Jurnalis Independen: Setelah Hary Tanoesoedibjo
menggeser posisi Yuddy Chrisnandi sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai
Hati Nurani Rakyat. Sehari setelah itu, salah satu “Pangeran Illuminati” ini,
dideklarasikan sebagai calon wakil presiden oleh Hanura dan Wiranto sebagai
calon presidennya.
Apa alasannya? Harry Tanoe adalah
orang yang dekat dengan George Soros yang menjadi dedengkot dari gerakan
penguasaan perusahaan besar Indonesia dengan dukungan keuangan internasional
Zionis Yahudi.
Peralihan jabatan Yuddy
Chrisnandi sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hati Nurani Rakyat pada
Hary Tanoe, ternyata dilogikan terbalik. Walau diakui oleh Yuddy, sejak Hary
Tanoe masuk ke Hanura, belum ada gebrakan yang dilakukan. Namun, partai
memberikan kewenangan yang lebih besar pada sejawat Soros. Dengan harapan, agar
yang bersangkutan dapat memberikan kontribusi untuk membesarkan partai. Masalah
ini katanya, sudah dibicarakan dengan Ketua Umum, Wiranto.
"Kalau dapat amanah lebih
besar siapa tahu bisa besarkan partai. Makanya, Pak Wiranto minta saya serahkan
jabatan ke Pak Hary Tanoe," kata Yuddy, Rabu 3 Juli 2013.
Pertimbangan lain adalah, agar
Hary Tanoe bisa meneruskan strategi yang telah dia siapkan sebelumnya. Di luar
semua itu, Yuddy mengaku legowo jika jabatannya diserahkan kepada cawapres
partainya.
"Saya setuju dong apalagi
untuk kebesaran partai," kata Yuddy Chrisnandi.
Terkait Pendeklarasian Wiranto
dan Hary Tanoesoedibjo sebagai calon presiden dan wakil presiden rupanya menuai
masalah di internal partai Hanura. Salah satu yang menolak pendeklarasian itu
adalah Ketua DPP Hanura, Fuad Bawazier.
Menurut Fuad, pencalonan Hary
Tanoe sebagai calon wakil presiden adalah keputusan strategis yang mustinya
diputuskan melalui rapat pimpinan nasional. Untuk itu, menurut dia, pencalonan
itu dinilai tidak sah.
"Dalam mekanisme apa yang
dipakai? Kenapa tiba-tiba SMS saja yang dipakai (info deklarasi). Intinya, hari
Senin ada SMS masuk, harap hadir besok hari Selasa pagi, pakaian rapi,
Wiranto-HT akan deklarasi," kata Fuad ketika dihubungi, Rabu 3 Juli 2013.
Fuad mengaku tak diajak
berbincang mengenai pencalonan itu. Tak hanya dirinya, tetapi tokoh-tokoh
senior partai Hanura juga tak diajak berdiskusi. Sehingga, pada deklarasi lalu,
banyak yang tak hadir. "Ada apa ini? Tiba-tiba ada deklarasi itu,"
ujar dia.
Fuad Bawazier jelas memprotes
pendeklarasian Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo itu. Menurut dia, hal ini bisa
menimbulkan masalah di internal partai.
"Harusnya melalui Rapimnas,
AD/ART-nya begitu. Keputusan penting harus melalui Rapimnas. Ini tiba-tiba
muncul siapa yang memutuskan dan mekanismenya nggak ada. Jadi menimbulkan
masalah internal," kata Fuad.
Fuad yakin, jika pasangan Wiranto
dan Hary Tanoe ini sulit mendapat dukungan baik dari internal partai maupun
dari luar. Sebab, menurut dia, pendeklarasian ini tidak wajar. Di mana, satu
partai kecil mendeklarasikan capres dan cawapres.
"Seolah partai besar. Ya
realistis aja, partai perlu koalisi untuk mengusung capres-cawapres, karena PT
20 persen. Bagaimana kalau nggak koalisi," kata dia.
Namun, jika diambil dari segi
positifnya, kata Fuad, bisa saja ini hanya sebagai uji publik. "Ya memang
positifnya ada, untuk tes ke publik," ujar dia.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar