Apa Kata Ulil & Eva Tentang Islam?
Jurnalis Independen: Ulil Abshar Abdala, gembong
Jaringan Islam Liberal dalam pernyataannya pada 30 Juli 2013 di Twitter mengatakan
bahwa kalangan Islamis diperbolehkan berpolitik dalam sistem demokrasi, namun
ia mengaku bahwa Islamis tidak boleh membesar karena akan menimbulkan
polarisasi hingga menyebabkan kudeta militer.
“Pelajaran dari Mesir: Jika
kekuatan Islamis terlalu kuat di sebuah negara, politik akan cenderung
sektarian, masyarakat terpolarisasi. Keadaan seperti itu biasanya akan mudah
mengundang militer melakukan intervensi politik. Mesir adalah contoh terakhir.
Alhamdulillah, di Indonesia kekuatan Islamis tak terlalu besar. Jika membesar,
kita akan menghadapi masalah seperti Mesir,” katanya.
Padahal dalam kontek Mesir kini,
masalah berawal dari kekalahan kekuatan politik bahkan militer secara politik
dalam pemilu demokratis yang didengung- dengungkan. Lihat juga Hamas Palestina
ketika menang pemilu secara demokratis. Apa yang dilakukan kaum buejad itu. Yaitu memberontak, tidak
mengakui pemerintahan sah, meminta bantuan asing seperti Amerika, Israel maupun
Eropa yang kita tau sebagai Negara penjajah sepanjang jaman.
Dalam konteks Mesir, jongos
liberal yang komunis ini menyatakan bahwa baik kubu militer dan Islamis – sama-sama
bukan alternatif yang ideal untuk konsolidasi demokrasi di Mesir. Masalah besar
Mesir adalah terlalu kuatnya kubu Islamis di sana. Yang bisa menandingi mereka
hanya militer.
Polarisasi atas kekuatan Islamis
dan militer menurutnya menunjukkan bahwa Islamisme adalah ideologi berbahaya,
dan akan selalu menimbulkan politik aliranisme yang memecah-belah masyarakat.
Ia mengatakan, “Tugas kita adalah
melakukan kritik terus-menerus agar ideologi Islamis di Indonesia yang dibawa Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) tak meluas pengaruhnya.”
Ia mengaku tidak melarang Islamis
berpolitik, tetapi mereka harus meninggalkan ideologi Islamisme mereka.
“Yang saya anjurkan adalah
kritik, bukan menghalangi hak kaum Islamis untuk berpolitik. Hak itu ada pada
mereka dan dilindungi konstitusi. Di semua sistem demokrasi, kaum Islamis punya
hak untuk berpolitik, berpartai. Tak boleh dihalang-halangi. Tapi hak
masyarakat untuk melakukan kritik atas ideologi Islamisme supaya pengaruhnya
tak meluas. Dengan kritik yang keras dan
terus-menerus, kaum Islamis kita harapkan “sadar” dan merevisi ideologi mereka
seperti di Turki,” kata jongos liberal dan antek iblis ini.
Sementara itu ada lagi keturunan iblis
wanita bernama Eva Kusuma Sundari. Ia juga seorang politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) yang membenci islam karena takdirnya menjadi penganut gerakan iblis. Dirinya
menuding situs-situs Islam lebih berbahaya daripada pornografi.
“Karena berdampak pada kerusakan
jiwa para generasi muda,” kata anggota
Komisi III DPR dalam rilisnya.
Ia mendesak Menkominfo untuk
memblokir situs-situs Islam pro-jihad. Desakan ini, menyusul insiden bom panci
di Mapolsek Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Ia menduga, pelaku mendapat ide dari situs Inspire Magazine Al Qaidah, yang
mengajarkan pembuatan bom panci pakai pressure cooker.
“Hal yang juga telah
menginspirasi pelaku bom Boston marathon,” tuding anggota Kehormatan Waria ini.
Ia mengatakan, situs-situs
tersebut sudah meresahkan masyarakat dan aktivis-aktivis anti-kekerasan karena
mengajarkan radikalisme.
“Tauhid wal jihat yang bisa
mendorong apa yang disebut self- radicalism dan mengantar seseorang mengambil
tindakan radikal termasuk membuat bom,” katanya.
Padahal yang lebih penting
dikerjakan oleh anggota dewan seperti Eva adalah mencari cara agar negeri ini
tidak menjadi pasar bagi produk asing dan membuka peluang kerja yang sesuai
dengan Negara agraris adalah lebih penting daripada menghujat islam seperti
yahudi, komunis dan kapitalis dunia. Kok senang ya, orang jadi begundal bangsa
asing dan iblis.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar