Jurnalis Independen: Setiap tahun mendekati tanggal 11
September, dunia sepertinya, termasuk Indonesia, memperingati terjadinya
Tragedi WTC. Opini dunia masih saja menuding tragedi tersebut dilakukan Usamah
bin Ladin dengan Al-Qaidahnya.
Stigma teroris pun sejak itu dilekatkan kepada
umat Islam. Padahal sudah banyak data dan fakta yang diungkap jika tudingan
tersebut tidak benar dan justru sebaliknya, Bush dengan komplotannya-lah yang
seharusnya bertanggungjawab atas tragedy dan imbasnya pada khususnya komunitas
islam dunia.
Bagaimana seharusnya kita sebagai
umat Islam untuk menghadapi fitnah keji tersebut. Mengapa media massa di negeri
ini, terutama teve, tidak ada satu pun yang berani melakukan investigasi
independen atas kasus besar tersebut? Jika belum tahu, mari sedikit kita ulas tragedy
penuh fitnah dan skenario keji itu.
Tragedi 911 sudah berusia tujuh
tahun. Namun opini dunia memang masih kental diwarnai dengan opini yang dibikin
oleh jaringan mesin propaganda Zionis. Berbagai data dan fakta ilmiah sudah
disampaikan ratusan ilmuwan dunia yang menentang pandangan rezim Bush jika
Menara kembar WTC roboh hanya karena hantaman sebuah pesawat jet komersil.
Pentagon pun sebenarnya bukan dihantam pesawat terbang, namun dihantam oleh
sebuah misil udara ke darat yang memang mirip pesawat bernama Air to Ground
Missile 86-C, yang merupakan generasi ketiga dari CALCM (Conventional Air
Launched Cruise Missile) yang telah dilengkapi dengan uranium dengan panduan
GPS (Global Positioning System).
Majalah eramuslim digest edisi 2
“The Dark Side 911: Sisi Gelap Peristiwa WTC” telah mengulas panjang lebar soal
konspirasi ini. Banyak data dan fakta dipaparkan di sana.
Masalah yang sebenarnya adalah
mengapa kebenaran tersebut tidak menjadi opini dunia, malah ketidak-benaran
yang sampai detik ini masih saja dianut dan diyakini oleh banyak warga dunia,
termasuk sebagian warga di Indonesia, bahkan ummat islam Indonesia sendiri
banyak yang mempercayai tragedy Black September itu.
Jawaban dari masalah itu adalah
disebabkan karena umat Islam di dunia, termasuk di negeri ini, tidak memiliki
kesadaran yang benar tentang pentingnya menguasai media massa. Adalah suatu
realita jika Zionis sekarang ini menguasai jaringan media massa dunia, baik itu
berupa kantor-kantor berita, surat-surat kabar, majalah, buku, film, bahkan
lembaga-lembaga ‘ilmiah’ yang banyak mengeluarkan hasil-hasil kajian yang
seolah ‘ilmiah’ kepada komunitas ilmuwan dunia, namun sesungguhnya merupakan
bagian dari suatu bentuk propaganda mereka, termasuk juga di Indonesia juga
tentunya.
Kaum Zionis dengan sangat cerdas
melihat pentingnya penguasaan media massa. Sebab itu mereka dengan cepat
berlomba-lomba mendirikan mesin opini agar dunia bisa dijadikan pendukung
pandangan-pandangan mereka.
Adalah suatu fakta jika umat
Islam dunia, dan juga negeri ini, masih saja tidak perduli dengan penguasaan
media massa. Adalah suatu hal yang aneh dan konyol di negeri ini, di mana
dikatakan negeri mayoritas Muslim terbesar dunia, ternyata tidak memiliki satu
pun stasiun teve untuk dakwah yang lurus. Umat Budha yang keberadaannya
minoritas di negeri ini saja sudah memiliki stasiun teve, DAAI-TV, yang
acaranya sangat bagus dan profesional, tanpa harus melacurkan idealisme ajaran
cinta kasih keyakinannya. Mana stasiun teve umat Islam yang berani berdakwah,
menyebarkan amar ma’ruf nahyi munkar dengan lurus, di negeri ini? Tidak ada!
Bisa jadi, sebab ketidakpedulian
kita, atau sikap kita yang ingin gampangnya saja, yang menyebabkan sekarang ini
kita memiliki ribuan kelompok nasyid, namun tidak ada satu pun dari kita yang
sungguh-sungguh mendirikan kelompok riset atau kajian ilmiah yang besar. Inilah
wajah kita sesungguhnya.
Lantas bagaimana sikap kita untuk
merespon hal ini? Susah juga menjawabnya. Setiap stasiun teve dan juga media
massa memiliki ideologinya sendiri. Bohong besar jika mereka mengatakan mereka
mengedepankan profesionalitas pers yang tidak memihak. Kebenaran itu selalu
memihak. Kita tidak akan bisa menggantungkan perjuangan kita kepada pihak-pihak
lain.
Dus, kepada yang merasa memiliki
kemampuan untuk mendirikan stasiun teve misalnya, silakan mulai bekerja secara
sungguh-sungguh dan fokus. Kepada para tokoh Islam yang sudah jadi pejabat
negara, buat regulasi yang benar tentang dakwah al-haq, amar ma’ruf nahyi
munkar, yang benar dan berani. Sungguh, suatu hal yang sangat memalukan, negeri
Muslim terbesar di dunia ini, majalah mesum seperti Playboy bisa beredar bebas.
Kemana saja tokoh-tokoh Islam yang duduk di elit kekuasaan sekarang ini?
Dan sebagai rakyat biasa,
mulailah kita membiasakan diri bersikap kritis terhadap siapa pun dan apa pun,
kecuali tentunya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Hadiri dan ramaikanlah
kajian-kajian ilmiah, perbanyaklah membaca buku yang bermutu dan kurangi nonton
teve, isi halaqah-halaqah dengan nasrul-fikrah yang benar, bukan
memanfaatkannya untuk kepentingan politis sesaat yang terbukti banyak mudharat
dan minim manfaat. Wallahu’alam bishawab.
Akhirnya, terkait tragedy Black
September 911, sudah selayaknya masyarakat, termasuk media dan insan pers
berpikir cerdas, tidak gampang terseret arus, mengikuti oponi bahkan mandah
saja meneruskan opini sesat yang menyesatka. Termasuk tragedy belakangan yang
menimpa kalangan kepolisian yang menjadi sasaran tembak para konspirator sesat
yang menyesatkan.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar