Selasa, 09 Juli 2013

Jenderal Abdel Fattah al-Sisi Tokoh Dibalik Tergulingnya Presiden Mesir


Jurnalis Independen: Militer lagi-lagi menjadi elemen kunci bagi tergulingnya pemerintahan di Mesir. Setelah Hosni Mubarak pada Revolusi 2011, kini giliran Mohamed Mursi yang terguling. Padahal dia baru setahun menjadi presiden di Negeri Piramid. 


Tokoh sentral dalam penggulingan kekuasaan atas Mursi itu adalah Panglima Militer merangkap Menteri Pertahanan Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi. Tanpa perintah jenderal angkatan darat itu, mustahil pasukan Mesir berani menangkap Mursi, yang dipilih melalui pemilihan umum demokratis pertama di Mesir pada 2012.

Ironisnya, Mursi pula yang tahun lalu mengangkat al-Sisi sebagai panglima militer setelah presiden Mesir itu berselisih dengan pejabat sebelumnya.  

Tak hanya dikudeta, Mursi pun ditahan militer. Belum jelas di mana dia persisnya ditahan, apakah di fasilitas Departemen Pertahanan atau di markas Intelijen Militer. Untuk sementara, posisi Mursi digantikan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir, Adly Mansour.

Militer pimpinan Al-Sisi mengklaim bahwa tindakan mereka itu bukan kudeta, namun langkah demi menyelamatkan negara dan atas kehendak rakyat. Sejak akhir pekan lalu, marak demonstrasi dari kelompok-kelompok oposisi menuntut Mursi turun, karena dinilai gagal mengatasi krisis ekonomi dan cenderung bersikap otoriter, mengikuti rezim sebelumnya, Hosni Mubarak.

Militer pun tidak tinggal diam. Setelah kelompok oposisi Tamarod menuntut Mursi untuk mundur selambat-lambatnya Selasa sore 2 Juli, militer pun ikut-ikutan memberi ultimatum. Pada 1 Juli lalu, Jenderal al-Sisi memberi waktu kepada Mursi selama 48 jam untuk mengatasi krisis politik di Mesir, atau militer akan menerapkan langkah sendiri.

Langkah militer itulah yang akhirnya menjungkalkan Mursi dari kursi presiden. Bersamaan dengan langkah itu, militer Mesir Rabu kemarin juga menutup sejumlah stasiun televisi yang mendukung Mursi maupun kelompok Ikhwanul Muslimin yang mendukungnya. Pimpinan Ikhwanul maupun orang-orang dekat Mursi pun ditangkap dan dilarang ke luar negeri, ungkap kantor berita Reuters. 

Selain kepada Mursi, media massa dan publik internasional pun mulai penasaran dengan Jenderal al-Sisi. Sejumlah media, seperti stasiun berita al-Jazeera dan Reuters, sudah mengungkapkan profilnya.

Lahir di Kairo pada November 1954, al-Sisi lulus dari akademi militer Mesir pada 1977 dengan gelar diploma ilmu kemiliteran. Sebagai seorang perwira cemerlang, dia pun meneruskan pendidikannya ke luar negeri.   

Pada 1992, al-Sisi menimba ilmu di Inggris, yaitu di sekolah militer Joint Services Command and Staff College. Lalu, pada 2006, dia pun meraih gelar master di Amerika Serikat, yaitu dari US Army War College di Pennsylvania.

Walau belum pernah menimba pengalaman tempur, karir al-Sisi terus menanjak. Semasa rezim Hosni Mubarak, al-Sisi bertugas sebagai atase militer Kedutaan Besar Mesir di Arab Saudi.

Dia lalu diangkat menjadi Kepala Staf untuk Komando Militer Mesir Zona Utara. Saat dewan militer mengambil alih kepemimpinan Mubarak pada Revolusi Februari 2011, al-Sisi beralih tugas menjadi Kepala Intelijen Militer.

Perselisihan antara panglima militer Jenderal Mohamed Hussein Tantawi dan Presiden Mursi, yang baru bertugas pada 30 Juni 2012, membawa berkah bagi al-Sisi. Dia pun diangkat menggantikan Tantawi, yang dipaksa Mursi untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Maka, sejak 12 Agustus 2012, al-Sisi mengemban jabatan yang sangat strategis, yaitu Panglima Angkatan Darat dan Ketua Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir. Dia pun rangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan.

Dikenal sebagai perwira yang relijius, al-Sisi pun sempat dicurigai punya hubungan baik dengan Ikhwanul Muslimin. Namun, di sisi lain, dia juga pengagum mendiang presiden pertama Mesir yang beraliran nasionalis, Gamal Abdel Nasser.

Inilah yang membuat kalangan media dan pengamat menerka-nerka apa motif sebenarnya al-Sisi sampai tega menyingkirkan Mursi, yang mengangkat dia sebagai panglima militer, dan memerintahkan penangkapan atas para tokoh Ikhwanul.@JI

Tidak ada komentar: