Rabu, 11 September 2013

Media dan Kedustaan Tragedi 911 Black September

Jurnalis Independen: Setiap tahun mendekati tanggal 11 September, dunia sepertinya, termasuk Indonesia, memperingati terjadinya Tragedi WTC. Opini dunia masih saja menuding tragedi tersebut dilakukan Usamah bin Ladin dengan Al-Qaidahnya.
Stigma teroris pun sejak itu dilekatkan kepada umat Islam. Padahal sudah banyak data dan fakta yang diungkap jika tudingan tersebut tidak benar dan justru sebaliknya, Bush dengan komplotannya-lah yang seharusnya bertanggungjawab atas tragedy dan imbasnya pada khususnya komunitas islam dunia.

Bagaimana seharusnya kita sebagai umat Islam untuk menghadapi fitnah keji tersebut. Mengapa media massa di negeri ini, terutama teve, tidak ada satu pun yang berani melakukan investigasi independen atas kasus besar tersebut? Jika belum tahu, mari sedikit kita ulas tragedy penuh fitnah dan skenario keji itu.

Tragedi 911 sudah berusia tujuh tahun. Namun opini dunia memang masih kental diwarnai dengan opini yang dibikin oleh jaringan mesin propaganda Zionis. Berbagai data dan fakta ilmiah sudah disampaikan ratusan ilmuwan dunia yang menentang pandangan rezim Bush jika Menara kembar WTC roboh hanya karena hantaman sebuah pesawat jet komersil. Pentagon pun sebenarnya bukan dihantam pesawat terbang, namun dihantam oleh sebuah misil udara ke darat yang memang mirip pesawat bernama Air to Ground Missile 86-C, yang merupakan generasi ketiga dari CALCM (Conventional Air Launched Cruise Missile) yang telah dilengkapi dengan uranium dengan panduan GPS (Global Positioning System).

Majalah eramuslim digest edisi 2 “The Dark Side 911: Sisi Gelap Peristiwa WTC” telah mengulas panjang lebar soal konspirasi ini. Banyak data dan fakta dipaparkan di sana.
Masalah yang sebenarnya adalah mengapa kebenaran tersebut tidak menjadi opini dunia, malah ketidak-benaran yang sampai detik ini masih saja dianut dan diyakini oleh banyak warga dunia, termasuk sebagian warga di Indonesia, bahkan ummat islam Indonesia sendiri banyak yang mempercayai tragedy Black September itu.

Jawaban dari masalah itu adalah disebabkan karena umat Islam di dunia, termasuk di negeri ini, tidak memiliki kesadaran yang benar tentang pentingnya menguasai media massa. Adalah suatu realita jika Zionis sekarang ini menguasai jaringan media massa dunia, baik itu berupa kantor-kantor berita, surat-surat kabar, majalah, buku, film, bahkan lembaga-lembaga ‘ilmiah’ yang banyak mengeluarkan hasil-hasil kajian yang seolah ‘ilmiah’ kepada komunitas ilmuwan dunia, namun sesungguhnya merupakan bagian dari suatu bentuk propaganda mereka, termasuk juga di Indonesia juga tentunya.

Kaum Zionis dengan sangat cerdas melihat pentingnya penguasaan media massa. Sebab itu mereka dengan cepat berlomba-lomba mendirikan mesin opini agar dunia bisa dijadikan pendukung pandangan-pandangan mereka.

Adalah suatu fakta jika umat Islam dunia, dan juga negeri ini, masih saja tidak perduli dengan penguasaan media massa. Adalah suatu hal yang aneh dan konyol di negeri ini, di mana dikatakan negeri mayoritas Muslim terbesar dunia, ternyata tidak memiliki satu pun stasiun teve untuk dakwah yang lurus. Umat Budha yang keberadaannya minoritas di negeri ini saja sudah memiliki stasiun teve, DAAI-TV, yang acaranya sangat bagus dan profesional, tanpa harus melacurkan idealisme ajaran cinta kasih keyakinannya. Mana stasiun teve umat Islam yang berani berdakwah, menyebarkan amar ma’ruf nahyi munkar dengan lurus, di negeri ini? Tidak ada!

Bisa jadi, sebab ketidakpedulian kita, atau sikap kita yang ingin gampangnya saja, yang menyebabkan sekarang ini kita memiliki ribuan kelompok nasyid, namun tidak ada satu pun dari kita yang sungguh-sungguh mendirikan kelompok riset atau kajian ilmiah yang besar. Inilah wajah kita sesungguhnya.

Lantas bagaimana sikap kita untuk merespon hal ini? Susah juga menjawabnya. Setiap stasiun teve dan juga media massa memiliki ideologinya sendiri. Bohong besar jika mereka mengatakan mereka mengedepankan profesionalitas pers yang tidak memihak. Kebenaran itu selalu memihak. Kita tidak akan bisa menggantungkan perjuangan kita kepada pihak-pihak lain.

Dus, kepada yang merasa memiliki kemampuan untuk mendirikan stasiun teve misalnya, silakan mulai bekerja secara sungguh-sungguh dan fokus. Kepada para tokoh Islam yang sudah jadi pejabat negara, buat regulasi yang benar tentang dakwah al-haq, amar ma’ruf nahyi munkar, yang benar dan berani. Sungguh, suatu hal yang sangat memalukan, negeri Muslim terbesar di dunia ini, majalah mesum seperti Playboy bisa beredar bebas. Kemana saja tokoh-tokoh Islam yang duduk di elit kekuasaan sekarang ini?

Dan sebagai rakyat biasa, mulailah kita membiasakan diri bersikap kritis terhadap siapa pun dan apa pun, kecuali tentunya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Hadiri dan ramaikanlah kajian-kajian ilmiah, perbanyaklah membaca buku yang bermutu dan kurangi nonton teve, isi halaqah-halaqah dengan nasrul-fikrah yang benar, bukan memanfaatkannya untuk kepentingan politis sesaat yang terbukti banyak mudharat dan minim manfaat. Wallahu’alam bishawab.

Akhirnya, terkait tragedy Black September 911, sudah selayaknya masyarakat, termasuk media dan insan pers berpikir cerdas, tidak gampang terseret arus, mengikuti oponi bahkan mandah saja meneruskan opini sesat yang menyesatka. Termasuk tragedy belakangan yang menimpa kalangan kepolisian yang menjadi sasaran tembak para konspirator sesat yang menyesatkan.@   


Tidak ada komentar: