternyata belum mampu menghilangkan ketersinggungan SBY. "Lantara
ketidakpatuhan Anas Urbaningrum untuk mundur sebagai calon ketua umum saat
kongres Bandung," tambah Ma'mun Murod
Bukan hanya Ibas (pendukung Andi
Alfian Mallarangeng) yang mendapat porsi di DPP Partai Demokrat, Anas juga
mengakomodir para pendukung Marzuki Alie (Ketua DPR yang juga mencalonkan diri
dalam Kongres Bandung) dan kerabat Cikeas. Ma'mun menyebut sebagian nama
mereka, antara lain Max Supacua, pendukung Marzuki Alie, yang kemudian mendapat
jabatan sebagai wakil ketua umum.
"Ada juga Sofwatilah Mohzaib
(faksi Marzuki Alie/wakil sekjen), Ramadhan Pohan (faksi Andi
Mallarangeng/wakil sekjen), Handoyo Mulyadi (kroni Cikeas) untuk jabatan wakil
bendahara umum, sebelum akhirnya menjabat bendahara umum, dan Toto Riyanto
(kroni Cikeas) untuk jabatan Direktur Eksekutif," katanya.
Ditambahkan, orang-orang di luar
faksi Anas Urbaningrum lainnya banyak yang mendapat jabatan di lingkup pengurus
harian, baik di lingkup divisi maumpun departemen. Ma'mun menyebut itulah
bentuk kesantunan Anas dalam berpolitik.
Termasuk keengganan Anas melaporkan
sikap seorang kader Partai Demokrat yang menjadi menteri Kabinet Indonesia
Bersatu II. Menurut cerita Anas, menteri itu sering menjelek-jelekan SBY.
"Ada seorang menteri yang
suka ngerasani (membicarakan) dan menjelekkan SBY. Saya tahu itu (sambil
tersenyum). Coba kalau saya nakal lalu saya rekam ocehan menteri itu dan saya
kasihkan ke Cikeas, habis itu karir politik di di Partai Demokrat dan juga
lepas jabatan menterinya," kata Anas seperti dikutip Ma'mun Murod.
Anas tak ingin berbuat keji dan sadis,
dengan melaporkan sang menteri kepada SBY. "Tapi sebaliknya saya yakin
banyak bisikan-bisikan yang masuk ke SBY yang bernada fitnah tentang
saya," tambah Anas.
Pramono
Edhie: Saya Tinggal di Cikeas Tak Pernah Anggap Anas Tumbal
Anggota Dewan Pembina Partai
Demokrat, Pramono Edhie Wibowo menegaskan dirinya adalah kader yang loyal. Ia
mengaku mengikuti isu politik terakhir, termasuk publikasi buku, 'Anas
Urbaningrum Dalam Sorotan Status Facebook Tumbal Politik Cikeas.'
Dikonfirmasi soal pendapatnya
terkait buku karya Ma'mun Murod Al-Barbasy, Pramono memberikan jawaban seusai
prakonvensi di Wisma Kodel. Si penulis buku Ma'mun Murod Al-Barbasy merupakan
mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat yang juga dikenal
sebagai loyalis Anas
"Saya tinggal di Cikeas, dan
saya tak pernah menganggap Anas sebagai tumbal saya. Tanyain Pak Anas kalau dia
menganggap dia tumbal. Saya enggak terlalu ambil pusing," ungkap Pramono
kepada wartawan usai menjalani sesi wawancara, Jakarta, Rabu (28/8/2013).
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat
ini menegaskan, sebagai orang yang kebetulan tinggal di Cikeas, tidak ada
istilah Anas sebagai tumbal. Ia pun mempersilakan masyarakat untuk memberi
penilaian atas pernyataan Anas dalam buku itu.
Isi buku tersebut sebenarnya
kumpulan posting di akun Faceboook Ma'mun Murod (28 status) seputar Anas
Urbaningrum, SBY, dan kegaduhan di Partai Demokrat. Berikut cuplikannya.
Sebuah SMS masuk ke handphone
Anas Urbaningrum beberapa saat menjelang Kongres Partai Demokrat di Bandung,
2010 lalu. Pesan singkat itu dikirim Ny Ani Yudhoyono, istri Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY).
Isinya cukup mengejutkan, yaitu
berupa warning dan ketidaksukaan Ny Ani terkait manuver politik yang dilakukan
sekelompok kader Partai Demokrat menjelang kongres untuk memilih ketua umum
partai.
Kelompok yang menamakan diri
Sahabat Anas Urbaningrum (SAU) tersebut sebelumnya menggelar jumpa pers di
Hotel Sultan, Jakarta, sekaligus menyampaikan surat terbuka kepada SBY sebagai
Ketua Umum Dewan Pembina Partai Demokrat.
Dalam surat terbuka, kelompok SAU
menyebut adanya gerakan politik kandidat Ketua Umum Partai Demokrat yang
melontarkan klaim telah mendapatkan dukungan dan restu dari SBY dan keluarganya
(Keluarga Cikeas), untuk menekan arus bawah dan pemilik suara di kongres (DPC
Partai Demokrat).
"Anas, kalau benar ada surat
terbuka seperti dimaksud, Pak SBY jadi heran dan mengapa orang-orang itu
diperlakukan Pak SBY seperti itu? Pak SBY merasa suasananya seperti ketika Pak
SBY menghadapi pemilu 2004 dan 2009 yl. Pak SBY sangat kecewa, Pak SBY tidak pernah
melarang seseorang untuk maju, dan tak ada yang boleh melarang Pak SBY untuk
punya pendapat. Surat terbuka seperti itu menghancurkan PD ke depan. Siapa yang
sesungguhnya tulus mencintai PD?" Begitu bunyi SMS dari Ny Ani Yudhoyono
seperti dikutip Ma'mun Murod dalam bukunya.
Bukan hanya itu saja, Ma'mun
Murod juga mengutip isi SMS selanjutnya dari Bunda Ani Yudhoyono, begitu ia
menyebut Ny Ani Yudhoyono. Ma'mun Murod menduga Ny Ani Yudhoyono mendapat
masukan dari sejumlah intel yang ditebar Cikeas.
"(intel melaporkan ke bu Ani
dari lokasi acara di Hotel Sultan): Bunda Ani Yth. Risih hati saya ketika
membaca Surat Terbuka buat bapak dari kelompok 'Sahabat Anas Urbaningrum'. Aneh
rasanya ketika mereka boleh mendukung seseorang namun meminta keluarga pendiri,
pemilik, dan yang membesarkan partai untuk tetap netral. Seolah mereka
membiarkan ketika kunci dan sopir kendaraan miliknya dipegang tetangga. Mohon
maaf bunda. Salam hormat."
Bukan hanya Ny Ani yang mengirim
SMS, tetapi juga SBY sendiri. Isinya lebih panjang dari SMS Ny Ani tetapi
intinya hampir sama, kekecewaan terhadap kelompok SAU yang berupaya mendikte
keluarga Cikeas.
Ma'mun Murod juga mengungkapkan
adanya tekanan Anas agar mundur dari pencalonan sebagai Ketua Umum DPP Partai
Demokrat, untuk memuluskan langkah Andi Alfian Mallarangeng.
"Tiga hari menjelang
keberangkatannya ke Bandung untuk menghadiri kongres, Anas Urbaningrum
dipanggil SBY ke Wisma Negara, yang memintanya mundur sebagai calon ketua umum
dan menjanjikan jabatan sekretaris jenderal, dengan catatan Anas Urbaningrum
total mendukung pencalonan Andi Mallarangeng," tulis Ma'mun.
Rupanya Anas menolak permintaan
tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, SBY menugaskan beberapa menteri untuk
melobi Anas Urbaningrum di Bandung agar bersedia mundur dari pencalonan.
"Anas Urbaningrum
menyebutkan bahwa menteri-meteri dimaksud adalah Djoko Suyanto, Syarif Hasan,
Jero Wacik, EE Mangindaan, dan Sudi Silalahi," tambah Ma'mun Murod.
Setelah kongres berakhir dan
dipilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum ganti
melakukan manuver untuk mendinginkan tensi ketidaksukaan 'Bani Cikeas'.
Ditemani anggota tim suksesnya,
Prof Dr Ahmad Mubarok, ia sowan kepada Ibu Ageng, mertua SBY yang juga ibu
kandung Ny Ani Yudhoyono.
"Ketika anas sowan ke
kediaman Ibu Ageng, Ibu Ageng bercerita bahwa sepanjang berlangsungnya Kongres
Bandung beliau selalu mengikuti lewat televisi. Beliau menyatakan senang dan
lega ketika menyaksikan berita di televisi bahwa Anas Urbaningrum telah
terpilih," tulis Murod.
Ma'mun berkeyakinan, andai saja
Anas Urbaningrum tidak terpilih menjadi Ketua Umum DPP Partai Demokrat, tidak
akan terjadi kegaduhan di partai berlambang bintang mercy tersebut.
"Maklum, Anas Urbaningrum
bukanlah anak yang dikehendaki kelahirannya. Anas Urbaningrum hanyalah anak
yang dipungut!" ujarnya.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar