Jurnalis Independen: Dengan bersumpah Panglima Militer
Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi yang telah terbeli oleh musuh-musuh islam menanggapi
pidato Mursi dengan mengatakan, “ Kami bersumpah akan korbankan darah Rakyat
Mesir”.
Diposting di halaman resmi
Facebook dari Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF), yang dipimpin oleh
Panglima Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, mengatakan: “Kami bersumpah demi Tuhan
bahwa kita akan mengorbankan darah kita bagi Mesir dan rakyatnya , untuk
membela mereka terhadap teroris, radikal atau kebodohan. ”
Pernyataan itu dikeluarkan tiga
jam setelah Mursi memberikan pidato televisi yang menolak ultimatum dari Al
Sisi bahwa dia harus berbagi kekuasaan dengan lawan-lawannya atau menghadapi
militer pada jam 5 sore waktu setempat
(1500 GMT).
Satu sumber militer mengatakan
pernyataan itu membuat jelas bahwa angkatan bersenjata tidak akan meninggalkan
tuntutan mereka, menurut Reuters.
Mursi bersikeras pertahankan ‘legitimasi konstitusionalnya ”
dan meminta tentara untuk menarik ultimatum untuk melakukan intervensi jika
semua partai politik tidak menyelesaikan perbedaan.
Presiden juga mengatakan ia siap untuk “memberikan hidupnya” untuk
mempertahankan legitimasi konstitusional, dan juga komentar pemimpin senior
Ikhwanul Muslimin yang mendesak para pendukungnya untuk siap berjihad mengorbankan
nyawa mereka untuk mencegah kudeta militer.
Dalam pidato Mursi , sekitar
lebih 40 menit, dia mengakui pada tahun
pertamanya , ia menghadapi tantangan dari ‘sisa-sisa korup “dari rezim lama
yang didukung militer Mesir dan dunia internasional pro liberal, komunis dan
Syi’ah..
Dalam menanggapi ultimatum
militer untuk berbagi kekuasaan dengan lawan-lawannya, ia mengatakan ia telah
mencoba dialog semacam itu sebelumnya dan belum berhasil. Tapi dia bersikeras
dia akan terus memenuhi tugas yang diamanatkan rakyat karena ia telah terpilih secara demokratis.
Presiden mengatakan bahwa
penghormatan terhadap tatanan konstitusional adalah “satu-satunya jaminan agar
pertumpahan darah tidak berlanjut.”
Sementara itu, dukungan militer yang
kuat terhadap pemberontak yang benci Mursi lantaran Presiden terpilih secara demokratis
dan pemimpn Ikhwanul Muslimin, anehnya justru dijuluki teroris, berkait nam
aseorang Jenderal Abdul Fattah al-Sisi. Siapakah Jenderal Militer ini?
Jenderal Al Sisi telah membawa
militer kembali ke panggung politik Mesir, sebuah ultimatum dikeluarkan olehnya
mengatasnamakan kepala angkatan bersenjata Mesir, Jenderal Abdul Fattah
al-Sisi, memberikan waktu 48 jam kepada Presiden Mursi untuk menyelesaikan
kebuntuan di negara itu, dipandang sebagai usaha kudeta di Mesir terhadap Presiden pertama yang
terpilih secara demokratis, Presiden Mohammed Mursi.
Pernyataan itu muncul setelah
satu tahun pengangkatannya sebagai komandan umum angkatan bersenjata Mesir dan
menteri pertahanan pada tanggal 12 Agustus 2012, BBC melaporkan pada hari
Selasa, 2 Juli.
General El Sisi lahir di Kairo
pada tanggal 19 November 1954.
Setelah lulus dari Akademi
Militer Mesir pada tahun 1977, ia bertugas di korps infanteri, mendapatkan
pengalaman tempur dari Marshal Tantawi dan anggota SCAF lainnya.
Namun, karirnya melesat di
jajaran militer, ia menempati berbagai posisi senior, termasuk komandan
batalyon infanteri mekanik dan kepala informasi dan keamanan di sekretariat
jenderal Kementerian Pertahanan.
Dia juga pernah menjabat sebagai
atase militer Mesir di Arab Saudi.
Kemudian, Jenderal Al Sisi
menjabat sebagai kepala staf Militer dan kemudian menjadi Panglima Militer wilayah Utara, berkantor
pusat di Alexandria, sebelum diangkat menjadi direktur Intelijen Militer.
Sebelum dipromosi menjadi kepala
angkatan bersenjata pada Agustus lalu, dia menduduki jabatan Scaf sebagai
kepala Intelijen Militer, dan merupakan perwira tinggi termuda.
Dalam berjalannya waktu sejak
pengangkatannya, karismatik Al Sisi
menampilkan pesona publik yang tenang dan
jauh dari tokoh militer yang tegas.
Diangkatnya Mursi menjadi
Presiden, banyak rumor menyebar tentang hubungan Al Sisi dengan Ikhwanul Muslimin, organisasi
Islam yang membesarkan Mohammed Mursi.
Rumor ini pada dasarnya
dihembuskan media swasta dan saluran satelit, yang biasanya mendukung oposisi.
Pemilik dan presenter stasiun TV
al-Faraeen yang pro militer, Tawfiq Ukasha, menuduh Al Sisi sebagai “orang
mereka (Ikhwan) di Scaf”, dan ada laporan
yang menggambarkan bahwa istri Al Sisi mengenakan cadar menutupi wajah yang
biasa dikenakan oleh beberapa Muslimah konservatif.
Namun, Scaf bersikeras bahwa
anggotanya tidak memiliki hubungan apapun , apalagi partisan atau ideologis
dari setiap kekuatan politik di Mesir.
Mutaz Abdul Fattah, seorang
profesor di Universitas Kairo, juga mengatakan Al Sisi bukanlah anggota
Ikhwanul Muslimin, ia menulis di Twitter.
“Dia bukan anggota Ikhwan, ia
hanya orang yang religius,” tulis Mutaz Abdul Fattah.
Pada bulan Agustus 2012, surat
kabar al-Tahrir juga melaporkan bahwa Jenderal Al Sisi ternyata memiliki “hubungan yang kuat
dengan para pejabat AS pada tingkat diplomatik dan militer”.
Dia pernah belajar di Washington,
menghadiri beberapa konferensi militer di sana, dan terlibat dalam “kerjasama
yang berkaitan dengan pelatihan perang dan operasi intelijen dalam beberapa
tahun terakhir”, katanya.
Tindakan militer baru-baru ini
juga telah memberikan angin segar kepada demonstran anti-pemerintah yang memperlihatkan
bahwa sikap Al Sisi tidak akan memungkinkan pemerintah untuk membungkam suara
demonstrasi mereka.
Setelah ultimatum kepada
pemerintah dan lawan-lawannya untuk menyelesaikan krisis di negara itu dalam
waktu 48 jam, maka helikopter militer membuat simpati pendemo dengan
melemparkan ribuan bendera Mesir di atas para demonstran di Tahrir Square.
Kerumunan para demonstran
bersorak menanggapi kejadian itu dengan meneriakan “Rakyat (Sekuler, Nasrani,
Kiri dan Syiah) dan militer (Al Sisi) di
satu pihak “.
Dewan Tertinggi Angkatan
Bersenjata (SCAF), yang terdiri dari 21 tokoh senior militer yang dipimpin oleh
Marsekal Mohamed Hussein Tantawi, pernah
memerintah Mesir pada masa
transisi setelah jatuhnya Presiden Hosni Mubarak pada bulan Februari 2011
hingga Presiden Mohammed Mursi dilantik pada bulan Juni 2012. Dewan SCAF ini
dikritik selama periode transisi tersebut karena gagal melaksanakan tuntutan
revolusioner. Jadi siapa sebenarnya Al Sisi? Boneka Barat yang benci kemenangan
Islam dan generasi Qur’an?@JI
-------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar