Jurnalis Independen: Saat penulis bertemu dengan
seseorang yang mengaku bernama Edy Sampak di sebuah warung. Edy Sampak sebenarnya
adalah nama julukan seorang pejuang revolusi. Pada saat itu, nama ini menjadi
buah bibir sepanjang kawasan Tapalkuda. Mulai Banyuwangi hingga Sidoarjo, nama
ini melegenda pada jaman agresi Belanda I.
Dari Edy Sampak, yang pernah
menjadi ajudan Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno, diketahui
banyak cerita tentang tempe. Presiden Soekarno, selalu mengajak makan bersama para
ajudannya di meja makan bersama keluarganya. Lauk bernama tahu dan tempe, tak
pernah kosong dari meja makan dan menjadi menu santapan utama setiap hari Presiden
Soekarno yang juga seorang Proklamator itu.
Jika makan, menurut Edy Sampak, Presiden
Soekarno tak pernah menggunakan sendok apalagi garpu. Soekarno terlihat lahap
menyantap hidangan dengan tangan telanjang. Tentu saja setelah mencuci
tangannya terlebih dahulu.
Selain masalah tempe, banyak kisah-kisah
mistis yang terkait dengan Soekarno dikisahkan Edy Sampak. Sayangnya, Edy
Sampak tak mau menyebutkan nama aslinya. Yang jelas, jika saat ini masih hidup
mantan pejuang bahkan masyarakat sekitar wilayah Tapalkuda, pasti mengenal
dirinya, minimal mendengar nama Edy Sampak. Lelaki yang mengaku tinggal di
Mojokerto ini amat bangga dengan ketokohan, kebijakan dan gaya blusukan
Soekarno yang kini diterapkan oleh Joko Widodo Gubernur DKI Jakarta.
Saat menjadi ajudan Presiden Soekarno,
Edy Sampak sering dibuat kelabakan dan kebingungan. Sebabnya, Presiden Soekarno
diketahui sering menghilang dari kamarnya selepas Isya’. Soekarno pergi
blusukan menyatu dengan warga sekitar tanpa diketahui baik oleh warga maupun
oleh Paspampres, termasuk oleh Edy Sampak.
Menjelang waktu subuh, Soekarno datang
dari blusukannya dan membangunkan Edy Sampak yang masih tertidur didepan pintu
kamar Bung Karno yang dijaganya. Hal ini tidak terjadi sekali dua kali. Hingga
suatu ketika menurut Edy Sampak, saat itu jam baru menunjukkan pukul 06.00
pagi. Seorang petani masuk melewati pintu gerbang penjagaan istana. Petani itu
memaksa masuk untuk meminta pupuk di istana, waktu itu di istana Bogor.
Petani itu mengaku bertemu dengan
Presiden Soekarno pada malam hari di sebuah warung. Di warung itulah, si petani
berkeluh kesah akan ladangnya yang tidak bisa tergarap dengan baik dan
menghasilkan panen lantaran tidak memiliki pupuk. Soekarno yang sedang blusukan
dan duduk di warung, ngobrol dengan penduduk setempat, memberikan selembar
kertas yang ditanda tangani dan memberikan kepada petani tersebut.
Surat itu berisi, agar si petani datang
ke istana dan meminta pupuk ke istana, agar ia bisa memupuk ladangnya dan alhirnya
menghasilan panen yang baik dan berlimpah bagi si petani.
Tentu saja penjaga istana menolak
keinginan petani tersebut. Edy sampak pun mendatangi cekcok mulut itu dan
meminta bukti surat yang menurut pengakuan petani berasal dari Presiden
Soekarno tadi malam. Melihat tulisan dan tandatangan di kertas yang disodorkan
petani, Edy Sampak tertegun, bimbang, heran beberasa saat. Saat kebingunan itu,
terdengar suara Presiden Soekarno memanggil namanya. Presiden Soekarnopun menanyakan
perihal keributab di pintu gerbang istana itu. Edy Sampakpun menjelaskan apa
yang terjadi dan menunjukkan selembar kertas yang berisi tulisan dan
tandatangan Sang Presiden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar