Jumat, 05 Juli 2013

AS dan Israel Dibalik Kudeta Presiden Mesir Muhammed Mursi


Jurnalis Independen: Sepeninggal Presiden terguling Muhammad Mursi oleh militer anti Ikhwanul Muslimin (IM-islam), Mesir akan menjadi ajang pertempuran berdarah. Setelah kemenangan dalam pemilu secara demokratis dan dimenangkan oleh partai IM, membuat mata dunia internasional, khususnya AS (Barat) dan Israel menjadi gusar.


Dengan segala cara berusaha menyingkirkan pemerintahan IM dan melengserkan Presiden Mursi. Setelah setahun kekuasaan Presiden Mursi, Israel dan Barat lewat kekuasaan militer Mesir, Jendral Abdel Fattah al-Sisi berhasil mengkudeta kekuasaan Presiden Mursi dan IM yang akan diburu dan dicap sebagai teroris.

Presiden Muhammed Mursi pemenang pemilu setahun lalu, lengser sudah. Para anggota dan simpatisan Ikhwanul Muslimin turun ke jalan-jalan selepas Salat Jumat (5/4/2013), menuntut dikembalikannya Mohamed Morsi menjadi Presiden Mesir.

Sebelumnya, pada Rabu (3/7/2013) malam, militer Mesir menggulingkan Morsi. Sejak itu, Ikhwanul Muslimin mendesak para pendukung Morsi turun ke jalan-jalan, dan menyuarakan kemarahan mereka. Kelompok itu juga mengancam akan melancarkan serangan balasan dengan kekuatan.

Kepolisian Mesir menangkap sedikitnya empat orang, yang disinyalir akan melangsungkan
serangan teror balas dendam. Mereka ditangkap atas tuduhan kepemilikan senjata dan bahan peledak.

Angkatan Bersenjata Mesir menyatakan akan menjamin hak-hak masyarakat untuk protes, termasuk mereka yang mendukung Morsi, selama tidak menimbulkan kekerasan atau perusakan properti.

Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata juga mengatakan akan melindungi semua kelompok dari serangan balas dendam.Meskipun berjanji akan melindungi semua hak masyarakat Mesir, militer Mesir berencana menutup Ikhwanul Muslimin. Morsi adalah mantan pemimpin kelompok itu, dan kemudian menjadi salah satu presiden pertama yang terpilih secara demokratis di Mesir.
Seorang juru bicara untuk Kebebasan Morsi dan Partai Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin mengatakan, apa yang dimulai sebagai sebuah kudeta militer, berubah menjadi perburuan teroris. Ikhwanul Muslimin akan disamakan dengan Al Qaedah dan diburu oleh Barat (AS) maupun Israel.

Buktinya, Kantor Kejaksaan Mesir telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohamed Badei, atas dugaan melakukan penghasutan dan pembunuhan, juga mantan pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohamed Mahdi Akef.
Media pemerintah melaporkan bahwa mereka telah ditangkap, namun Ikhwanul menyebut hal itu merupakan desas-desus palsu.

Sementara itu, Semenanjung Sinai juga bergolak. Dalam serangan milisi Islam pada Jumat pagi di sejumlah lokasi dan bandara, ternyata menyisakan korban jiwa.

Kantor berita resmi MENA mengatakan helikopter Apache militer dikirim untuk mengejar orang-orang bersenjata tersebut dan berhasil melumpuhkan sebuah kendaraan milisi.
Kelompok milisi di Semenanjung Mesir, menyatakan mengecam penggulingan Mursi dari kursi Kepresidenan.

Adly Mansour, Kamis (4/7/2013), dilantik menjadi pengganti sementara Presiden Mesir, Mohammed Mursi, yang digulingkan oleh militer, dua hari lalu.

Dalam pidato pertamanya, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir itu mengatakan, dirinya akan memastikan revolusi Mesir berjalan di jalurnya seperti dikehendaki AS dan Israel.
.
"Saya menerima penugasan dari bangsa Mesir, yang merupakan pemimpin dan sumber dari semua kekuatan, yang memperbaiki jalan revolusi pada 30 Juni kemarin," ujarnya, seperti dikutip dari Upi.com, Jumat.

"Penguasa sebelumnya mengubah diri mereka menjadi setengah dewa. Dan itu  telah berakhir selamanya, Presiden di Mesir tidak akan lagi menikmati kekebalan itu," lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi di hari Rabu menguraikan sejumlah rencana masa depan Mesir, termasuk menangguhkan konstitusi dan menunjuk Mansour untuk menggantikan Mursi.

Mansour akan memimpin kabinet yang diisi kaum teknokrat, termasuk semua faksi politik dan kaum muda di Mesir, kecuali Ikhwanul Muslimin.

Angkatan bersenjata Mesir, juga menjamin keselamatan para pendukung Mursi, untuk meredakan ketegangan di Mesir.

"Angkatan bersenjata tidak akan mengizinkan siapapun untuk menghina, memprovokasi atau menyerang mereka yang bergabung dalam arus Islam," ujar militer Mesir dalam sebuah pernyataan. Betulkah demikian? Padahal ancaman memenjarahkan Presiden terguling Mohammed Mursi dan Ikhwanul Muslimin telah didengungkan. *

Tidak ada komentar: