Jurnalis Independen: Gonjang ganjing sepak terjang
Fron Pembela Islam (FPI) beberapa hari ini mendapat rating tertinggi di hadapan
rakyat Indonesia bahkan dunia. Bagi masyarakat awam, bodoh pendengki islam dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membentang dari Sabang sampai
Merauke, Pamswakarsa, FPI adalah Iblis yang harus dimusnahkan. Sebaliknya bagi mereka yang
mengerti sejarah, kedok-kedok lembaga asing di negeri ini, para pemikir,
pejabat, politisi, aparat dan muslim sejati, FPI adalah bagian “malaikat penyelamat”
NKRI.
Bermula kejatuhan rezim orde baru
yang diperintah semasa pemerintahan Soeharto jatuh oleh kelompok reformasi Mei
1998, komunitas asing yang telah merencanakan membalkanisasi NKRI, mendorong
para demontran gelap melakukan kekacauan. Pembonceng gelap reformasi yang kini
berhasil melencengkan tujuan mulia reformasi, saat itu sesuai intruksi tuannya
diluar negeri hendak menjadikan banjir darah di negeri ini. Tujuannya adalah
Balkanisasi dan menjadikan NKRI menjadi berkeping-keping, membantai ummat
mayoritas yang selalu menjadi penghalang paling menakutkan penguasaan kaum
kapitalis, imperialis dunia.
Pada saat yang genting seperti
itu, ditambah berbagai laporan intelejen Negara, BAKIN maka pejabat Negara
bertemu dengan para negarawan serta politisi yang mencintai NKRI lebih dari
segalanya. Mereka membahas langkah-langkah yang harus dilaksanakan demi menjaga
keutuhan NKRI. Tak sedikit tokoh-tokoh pembela NKRI menerima tudingan
kontroversi terkait usaha penyelamtannya akan NKRI oleh agen-agen dan antek
Negara asing yang berkedok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baik LSM yang
bergerak dalam bidang lingkungan, anti korupsi, HAM dan lain-lain.
Fakta lain yang berhubungan
dengan munculnya Pamswakarsa dan FPI, adalah diselnggarakannya Sidang Istimewa
MPR 10-13 Nopember 1998. Saat itu situasi politik dan keamanan Jakarta sangat
rawan dan mencekam. Meski kerusuhan besar seperti, Mei 98 sudah mereda tapi demo massa yang berujung kekacauan,
bentrok masih terus terjadi dimana-mana.
Mundurnya Soeharto dan naiknya Wakil
Presiden BJ Habibie sebagai Presiden, ternyata belum memuaskan sebagian
masyarakat. Kalangan inilah yang menjadi antek agen asing dan menginginkan
pecahnya NKRI. Mereka inilah yang terus menciptakan demo-demo massa dengan
kerusuhan hingga jatuhnya korban, jiwa dan harta benda. Tuntutan sebagian
masyarakat ini sangat radikal dan ektrim dibandingkan tuntutan utama reformasi
yang dipimpin Amin Rais.
Mereka inilah yang kemudian manfaatkan
demo-demo sebagai kekuatan penekan dan memancing kerusuhan dalam setiap aksi
demonya tersebut. Mereka selalu melakukan bentrok fisik dengan pihak aparat,
dengan harapan jatuhnya korban jiwa dan di ekspos media-media asing. Tahapan
selanjutnya, akan mengalirlah pasukan asing memasuki wilayah NKRI dan bercokol
bagai penjajah Belanda tempo dulu hingga ratusan tahun lamanya.
Untungnya motif dan tujuan aktor
intelektual demo-demo anarkis ini diketahui oleh intelejen Negara Bakin, Bais. Intelegen
mentransformasi informasi itu kepada tokoh-tokoh reformis.
Badan Intelegen Negara (BIN) dan
Bais melaporkan bahwa tujuan pihak-pihak tersebut adalah untuk menjatuhkan
Habibie. Meski Habibie sudah menyatakan menjabat sebagai presiden transisi
setalah dimundurkannya Presiden Soeharto.
Tugas utama pemerintahan transisi
adalah mempersiapkan pemilu, sistem politik dan pemerintahan yang demokratis
sesuai tuntutan reformasi. Presiden Habibie menerima penuh semua tuntutan
reformasi dan melakukan langkah-langkah untuk perwujudannya. Namun, ada pihak-pihak
yang masih belum puas.
Dalam laporan intelejen tersebut disebutkan
bahwa ada sekelompok pihak yang ingin menggagalkan agenda bersama Habibie dan
Kelompok reformis. Untuk mewujudkannya, Strategi mereka membuat kekacauan besar
lagi di indonesia dengan tujuan mendorong disintergrasi bangsa dan mendatangkan intervensi militer asing.
Pada saat itu kekuatan ABRI masih
terpecah. Tidak solid. Banyak penyusup dan dan diduga ada perwira-perwira indisipliner
memiliki agenda sendiri. Kondisi sosial politik rakyat pun sangat rawan dan
saling mencurigai antar kelompok. Banyak isu sesat dan menyesatkan yang
dilontarkan ketengah-tengah masyarakat yang sedang galau. NKRI saat itu
diambang perpecahan. Ada agenda asing dan sekelompok orang yang menjadi
antek-antek gerakan maker. Mereka ini penumpang gelap gerakan reformasi.
Atas dasar informasi yang disampaikan
pemerintah dan petinggi ABRI tersebut, mayoritas tokoh reformasi sepakat untuk
mengamankan agenda reformasi. Pemerintah dan tokoh-tokoh reformasi sepakat bahwa
NKRI harus dipertahankan. Kesempatan intervensi militer asing harus dicegah. Semua
sepakat bahwa RI tidak boleh "dibalkanisasi" oleh kekuatan asing degan
bantuan pengkhianat-pengkhianat bangsa itu. petinggi militer, pemerintahan maupun
tokoh politik saat itu menantang sejarah Yugoslavia yang diterapkan para
pecundang asing. Indonesia bukan Yugoslavia! Itulah kesepakatan para tokoh,
termasuk kaum reformis saat itu,
BAKIN, BAIS juga melaporkan bahwa
sejumlah negara sudah memiliki skenario menjadikan NKRI terpecah menjadi beberapa
negara. RI saat itu dalam keadaan bahaya. Strategi asing yang dibantu
pengkhianat negara ini memiliki scenario membenturkan massa demonstran dengan TNI/POLRI.
Dengan harapan akan banyak jatuh korban tewas. Dengan modus tersebut, TNI/POLRI
nantinya akan disalahkan oleh dunia internasional degan tuduhan pelanggaran HAM
berat. Dan pasukan asing akan masuk dengan dalih tersebut.
Laporan intelejen juga
menyebutkan banyaknya agen asing yang berada di Jakarta saat itu. Mereka siap
mematangkan skenario diatas. Sementara itu, juga terdapat sejumlah pasukan liar
dalam jumlah kecil yang tidak diketahui indentitasnya dan diduga akan "membonceng"
prahara yang diciptakan lewat demo-demo.
Pasukan-pasukan liar dan asing
ini akan menciptakan bentrok massa demo versus aparat, menjadi bentrokan
berdarah. Peluru-peluru liar siap dimuntahkan. Misi utama mereka adalah bagaimana
jatuh korban sebanyak-banyaknya dari demonstran. Fitnah akan dituduhkan ke TNI
maupun POLRI dengan bantuan media-media yang sudah disiapkan. Sejumlah LSM
tertentu juga dipengaruhi, gunanya nantinya sebagai penghujat TNI/ POLRI secara
membuta, disamping LSM-LSM utama yang
sebelumnya sudah menjadi budak mereka.
Tokoh-tokoh aktivis dikecoh.
Dikelabui dan ditipu dengan menggunakan rekayasa informasi. Dibuai dengan mimpi-mimpi
revolusi, pembersihan habis rezim Suharto. Kepada tokoh-tokoh yang sebelumnya
memang anti Islam atau anti ICMI, mereka dikompor-kompori dan disesatkan dengan
informasi palsu. Yaitu NKRI akan dijadikan Negara Khilafah, negara islam.
Kelompok ini akan memfitnah para
reformis, dengan mengatakan bahwa misi utama mereka yang sudah melenceng dari
tujuan reformasi. Selanjutnya berusaha menggagalkan Sidang Istimewa (SI) MPR
10-13 Nopember 1998. Penuhi MPR dengan massa demo sebanyak-banyaknya. Jadikan korban
jiwa sebanyak-banyaknya. Jadi tumbal atau martir revolusi, sebagai pintu masuk
intervensi militer asing dan Balkanisasi terhadap NKRI.
Kelompok durjana ini juga telah
menyiapkan bagaimana NKRI dipecah belah. Negara Papua, Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi dst. RI tinggal sejarah. Ditulis dengan darah. Sentimen antaragama,
suku dan golongan pun akan dijadikan "trigger" untuk tujuan mereka
ini. Alhamdulillah..Tuhan masih melindungi NKRI hingga detik ini.
Berdasarkan laporan intelejen,
analisa dan prediksi terburuk yang mengancam NKRI, mayoritas tokoh reformasi
setuju untuk melakukan perlawanan para para pengkhianat Negara dan menjadi
antek asing. Strategi yang disetujui adalah menghilangkan celah/ peluang TNI/
Polri atau pemerintah dituduh/difitnah lakukan kejahatan HAM berat.
Bentrokan antara TNI/Polri dengan
massa demo yang mayoritas dipimpin aktivis radikal garis keras, kiri, komunis dan
lainnya harus diminimalisir. Massa pendemo dari kampus-kampus tertentu yang sudah diketahui disusupi unsur
radikal anarkis kiri dipantau ketat selama 24 jam untuk antisipasi gerakannya.
Sejumlah intel TNI/Polri
disusupkan ke dalam kelompok-kelompok anti NKRI ini untuk operasi deception,
kontra aksi, disorientasi dan misinformasi. Yang paling utama mempersiapkan massa dalam jumlah besar sebagai
tandingan menghadapi massa demo kelompok non reformis itu. ABRI hanya sebagai
back up saja. Penanggung jawab penyediaan massa tandingan yang kemudian dikenal
dengan nama PAMSWAKARSA itu adalah Kaskostrad Mayjend Kivlan Zen.
Sedangkan penyediaan massanya
dibantu oleh tokoh-tokoh islam, kelompok reformis dan nasionalis yang cinta
NKRI, dengan mentargetkan massa sebanyak 30.000 orang. Pamswakarsa ini mampu
menghadapi aksi demo massa brutal dari kelompok kiri, anti pancasila dan NKRI
ini. Bentrokan terjadi dimana.
Tokoh-tokoh dibalik aksi massa
demo kiri ini meradang. Dibantu oleh agen-agen asing, LSM dan media-media bayaran,
mereka kecam habis-habisan munculnya Pamswakarsa tersebut. Dengan segala cara
mereka meminta pemerintah membubarkan pamswakarsa. Opini-opini sesat dan
menyesatkan dibangun. Sejuta rekayasa diciptakan, namun pemerintah bertahan. Meski
dikecam sebagian negara asing dan media-media bayaran, Pamswakarsa efektif
mencegah konflik fisik vertikal antara TNI/POLRI dan Massa.
Perdana Menteri Australia dan
Singapore sebagai spion Negara Amerika Serikat (AS) di wilayah ASEAN mendesak Presiden
Habibie untuk membubarkan Pamswakarsa. Tetapi Presiden Habibie menolak dengan
mengatakan "No. This my country. I Know the best !! Terlepas dari
kontroversi Pamswakarsa. Ada korban jiwa. Adanya tuduhan pelanggaran HAM.
Pamswakarsa berjasa cegah balkanisasi di NKRI.
Ngeri membayangkan bencana di
Indonesia jika rencana asing dan pengkhianat-pengkhianat bangsa itu berhasil mengoyak
NKRI dan banjir darah terwujud melalui intervensi militer asing. Kelompok orang
biadab itu pasti bukan dari golongan agama, apalagi agama islam. Justru sebaliknya
islam selalu maju menjadi penyelamat NKRI. Sebab Pamswakarsa anggotanya kebanyakan
dari kelompok muslim. Jika saja scenario kelompok pengkhianat bangsa itu
terwujud, bukan hanya 6 korban jiwa yang tewas, mungkin 6000 atau 60.000 atau
bahkan 6 juta rakyat indonesia bisa mati jika perang saudara terjadi.
Allah SWT, Tuhan YMK masih
melindungi rakyat Indonesia. Let's gone be gone. Biarlah semua menjadi sejarah.
Sumpal saja mulut-mulut antek asing itu! Antek-antek, hamba-hamba asing, dan komunis
itu lebih suka melihat Republik Indonesia (RI) hancur, jutaan mayat rakyat
bergelimpangan, banjir darah dimana-mana. Mereka bangga jika perang saudara
terjadi di negeri ini seperti yang terjadi di Irak, Libya, Suriah, Afganistan,
kini di Mesir. Semua itu memamng hasil karya kelompok yang sama dengan pelaku
yang ingin mencabik-cabik NKRI. Yang dibantu para jongos, para babu politik
asing dan kelompok manusia tak berakal dan tak bertuhan.
Sejarah memang harus diluruskan.
Opini sesat harus dibersihkan. Rakyat NKRI harus disadarkan. Diakui memang
sulit, sebab kini, dsemakin banyak bermunculan media-media yang dikuasai golongan
penyesat ini. Hingga sekarangpun para durjana itu masih tetap eksis dan tetap
tak jemu menyusun scenario-skenario dengan anggaran tak terbatas yang telah
disiapkan oleh tuannya. Kini, mereka bergerak secara lebih halus dan vocal
untuk memecah NKRI. Mereka tak berhenti jika belum berhasil. Waspadalah.@JI
1 komentar:
Posting Komentar