Kamis, 05 September 2013

Menyimak Bani Cikeas Dijalanan Tumbal Politik Cikeas

Jurnalis Independen: Buku berjudul "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas" sempat menghilang dari peredaran di sejumlah toko buku. Buku yang memuat sepak terjang Bani Cikeas selama 10 tahun terakhir di negeri ini. Baik Bani Cikeas berlakon sebagai Dinasty Presiden maupun sebagai Dinasty Partai Demokrat.


Kini, buku karya Ma'mun Murod Al-Barbasy itu beredar dan dijual secara bebas di jalan-jalan Ibu Kota Jakarta.

Berdasarkan pantauan pada Kamis (5/9) siang, sejumlah pedagang menjual buku yang sempat menghebohkan dunia politik di Tanah Air itu. Sejumlah pedagang menawarkan buku tersebut di Perempatan Kuningan Jakarta Selatan.

Buku tersebut ditulis oleh orang dekat Anas yang juga dipecat dari posisi di DPP Partai Demokrat tanpa penjelasan apa pun bersamaan dengan lengsernya Anas Urbaningrum. Ma'mun Murod dalam buku tersebut mengungkapkan, isi buku itu bersumber dari status-statusnya yang ditulis di Facebook.

Menurut dia, pernyataannya dalam status Facebook merupakan sesuatu yang diketahui langsung dari sumber primernya. Ia juga memberi penjelasan dan latar belakang dibalik pernyataannya di FB.

Semua pernyataan yang mengomentari statusnya dalam FB juga dimuat secara utuh dalam buku tersebut." Kebenaran status Facebook saya tak perlu diragukan," cetus Ma'mun.

Buku itu juga dilengkapi dengan foto-foto eksklusif Anas Urbaningrum yang belum banyak diketahui publik. Buku tersebut diluncurkan pada 23 Agustus lalu dan langsung menjadi pusat perhatian publik.

Namun, secara tiba-tiba buku itu menghilang dari sejumlah toko buku. Ma'mun menyebut ada tekanan dari pihak tertentu yang melarang buku tersebut beredar di sejumlah toko buku yang ditulisnya.

Kini, publik bisa dengan mudah membeli dan mendapatkan buku tersebut dari para penjual yang memasarkannya di jalan-jalan Ibu Kota.

Buku Dilarang Beredar
Buku karya Ma'mun Murod al Barbasy yang berjudul "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas" dilarang beredar di sejumlah toko buku besar.

Pengamat politik, Fadjroel Rachman, melihat tidak ada pelarangan peredaran, melainkan kekhawatiran dari toko buku menjual buku kontroversi itu.

"Kalau dilarang kayak enggak. Toko buku itu ragu-ragu karena Anas ini kan tersangka kasus Hambalang, yang ditulis itu fakta atau pembelaan diri. Jadi untuk jaga-jaga saja. Toko buku mengukur juga akibatnya kalau menjual buku itu," tuturnya kepada Okezone, Selasa (27/8/2013).

"Kalau Anas bukan tersangka mungkin mereka lebih welcome," katanya.

Menurutnya, penulis buku atau Anas tak perlu khawatir dengan dugaan adanya pelarangan buku tersebut. Pasalnya, buku kontroversi itu ditunggu dan dicari oleh banyak orang.

"Buku itu nilai jualnya besar, orang menunggu, bahkan saya saja mencari belum dapat. Judulnya saja sudah luar biasa. Jadi tidak perlu dipersoalkan," katanya.

Selain itu, kata Fadjroel, tak ada gunanya pihak toko buku takut untuk menjual buku tersebut. Pasalnya, saat ini bukan lagi zaman Orde Baru, di mana buku-buku kontroversi bisa dilarang peredarannya.

Dia mencontohkan buku karya Pramoedya Ananta Toer yang pernah dilarang beredar, namun hingga kini buku tersebut bisa ditemui di toko-toko buku besar. "Padahal buku itu katanya mengandung paham komunis," ucapnya.

Oleh karena itu, Fadjroel menyarankan pihak Anas tak perlu khawatir. "Buku ini kan belum dilarang Kejaksaan. Ketakutan berlebihan enggak perlu," tuturnya.

Sebelumnya, Ma'mun menduga ada perintah khusus yang melarang untuk menjual buku itu. "Buku 'Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas' diblokir Gramedia. Ada perintah khusus enggak boleh jual. Cuma tidak tahu dari siapa," jelas Ma'mun kepada Okezone, Senin 26 Agustus 2013.

Akibat larangan tersebut, buku karya Ma'mun yang menceritakan tentang pelengseran Anas dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat saat ini sudah ditarik dari Toko Buku Gramedia. "Buku ditarik kembali," jelas dia.

Ma'mun tidak mengetahui alasan pelarangan buku tersebut beredar di Toko Gramedia. Sebab, pelarangan itu hanya terjadi di sana. "Sementara Toko Buku Gunung Agung masih oke," pungkasnya.

Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas
Buku "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas" disebut dilarang untuk diedarkan. Menurut Ma’mun Murod Al-Barbasy, penulis buku itu, hal ini disebabkan karena adanya tekanan dari pihak tertentu.

"Ada tekanan khusus agar buku tersebut tidak diedarkan," kata Ma’mun kepada wartawan, Senin (26/8).

Hanya saja, Ma’mun mengaku tidak tahu pihak yang memberikan tekanan khusus itu. "Tidak tahu. Mungkin mereka yang tersinggung dengan isi buku tersebut," katanya.

Lebih lanjut ia tidak akan mengambil tindakan apapun terkait pelarangan peredaran buku itu. Ma’mun menyerahkannya kepada pihak penerbit. "Saya tidak akan mengambil langkah apa-apa," kata loyalis Anas itu.

Menurutnya, pelarangan peredaran buku "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas" merupakan cara lama di mana karya intelektual diberangus. Padahal, lanjut dia, pihak yang tidak puas dengan penerbitan buku itu bisa menempuh cara lain.

"Pertama, buat buku tandingan untuk menyangkal isu buku tersebut. Kedua, mengajukan ke jalur hukum. Apalagi kita adalah negara hukum. Gitu aja kok repot," ucapnya.

Penulis Buku Anas Tumbal Cikeas Diteror Lewat Twitter
Yahudi sindrom. Penulis Buku Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas, Ma'mun Murod Al- Barbasy mendapatkan ancaman. Ancaman yang biasa dilakukan kelompok yahudi ketika akan terbuka kedok kejahatannya.

Ia diperingatkan melalui media sosial lantaran dianggap membuat buku sensasional yang mengaitkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dengan menyinggung keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ada ancaman di twitter dan facebook. Ada yang nyuruh, 'sebutin saja orang Anas, supaya teridentifikasi jelas semua.' Ada yang bilang, 'awas hati-hati ya.' Kemudian bilang, 'ingat, punya istri punya anak'," ujar Ma'mun saat itu.

Walau demikian, Ma'mun yang menjabat Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat sebelum Anas mengundurkan diri, merasa tidak khawatir akan keselamatannya, dan keluarganya.

"Ancaman seperti, ada lah itu. Wajarlah itu," kata Ma'mun mantan aktifis Pemuda Muhammadiyah, dan kini Universitas Muhammadiyah Jakarta.

"Apakah anda mendapatkan ancaman fisik?" tanya Tribun.

Ma'mun menjawab, "Saya berharap tidak ada, ya. Tapi saya tidak takut, kan saya punya segalanya."

"Maksudnya, segalanya?" tanya Tribun.

"Ya, Tuhan...," kata Ma'mun sambil terbahak.

"Ya hidup kan begini. Dan bagi saya, ini pilihan. Publik harus tahu, bahwa ada politik-politik yang tidak berbudaya, yang jauh dari kesantuanan. Kalau orang membaca tuntas, dan tahu saya, tidak akan membantah. Apalagi orang-orang yang saya sebut itu, dia pasti tidak akan membantah, maka dia tidak tahu. Tetapi kalau ada orang bayaran disuruh memabantah, saya tidak tahu," kata dia.

Berdasarkan penulusuran TRIBUNnews.com, kicauan Twitter yang difoto screen dan ditampilkan di Facebook Mau'mun, tak lama setelah buku diluncurkan 23 Agustus, terdapat pemilik akun Leo Jeriko. Ia menulis, "Ma'mun jangan buat sensasi, hati-hati kamu..."

Kemudian dia berkiau lagi, "Keluarin semua para loyalis Anas, biar bisa ditandain satu per satu."

Anas Sempat Keberatan Konflik dengan Cikeas Dibukukan
Penulis Buku Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas, Ma'mun Murod Al- Barbasy, mengungkapkan waktu penulisan buku Anas ini berlangsung sangat singkat. Tidak lama, sekitar satu bulanan.

"Sebenanya ini sambilan. Awalnya semua dalam status facebook saya. Tapi ketika terbersit dalam pikrian saya membuat buku, langsung saya buat saya buat penjelasan.

Setelah saya buat semua, saya ngomong ke mas Anas. Saya bilang ini bagus untuk pendidikan politik masyarakat," kata Ma'mun, kemarin.

Awalnya, Anas tidak merespons keinginan Ma'mun menulis buku tentang masa lalu Anas yang bersinggungan dengan keluarga Cikeas, Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono, dan Kongres Partai Demorkat 2010 di Bandung.

"Mas anak bilang tidak usahlah nulis buku segala. Nanti dikait-kaitkan sama saya. Pasti dibilang saya mau balas dendam. Jadi tidak usah," kata Ma'mun mengutip Anas.

"Saya berusaha beri banyak penjelasan, dan akhirnya Mas Anas berhasil saya luluhkan. Lalu dia bolehkan, tapi dengans yarat dia minta harus lihat dulu bahannya dengan beberapa tambahan," kata Ma'mun sembari memastikan isi yang termaktub dalam buku tersebut benar adanya.

"Saya ini akademisi, jadi semua hal harus ada bukti. Ketika ada yang saya kira sensitif saya bilang ke Mas Anas, 'ini betul mas? Saya takut disebut fitnah. Ada buktinya?' Dan mas Anas bilang betul."

Pembuatan buku berlangsung serba cepat. Semula dijadwalkan diluncurkan bersamaan dengan hari ulang tahun Anas, yang lahir di Blitar, Jawa Timur, 15 Juli 1969. Tapi saat itu, Anas keberatan pelucnuran buku tersebut dikaitkan dengannya.

Malah saat ulang tahunnya, bulan lalu, Anas bepergian jauh ke Kalimantan. Selain itu, tanggal tersebut juga telah masuk bulan puasa. Sehingga Ma'mun dan timnay berpendapat tidak baik meluncurkan buku pada saat itu, lalu diundur menjadi 23 Agustus 2013.

Isi SMS Ani Yudhoyono ke Anas Urbaningrum
Buku karangan Ma'Mun Murod Al Barbasy berjudul Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas menuai kontroversi. Buku tersebut bahkan, dilarang beredar di sejumlah salah satu toko buku terbesar di Indonesia.

Buku tersebut menyoroti "dapur" partai Demokrat mulai dari proses terpilihnya Anas Urbaningrum, ketersinggungan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika Anas memutuskan untuk tetap maju sebagai calon ketua umum partai Demokrat, tarik ulur naiknya Edhie Baskoro Yudhoyono sebagai Sekertaris Jenderal, serta upaya bersih-bersih loyalis Anas dari partai berlambang Mercy tersebut. Buku itu disebut-sebut membuat kuping kubu Cikeas merah, lantaran dalam satu bagian buku itu, memuat Pesan Singkat (SMS) dari Ani Yudhoyono kepada Anas untuk menjegal pencalonan Anas di Kongres Partai Demokrat tahun 2010. Apa isi SMS itu?

Ma'Mun menulis SMS Ani Yudhoyono itu di bagian empat buku bertajuk "Anas dan Kegaduhan Politik". Pesan singkat dari Ani Yudhoyono adalah reaksi atas surat terbuka yang dikirimkan oleh Sahabat Anas Urbaningrum (SAU) kepada SBY sebelum pencalonan Anas menjadi calon Ketua Umum Partai Demokrat.

"Anas kalau benar ada surat terbuka seperti yang dimaksud, Pak SBY jadi heran, dan mengapa orang-orang-orang itu diperlakukan Pak SBY seperti itu? Pak SBY merasa suasananya seperti ketika pak SBY menghadapi pemilu 2004 dan 209 yl. Pak SBY sangat kecewa, Pak SBY tak pernah melarang seseorang untuk maju, dan tak ada yang boleh melarang pak SBY untuk punya pendapat. Surat terbuka seperti itu menghancurkan Partai Demokrat ke depan. Siapa yang sesungguhnya yang tulus mencintai PD?," tulis Ani Yudhoyono dalam pesan singkatnya, seperti tertulis dalam buku Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas, yang dikutip okezone, Kamis (29/8/2013).

SMS Ani Yudhoyono, dikirim, karena Ani mendapat laporan dari "Intel"-nya tentang adanya pertemuan membahas surat terbuka dari SAU. Berikut laporan intel Ani Yudhoyono. "Bunda Ani Yth. Risih hati saya ketika membaca Surat terbuka buat bapak dari kelompok Sahabat Anas Urbaningrum. Aneh rasanya, ketika mereka boleh mendukung seseorang, namun, meminta keluarga pendiri, pemilik, yang membesarkan partai untuk tetap netral. Seolah mereka ingin membiarkan ketika kunci dan sopir kendaraan miliknya dipegang tetangga. Mohon maaf Bunda. Salam hormat."

Mendengar laporan intel-nya itu, Ani Yudhoyono pun geram. Dia mencari tahu surat terbuka yang dikirimkan SAU, sebuah paguyuban yang dibentuk secara sukarela oleh mereka yang bersimpati kepada Anas. SAU berisi loyalis Anas dari lintas agama, lintas generasi, lintas gender dan lintas profesi.

Surat terbuka itu, kata Ma'Mun, merupakan upaya SAU agar SBY tidak diperalat oleh para penjilat dan para pencari muka yang ujung-ujungnya justru meyulitkan SBY. "SAU berharap SBY sebagai pusering dunyo. Partai Demokrat bisa mengambil proporsional pada kongres Bandung," tulis Ma'mun.

Inti dari Surat Terbuka SAU itu, meminta agar SBY bisa bersikap netral dalam pemilihan ketua umum PD, pada 21-23 Mei 2010 di Bandung. Surat tertanggal 13 Mei 2010 itu, menyebutkan, sebelum kongres mulai terjadi kompetisi tidak sehat. "Adanya klaim sebagian kandidat tentang dukungan keluarga Cikeas dengan memainkan simbol-simbol Cikeas untuk menekan arus bawah dan aspirasi pemilik suara (DPC) sungguh merupakan tragedi politik bagi demokrasi kepartaian kita. Pengarahan dengan mengatasnamakan Bapak yang dilakukan secara sistemik dan represif justru membunuh persemaian demokrasi kepartaian kita bersama," demikian salah satu bagian surat terbuka untuk Anas, yang meminta SBY agar bersikap netral dalam pemilihan ketum.

Surat terbuka itu, ditulis untuk mendorong Anas maju ke pemilihan ketua umum PD. Pasalnya Anas tidak mengantongi, restu kubu Cikeas, Ani Yudhoyono dan SBY. Saat itu kubu Cikeas mendukung calon lainnya, Andi Mallarangeng. Anas juga sudah diperingatkan untuk tidak maju dalam pemilihan Ketua umum. Tapi Anas membangkang dan tetap maju.

Surat Terbuka itupun dinilai SBY sebagai dukungan untuk Anas maju. SBY pun mengirimkan SMS kepada Anas terkait Surat Terbuka pendukung Anas itu, yang dianggap SBY terlalu mendikte dan mengajari dirinya. Berikur isi SMS SBY kepada Anas.

"Perihal "nasehat" sahabat Anas terhadap saya tentang kenegarawanan untuk demokrasi, saya berusaha untuk mencari tahu apa, siapa, dan mengapa. Orang setua saya tidak terlalu sulit untuk mengetahuinya. Sewaktu saya seusia Anas, saya pun punya visi dan idealisme yang tinggi, dan telah bersentuhan dengan dunia etika, politik, dan demokrasi, baik di dalam maupun luar negeri. Saya tidak tega dan terlalu berani untuk mengajari orang yang menuntun dan menyayangi saya. Semoga semua dituntun untuk melihat diri sendiri, sebelum mengajari, mengkritik, mengajari dan menyalahkan orang lain,"

Namun, upaya SBY untuk menjegal pencalonan Anas gagal. Mantan ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) itupun maju dan akhirnya menang. Anas mengalahkan Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie yang dijagokan oleh Kubu Cikeas.

Meskipun Anas tidak mengantongi restu SBY dan Ani Yudhoyono, ternyata Anas mengantongi restu mertua SBY, Ibu Ageng (Istri Sarwo Edhie Wibowo). Sebelum kongres, Anas bersama tim suksesnya, Ahmad Mubarok menemui ibunda Ani Yudhoyono tersebut.

Anas Ungkap Ada Menteri Menjelekkan SBY
Buku Anas Urbaningrum Dalam Sorotan Status Facebook Tumbal Politik Cikeas, karya Ma'mun Murod Al-Babasy, mengungkap adanya rivalitas antara Susilo Bambang Yudhoyono dengan (SBY) Anas terkait pemilihan Ketua DPD Partai Demokrat di daerah-daerah.

Ma'mun Murod mencontohkan kemarahan SBY ketika Sinyo Hari Sarundajang, Gubernur Sulawesi Utara yang juga Ketua DPD Sulawesi Utara Partai Demokrat, terjungkal dalam musyawarah daerah di Hotel Peninsula, Manado, 6-7 April 2011.

SBY menghendaki Sarundajang terpilih sebagai Ketua DPD Sulawesi Utara Partai Demokrat. Sarundajang mendapat dukungan kuat dari DPP Partai Demokrat. Keinginan SBY tersebut disampaikan kepada Anas melalui SMS.

"Sementara realitas di bawah, DPC-DPC justru menyatakan penolakannya terhadap Sarundajang dan lebih melirik Wali Kota Manado Vicky Lumentut. Melihat realitas politik saat itu, Anas Urbaningrum mencoba bersikap demokratis dan proporsional, benar-benar menyerahkan sepenuhnya kepada DPC-DPC," tulis Ma'mun Murod di halaman 200 bukunya.

Dalam pemilihan, Vicky Lumentut memperoleh 11 suara sedang Sarundajang hanya 3 suara. Tak pelak, kemarahan SBY pun meledak. "SBY mengirim SMS ke Anas Urbaningrum yang isinya bernada ancaman," kata Ma'mun, mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat yang dikenal sebagai loyalis Anas.

Apa isi SMS itu? Menurut Ma'mun, Anas tidak mau menunjukkan kepada dirinya. "Pokoknya isinya ngeri-ngeri sedap," ujar Ma'mun mengutip perkataan Anas.

Namun pada intinya melalui SMS tersebut SBY menyebut Anas sudah tidak loyal. "SBY akan bikin perhitungan dengan Anas Urbaningrum, begitu menurut Anas Urbaningrum," tulis Ma'mun di buku setebal 282 halaman tersebut.

Selain soal rivalitas, Ma'mun juga mengisahkan kompromi yang dilakukan Anas ketika menyusun personalia di DPP Partai Demokrat setelah Kongres Bandung Mei 2010. Anas meminta putra SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menduduki posisi penting sebagai Sekjen Partai Demokrat.

Bagian mengenai sikap Anas yang melibatkan Anas di posisi stategis itu diberi judul: Ibas Sekjen, 'Sesaji' Loyalis Anas. "Pada kesempatan pertemuan pertama sebagai ketua umum terpilih, Anas Urbaningrum juga meminang putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, untuk menempati posisi sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat," kata Ma'mun.

Manuver Anas itu, menurut Ma'mun, mencerminkan sikap Anas yang tidak serakah mengambil semua posisi strategis untuk kelompok dan pendukungnya.

"Anas Urbaningrum tidak mengenal the winners take all (pemenang mengambil semuanya). Namun di antara alasan-alasan yang ada, paling utama menjadikan Edhie Baskoro Yudhoyono sebagai sekretaris jenderal, tidak lain sebagai bentuk penghormatan dan loyalitas Anas kepada SBY," katanya.

Namun, sikap Anas tersebut ternyata belum mampu menghilangkan ketersinggungan SBY. "Lantara ketidakpatuhan Anas Urbaningrum untuk mundur sebagai calon ketua umum saat kongres Bandung," tambah Ma'mun Murod

Bukan hanya Ibas (pendukung Andi Alfian Mallarangeng) yang mendapat porsi di DPP Partai Demokrat, Anas juga mengakomodir para pendukung Marzuki Alie (Ketua DPR yang juga mencalonkan diri dalam Kongres Bandung) dan kerabat Cikeas. Ma'mun menyebut sebagian nama mereka, antara lain Max Supacua, pendukung Marzuki Alie, yang kemudian mendapat jabatan sebagai wakil ketua umum.

"Ada juga Sofwatilah Mohzaib (faksi Marzuki Alie/wakil sekjen), Ramadhan Pohan (faksi Andi Mallarangeng/wakil sekjen), Handoyo Mulyadi (kroni Cikeas) untuk jabatan wakil bendahara umum, sebelum akhirnya menjabat bendahara umum, dan Toto Riyanto (kroni Cikeas) untuk jabatan Direktur Eksekutif," katanya.

Ditambahkan, orang-orang di luar faksi Anas Urbaningrum lainnya banyak yang mendapat jabatan di lingkup pengurus harian, baik di lingkup divisi maumpun departemen. Ma'mun menyebut itulah bentuk kesantunan Anas dalam berpolitik.

Termasuk keengganan Anas melaporkan sikap seorang kader Partai Demokrat yang menjadi menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Menurut cerita Anas, menteri itu sering menjelek-jelekan SBY.

"Ada seorang menteri yang suka ngerasani (membicarakan) dan menjelekkan SBY. Saya tahu itu (sambil tersenyum). Coba kalau saya nakal lalu saya rekam ocehan menteri itu dan saya kasihkan ke Cikeas, habis itu karir politik di di Partai Demokrat dan juga lepas jabatan menterinya," kata Anas seperti dikutip Ma'mun Murod.

Anas tak ingin berbuat keji dan sadis, dengan melaporkan sang menteri kepada SBY. "Tapi sebaliknya saya yakin banyak bisikan-bisikan yang masuk ke SBY yang bernada fitnah tentang saya," tambah Anas.

Pramono Edhie: Saya Tinggal di Cikeas Tak Pernah Anggap Anas Tumbal
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo menegaskan dirinya adalah kader yang loyal. Ia mengaku mengikuti isu politik terakhir, termasuk publikasi buku, 'Anas Urbaningrum Dalam Sorotan Status Facebook Tumbal Politik Cikeas.'

Dikonfirmasi soal pendapatnya terkait buku karya Ma'mun Murod Al-Barbasy, Pramono memberikan jawaban seusai prakonvensi di Wisma Kodel. Si penulis buku Ma'mun Murod Al-Barbasy merupakan mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat yang juga dikenal sebagai loyalis Anas

"Saya tinggal di Cikeas, dan saya tak pernah menganggap Anas sebagai tumbal saya. Tanyain Pak Anas kalau dia menganggap dia tumbal. Saya enggak terlalu ambil pusing," ungkap Pramono kepada wartawan usai menjalani sesi wawancara, Jakarta, Rabu (28/8/2013).

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini menegaskan, sebagai orang yang kebetulan tinggal di Cikeas, tidak ada istilah Anas sebagai tumbal. Ia pun mempersilakan masyarakat untuk memberi penilaian atas pernyataan Anas dalam buku itu.

Isi buku tersebut sebenarnya kumpulan posting di akun Faceboook Ma'mun Murod (28 status) seputar Anas Urbaningrum, SBY, dan kegaduhan di Partai Demokrat. Berikut cuplikannya.

Sebuah SMS masuk ke handphone Anas Urbaningrum beberapa saat menjelang Kongres Partai Demokrat di Bandung, 2010 lalu. Pesan singkat itu dikirim Ny Ani Yudhoyono, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Isinya cukup mengejutkan, yaitu berupa warning dan ketidaksukaan Ny Ani terkait manuver politik yang dilakukan sekelompok kader Partai Demokrat menjelang kongres untuk memilih ketua umum partai.

Kelompok yang menamakan diri Sahabat Anas Urbaningrum (SAU) tersebut sebelumnya menggelar jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta, sekaligus menyampaikan surat terbuka kepada SBY sebagai Ketua Umum Dewan Pembina Partai Demokrat.

Dalam surat terbuka, kelompok SAU menyebut adanya gerakan politik kandidat Ketua Umum Partai Demokrat yang melontarkan klaim telah mendapatkan dukungan dan restu dari SBY dan keluarganya (Keluarga Cikeas), untuk menekan arus bawah dan pemilik suara di kongres (DPC Partai Demokrat).

"Anas, kalau benar ada surat terbuka seperti dimaksud, Pak SBY jadi heran dan mengapa orang-orang itu diperlakukan Pak SBY seperti itu? Pak SBY merasa suasananya seperti ketika Pak SBY menghadapi pemilu 2004 dan 2009 yl. Pak SBY sangat kecewa, Pak SBY tidak pernah melarang seseorang untuk maju, dan tak ada yang boleh melarang Pak SBY untuk punya pendapat. Surat terbuka seperti itu menghancurkan PD ke depan. Siapa yang sesungguhnya tulus mencintai PD?" Begitu bunyi SMS dari Ny Ani Yudhoyono seperti dikutip Ma'mun Murod dalam bukunya.

Bukan hanya itu saja, Ma'mun Murod juga mengutip isi SMS selanjutnya dari Bunda Ani Yudhoyono, begitu ia menyebut Ny Ani Yudhoyono. Ma'mun Murod menduga Ny Ani Yudhoyono mendapat masukan dari sejumlah intel yang ditebar Cikeas.

"(intel melaporkan ke bu Ani dari lokasi acara di Hotel Sultan): Bunda Ani Yth. Risih hati saya ketika membaca Surat Terbuka buat bapak dari kelompok 'Sahabat Anas Urbaningrum'. Aneh rasanya ketika mereka boleh mendukung seseorang namun meminta keluarga pendiri, pemilik, dan yang membesarkan partai untuk tetap netral. Seolah mereka membiarkan ketika kunci dan sopir kendaraan miliknya dipegang tetangga. Mohon maaf bunda. Salam hormat."

Bukan hanya Ny Ani yang mengirim SMS, tetapi juga SBY sendiri. Isinya lebih panjang dari SMS Ny Ani tetapi intinya hampir sama, kekecewaan terhadap kelompok SAU yang berupaya mendikte keluarga Cikeas.

Ma'mun Murod juga mengungkapkan adanya tekanan Anas agar mundur dari pencalonan sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, untuk memuluskan langkah Andi Alfian Mallarangeng.

"Tiga hari menjelang keberangkatannya ke Bandung untuk menghadiri kongres, Anas Urbaningrum dipanggil SBY ke Wisma Negara, yang memintanya mundur sebagai calon ketua umum dan menjanjikan jabatan sekretaris jenderal, dengan catatan Anas Urbaningrum total mendukung pencalonan Andi Mallarangeng," tulis Ma'mun.

Rupanya Anas menolak permintaan tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, SBY menugaskan beberapa menteri untuk melobi Anas Urbaningrum di Bandung agar bersedia mundur dari pencalonan.

"Anas Urbaningrum menyebutkan bahwa menteri-meteri dimaksud adalah Djoko Suyanto, Syarif Hasan, Jero Wacik, EE Mangindaan, dan Sudi Silalahi," tambah Ma'mun Murod.

Setelah kongres berakhir dan dipilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum ganti melakukan manuver untuk mendinginkan tensi ketidaksukaan 'Bani Cikeas'.

Ditemani anggota tim suksesnya, Prof Dr Ahmad Mubarok, ia sowan kepada Ibu Ageng, mertua SBY yang juga ibu kandung Ny Ani Yudhoyono.

"Ketika anas sowan ke kediaman Ibu Ageng, Ibu Ageng bercerita bahwa sepanjang berlangsungnya Kongres Bandung beliau selalu mengikuti lewat televisi. Beliau menyatakan senang dan lega ketika menyaksikan berita di televisi bahwa Anas Urbaningrum telah terpilih," tulis Murod.

Ma'mun berkeyakinan, andai saja Anas Urbaningrum tidak terpilih menjadi Ketua Umum DPP Partai Demokrat, tidak akan terjadi kegaduhan di partai berlambang bintang mercy tersebut.

"Maklum, Anas Urbaningrum bukanlah anak yang dikehendaki kelahirannya. Anas Urbaningrum hanyalah anak yang dipungut!" ujarnya.@JI


Tidak ada komentar: