Rabu, 24 Juli 2013

Sejarah Berdirinya Pamswakarsa, FPI dan Penolakan Balkanisasi di Indonesia

Jurnalis Independen: Gonjang ganjing sepak terjang Fron Pembela Islam (FPI) beberapa hari ini mendapat rating tertinggi di hadapan rakyat Indonesia bahkan dunia. Bagi masyarakat awam, bodoh pendengki islam dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membentang dari Sabang sampai Merauke, Pamswakarsa, FPI adalah Iblis yang harus dimusnahkan. Sebaliknya bagi mereka yang mengerti sejarah, kedok-kedok lembaga asing di negeri ini, para pemikir, pejabat, politisi, aparat dan muslim sejati, FPI adalah bagian “malaikat penyelamat” NKRI.


Bermula kejatuhan rezim orde baru yang diperintah semasa pemerintahan Soeharto jatuh oleh kelompok reformasi Mei 1998, komunitas asing yang telah merencanakan membalkanisasi NKRI, mendorong para demontran gelap melakukan kekacauan. Pembonceng gelap reformasi yang kini berhasil melencengkan tujuan mulia reformasi, saat itu sesuai intruksi tuannya diluar negeri hendak menjadikan banjir darah di negeri ini. Tujuannya adalah Balkanisasi dan menjadikan NKRI menjadi berkeping-keping, membantai ummat mayoritas yang selalu menjadi penghalang paling menakutkan penguasaan kaum kapitalis, imperialis dunia.


Pada saat yang genting seperti itu, ditambah berbagai laporan intelejen Negara, BAKIN maka pejabat Negara bertemu dengan para negarawan serta politisi yang mencintai NKRI lebih dari segalanya. Mereka membahas langkah-langkah yang harus dilaksanakan demi menjaga keutuhan NKRI. Tak sedikit tokoh-tokoh pembela NKRI menerima tudingan kontroversi terkait usaha penyelamtannya akan NKRI oleh agen-agen dan antek Negara asing yang berkedok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baik LSM yang bergerak dalam bidang lingkungan, anti korupsi, HAM dan lain-lain.

Fakta lain yang berhubungan dengan munculnya Pamswakarsa dan FPI, adalah diselnggarakannya Sidang Istimewa MPR 10-13 Nopember 1998. Saat itu situasi politik dan keamanan Jakarta sangat rawan dan mencekam. Meski kerusuhan besar seperti, Mei 98 sudah  mereda tapi demo massa yang berujung kekacauan, bentrok masih terus terjadi dimana-mana.

Mundurnya Soeharto dan naiknya Wakil Presiden BJ Habibie sebagai Presiden, ternyata belum memuaskan sebagian masyarakat. Kalangan inilah yang menjadi antek agen asing dan menginginkan pecahnya NKRI. Mereka inilah yang terus menciptakan demo-demo massa dengan kerusuhan hingga jatuhnya korban, jiwa dan harta benda. Tuntutan sebagian masyarakat ini sangat radikal dan ektrim dibandingkan tuntutan utama reformasi yang dipimpin Amin Rais.

Mereka inilah yang kemudian manfaatkan demo-demo sebagai kekuatan penekan dan memancing kerusuhan dalam setiap aksi demonya tersebut. Mereka selalu melakukan bentrok fisik dengan pihak aparat, dengan harapan jatuhnya korban jiwa dan di ekspos media-media asing. Tahapan selanjutnya, akan mengalirlah pasukan asing memasuki wilayah NKRI dan bercokol bagai penjajah Belanda tempo dulu hingga ratusan tahun lamanya.

Untungnya motif dan tujuan aktor intelektual demo-demo anarkis ini diketahui oleh intelejen Negara Bakin, Bais. Intelegen mentransformasi informasi itu kepada tokoh-tokoh reformis.

Badan Intelegen Negara (BIN) dan Bais melaporkan bahwa tujuan pihak-pihak tersebut adalah untuk menjatuhkan Habibie. Meski Habibie sudah menyatakan menjabat sebagai presiden transisi setalah dimundurkannya Presiden Soeharto.

Tugas utama pemerintahan transisi adalah mempersiapkan pemilu, sistem politik dan pemerintahan yang demokratis sesuai tuntutan reformasi. Presiden Habibie menerima penuh semua tuntutan reformasi dan melakukan langkah-langkah untuk perwujudannya. Namun, ada pihak-pihak yang masih belum puas.

Dalam laporan intelejen tersebut disebutkan bahwa ada sekelompok pihak yang ingin menggagalkan agenda bersama Habibie dan Kelompok reformis. Untuk mewujudkannya, Strategi mereka membuat kekacauan besar lagi di indonesia dengan tujuan mendorong disintergrasi bangsa dan  mendatangkan intervensi militer asing.

Pada saat itu kekuatan ABRI masih terpecah. Tidak solid. Banyak penyusup dan dan diduga ada perwira-perwira indisipliner memiliki agenda sendiri. Kondisi sosial politik rakyat pun sangat rawan dan saling mencurigai antar kelompok. Banyak isu sesat dan menyesatkan yang dilontarkan ketengah-tengah masyarakat yang sedang galau. NKRI saat itu diambang perpecahan. Ada agenda asing dan sekelompok orang yang menjadi antek-antek gerakan maker. Mereka ini penumpang gelap gerakan reformasi.

Atas dasar informasi yang disampaikan pemerintah dan petinggi ABRI tersebut, mayoritas tokoh reformasi sepakat untuk mengamankan agenda reformasi. Pemerintah dan tokoh-tokoh reformasi sepakat bahwa NKRI harus dipertahankan. Kesempatan intervensi militer asing harus dicegah. Semua sepakat bahwa RI tidak boleh "dibalkanisasi" oleh kekuatan asing degan bantuan pengkhianat-pengkhianat bangsa itu. petinggi militer, pemerintahan maupun tokoh politik saat itu menantang sejarah Yugoslavia yang diterapkan para pecundang asing. Indonesia bukan Yugoslavia! Itulah kesepakatan para tokoh, termasuk kaum reformis saat itu,

BAKIN, BAIS juga melaporkan bahwa sejumlah negara sudah memiliki skenario menjadikan NKRI terpecah menjadi beberapa negara. RI saat itu dalam keadaan bahaya. Strategi asing yang dibantu pengkhianat negara ini memiliki scenario membenturkan massa demonstran dengan TNI/POLRI. Dengan harapan akan banyak jatuh korban tewas. Dengan modus tersebut, TNI/POLRI nantinya akan disalahkan oleh dunia internasional degan tuduhan pelanggaran HAM berat. Dan pasukan asing akan masuk dengan dalih tersebut.

Laporan intelejen juga menyebutkan banyaknya agen asing yang berada di Jakarta saat itu. Mereka siap mematangkan skenario diatas. Sementara itu, juga terdapat sejumlah pasukan liar dalam jumlah kecil yang tidak diketahui indentitasnya dan diduga akan "membonceng" prahara yang diciptakan lewat demo-demo.

Pasukan-pasukan liar dan asing ini akan menciptakan bentrok massa demo versus aparat, menjadi bentrokan berdarah. Peluru-peluru liar siap dimuntahkan. Misi utama mereka adalah bagaimana jatuh korban sebanyak-banyaknya dari demonstran. Fitnah akan dituduhkan ke TNI maupun POLRI dengan bantuan media-media yang sudah disiapkan. Sejumlah LSM tertentu juga dipengaruhi, gunanya nantinya sebagai penghujat TNI/ POLRI secara membuta, disamping LSM-LSM  utama yang sebelumnya sudah menjadi budak mereka.

Tokoh-tokoh aktivis dikecoh. Dikelabui dan ditipu dengan menggunakan rekayasa informasi. Dibuai dengan mimpi-mimpi revolusi, pembersihan habis rezim Suharto. Kepada tokoh-tokoh yang sebelumnya memang anti Islam atau anti ICMI, mereka dikompor-kompori dan disesatkan dengan informasi palsu. Yaitu NKRI akan dijadikan Negara Khilafah, negara islam.

Kelompok ini akan memfitnah para reformis, dengan mengatakan bahwa misi utama mereka yang sudah melenceng dari tujuan reformasi. Selanjutnya berusaha menggagalkan Sidang Istimewa (SI) MPR 10-13 Nopember 1998. Penuhi MPR dengan massa demo sebanyak-banyaknya. Jadikan korban jiwa sebanyak-banyaknya. Jadi tumbal atau martir revolusi, sebagai pintu masuk intervensi militer asing dan Balkanisasi terhadap NKRI.

Kelompok durjana ini juga telah menyiapkan bagaimana NKRI dipecah belah. Negara Papua, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dst. RI tinggal sejarah. Ditulis dengan darah. Sentimen antaragama, suku dan golongan pun akan dijadikan "trigger" untuk tujuan mereka ini. Alhamdulillah..Tuhan masih melindungi NKRI hingga detik ini.

Berdasarkan laporan intelejen, analisa dan prediksi terburuk yang mengancam NKRI, mayoritas tokoh reformasi setuju untuk melakukan perlawanan para para pengkhianat Negara dan menjadi antek asing. Strategi yang disetujui adalah menghilangkan celah/ peluang TNI/ Polri atau pemerintah dituduh/difitnah lakukan kejahatan HAM berat.

Bentrokan antara TNI/Polri dengan massa demo yang mayoritas dipimpin aktivis radikal garis keras, kiri, komunis dan lainnya harus diminimalisir. Massa pendemo dari kampus-kampus  tertentu yang sudah diketahui disusupi unsur radikal anarkis kiri dipantau ketat selama 24 jam untuk antisipasi gerakannya.

Sejumlah intel TNI/Polri disusupkan ke dalam kelompok-kelompok anti NKRI ini untuk operasi deception, kontra aksi, disorientasi dan misinformasi. Yang paling  utama mempersiapkan massa dalam jumlah besar sebagai tandingan menghadapi massa demo kelompok non reformis itu. ABRI hanya sebagai back up saja. Penanggung jawab penyediaan massa tandingan yang kemudian dikenal dengan nama PAMSWAKARSA itu adalah Kaskostrad Mayjend Kivlan Zen.

Sedangkan penyediaan massanya dibantu oleh tokoh-tokoh islam, kelompok reformis dan nasionalis yang cinta NKRI, dengan mentargetkan massa sebanyak 30.000 orang. Pamswakarsa ini mampu menghadapi aksi demo massa brutal dari kelompok kiri, anti pancasila dan NKRI ini. Bentrokan terjadi dimana.

Tokoh-tokoh dibalik aksi massa demo kiri ini meradang. Dibantu oleh agen-agen asing, LSM dan media-media bayaran, mereka kecam habis-habisan munculnya Pamswakarsa tersebut. Dengan segala cara mereka meminta pemerintah membubarkan pamswakarsa. Opini-opini sesat dan menyesatkan dibangun. Sejuta rekayasa diciptakan, namun pemerintah bertahan. Meski dikecam sebagian negara asing dan media-media bayaran, Pamswakarsa efektif mencegah konflik fisik vertikal antara TNI/POLRI dan Massa.

Perdana Menteri Australia dan Singapore sebagai spion Negara Amerika Serikat (AS) di wilayah ASEAN mendesak Presiden Habibie untuk membubarkan Pamswakarsa. Tetapi Presiden Habibie menolak dengan mengatakan "No. This my country. I Know the best !! Terlepas dari kontroversi Pamswakarsa. Ada korban jiwa. Adanya tuduhan pelanggaran HAM. Pamswakarsa berjasa cegah balkanisasi di NKRI.

Ngeri membayangkan bencana di Indonesia jika rencana asing dan pengkhianat-pengkhianat bangsa itu berhasil mengoyak NKRI dan banjir darah terwujud melalui intervensi militer asing. Kelompok orang biadab itu pasti bukan dari golongan agama, apalagi agama islam. Justru sebaliknya islam selalu maju menjadi penyelamat NKRI. Sebab Pamswakarsa anggotanya kebanyakan dari kelompok muslim. Jika saja scenario kelompok pengkhianat bangsa itu terwujud, bukan hanya 6 korban jiwa yang tewas, mungkin 6000 atau 60.000 atau bahkan 6 juta rakyat indonesia bisa mati jika perang saudara terjadi.

Allah SWT, Tuhan YMK masih melindungi rakyat Indonesia. Let's gone be gone. Biarlah semua menjadi sejarah. Sumpal saja mulut-mulut antek asing itu! Antek-antek, hamba-hamba asing, dan komunis itu lebih suka melihat Republik Indonesia (RI) hancur, jutaan mayat rakyat bergelimpangan, banjir darah dimana-mana. Mereka bangga jika perang saudara terjadi di negeri ini seperti yang terjadi di Irak, Libya, Suriah, Afganistan, kini di Mesir. Semua itu memamng hasil karya kelompok yang sama dengan pelaku yang ingin mencabik-cabik NKRI. Yang dibantu para jongos, para babu politik asing dan kelompok manusia tak berakal dan tak bertuhan.


Sejarah memang harus diluruskan. Opini sesat harus dibersihkan. Rakyat NKRI harus disadarkan. Diakui memang sulit, sebab kini, dsemakin banyak bermunculan media-media yang dikuasai golongan penyesat ini. Hingga sekarangpun para durjana itu masih tetap eksis dan tetap tak jemu menyusun scenario-skenario dengan anggaran tak terbatas yang telah disiapkan oleh tuannya. Kini, mereka bergerak secara lebih halus dan vocal untuk memecah NKRI. Mereka tak berhenti jika belum berhasil. Waspadalah.@JI

1 komentar:

angel yang mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.