Gerakan ini ternyata menyimpan sebuah tabir misteri yang berkaitan dengan sebuah organisasi rahasia Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi Freemason ( Tarekat Mason Bebas ) atau yang dikenal pada waktu penjajahan Belanda disebut dengan "Vrijmetselarrij".
1 abad
"Kebangkitan Nasional" berdengung disekitar pendengaran kita. Menurut
buku pelajaran dari SD hingga SMA, pada tanggal 20 Mei 1908 telah terjadi suatu
pergerakan menuju awal gerakan nasional dalam mengatasi penjajahan di bumi
Indonesia yang dipromotori oleh mahasiswa-mahaiswa STOVIA yang biasa disebut
dengan "Budi Utomo". Dr. Sutomo pun di daulat menjadi salah satu
"pengisi" awal dari pergerakan Budi Utomo. Dari SD sampai SMA bahkan
mungkin perguruan tinggi kita sudah di doktrin tentang kedahsyatan hari yang
disebut kebangkitan nasional ini yang selalu menjadi titik awal kaum terpelajar
di Indonesia.
Kita bahkan tidak
mengetahui atau bahkan tak acuh tentang bagaimana sejatinya pergerakan Budi
Utomo ini. Budi Utomo merupakan pergerakan yang menurut fakta sejarah sejatinya
masih bersifat sangat kedaerahan, belum mencakup tingkat nasional dan bahkan
masih berada di dalam taraf kelokalan.
Gerakan ini ternyata
menyimpan sebuah tabir misteri yang berkaitan dengan sebuah organisasi rahasia
Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi
Freemason ( Tarekat Mason Bebas ) atau yang dikenal pada waktu penjajahan
Belanda disebut dengan "Vrijmetselarrij". Fakta ini jarang sekali
diungkap kedalam ranah pendidikan nasional karena memang sangat dirahasiakan
sekali usaha dari organisasi terselubung ini.
Di dalam buku
"Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia
1764-1962 **" dijelaskan dengan gamblang bagaimana campur tangan freemason
terhadap Budi Utomo dalam kaitanya menyebarluaskan faham keyahudian di dalam
tubuh budi Utomo ini. Kita dapat lihat pada kutipan berikut ini:
"... Pengaruh
Tarekat Mason Bebas atas emansipasi segmen penduduk Indo-Eropa telah mendapat
perhatian, tidaklah terlupakan bahwa mereka juga memiliki pengaruh dalam
gerakan nasional Indonesia. Kaum Mason Bebas sudah pada tahap dini mengadakan
hubungan dengan salah satu organisasi politik Indonesia yang pertama, yang
bernama "Budi Utomo" ". (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di
Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. xviii).
Pada awal masa
gerakan nasional kaum Mason bebas sudah berusaha menguasai perpolitikan
Indonesia dengan cara dukungan keuangan untuk mahasiswa-mahasiswa Indonesia
yang berbakat. Kehebatan kaum Mason Bebas di Indonesia ini pada kemudian hari
tampak pada pendirian sekolah-sekolah dan perpustakaan yang tersebar hamper
diseluruh Indonesia, kita dapat lihat lokasi-lokasi dan waktu berdirinya
sekolah-sekolah bentukan kaum Freemason ini,:
1875 di Semarang
1879 di Batavia
1885 di Yogyakarta,
dua sekolah
1887 di Surakarta dan
Magelang
1888 di Buitenzorg
(Bogor)
1889 di Padang dan
Probolinggo
1892 di Semarang,
sekolah kedua
1897 di tegal
1898 di Bandung dan
Manado
1899 di Aceh
1900 di Malang
1903 di Malang,
sekolah kedua
1905 di Bandung,
sekolah kedua
1907 di Blitar
1908 di Surabaya
1900 di Padang,
Magelang (sekolah kedua) dan Medan, Makssar, Kediri
1926 di Malang,
sekolah ketiga
Selain mendirikan
sekolah-sekolah, para anggota Tarekat Mason Bebas di Indonesia ini juga
mendirikan berbagai perpustakaan di berbagai daerah. Di semarang pada tahun
1875 di buka peprustakaan yang disebut "De Verlichting" dan pada
tahun 1917 ditempatkan di Perpustakaan Pusat dan Ruang Baca Umum. Jenis
perpustakaan itu dengan berjalannya waktu, muncul hampir bersamaan dengan di
semua tempat yang ada loge. Pada tahun 1877 didirikan sebuah perpustakaan di
Padang dan kemudian:
1878 di Yogya
1879 di Surabaya
1882 di Salatiga
1889 di Probolinggo
1890 di Buitenzorg
(Bogor)
1891 di Bandung
1892 di Menado
1895 di Manado
1897 di Tegal
1899 di Medan
1902 di Ambon
1902 di Malang
1908 di Magelang
1907 di Blitar
Usaha-usaha dari kaum
Mason Bebas ini juga berujung pada perekrutan anggota-anggota pada Budi Utomo
yang ditarik untuk menjadi anggota Tarekat Mason Bebbas ini. Usaha penetrasi
dari luar sangatlah sulit mengingat kaum terpelajar pada saat itu masih dibilang
relative sedikit, untuk memuluskan usaha-usaha Mason ini, mereka melakukan
penetrasi kedalam tubuh Budi Utomo. Dalam usaha Freemason ini, rupanya bantuan
dana merupakan sumber utama untuk menyebarluaskan manifesto politik Freemason
pada Budi Utomo, seperti bantuan dari loge Mataram (cabang Freemason di
Yogyakarta waktu itu):
"Tarekat Mason
Bebas ..." melalui perantaraan Paku Alam ", memberikan bantuan
kepada" Budi Utomo ". Loge Jogya "Mataram" ia sebut sebagai
suatu lembaga yang berbakti dan pantas dihormati ". (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia
Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 48).
Beberapa tokoh
Indonesia yang menjadi member Budi Utomo juga sejatinya merupakan aktifis dari
Tarekat Mason Bebas ini, kita dapat lihat seperti Pangeran Arionotodirojo
(1858-1917). Masuk keanggotaan loge Mataram pada tahun 1887 dan memegang
berbagai jabatan kepengurusan. Ia ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914.
pada tahun 1913 ia mendirikan Sarekat Islam Cabang Yogya yang banyak
beranggotakan elit Jawa. Notodirojo seorang yang disegani dan dianggap sebagai
gerakan rakyat Jawa, selanjutya kita temukan Raden Adipati Tirto Koesoemo
Bupati Karanganyar. Anggota loge Mataram sejak tahun 1895. ketua pertama Boedi
Oetomo. Pada kongres ke dua Boedi Oetomo, yang diadakan di gedung loge Mataram,
ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda.
Dan tokoh yang
dipanggil menghadap Marsekal Terauchi ke kota Saigon bersama Ir. Sukarno dalam
kaitanya dengan kemerdekaan Indonesia, yaitu Dr. Radjiman Wediodipoera
(Wediodiningrat) 1879-1952. Antara tahun 1906 dan 1936 dokter pada keraton
Solo. Sarjana dan penulis tentang filsafat budaya. Kantor ketua Boedi Oetomo
1914-1915. pada tahun 1945 memainkan peran penting sebagai ketua dari Badan
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya gerakan
kebangkitan nasional versi Budi Utomo ini lebih dapat disebut sebagai usaha
bercokolnya Yahudi di Indonesia melalui selubung kaum Freemason atau Tarekat
Mason Bebas, karena kita juga dapat temui komunitas Yahudi di Indonesia.@
Gerakan Freemason
dalam Lintasan Sejarah Indonesia
Meski ratusan tahun
beroperasi di Nusantara, keberadaan Freemason (Belanda: Vrijmetselaarij),
nyaris tak tertulis dalam buku-buku sejarah. Padahal, banyak literatur yang
cukup memadai untuk dijadikan referensi penulisan sejarah tentang gerakan salah
satu kelompok Yahudi di wilayah jajahan yang dulu bernama Hindia Belanda ini.
Di antaranya adalah: Vrijmet selaarij:
Geschiedenis, Maats chapelijke Beteekenis en Doel (Freemason: Sejarah, Arti
untuk Masyarakat dan Tujuannya) yang ditulis oleh Dr Dirk de Visser Smith pada
tahun 1931, Geschiedenis der Vrymet selary in de Oostelijke en Zuidelijke
Deelen (Sejarah Freemason di Timur dan Selatan Bumi) yang ditulis oleh J
Hagemen JCz pada tahun 1886, Geschiedenis van de Orde der Vrijmetselaren In
Nederland Onderhoorige Kolonien en Londen (Sejarah Orde Freemason di Nederland
di Bawah Kolonialisme) yang ditulis oleh H Maarschalk pada tahun 1872, dan
Gedenkboek van de Vrijmet selaaren In Nederlandsche Oost Indie 1767-1917 (Buku
Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917), yang diterbitkan secara
resmi pada tahun 1917 oleh tiga loge besar; loge de Ster in het Oosten
(Batavia), loge La Constante et Fidele (Semarang), dan loge de Vriendschap
(Surabaya).
Di samping literatur yang sudah berusia
ratusan tahun tersebut, pada tahun 1994, sebuah buku berjudul Vrijmetselarij en
samenleving in Nederlands-Indie en Indonesie 1764 - 1962 (Freemason dan
Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764 - 1962) ditulis oleh Dr Th
Stevens, seorang peneliti yang juga anggota Freemason. Berbeda dengan buku-buku
tentang Freemason di Hindia Belanda sebelumnya, buku karangan Dr Th Stevens ini
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2004.
Buku-buku yang mengungkap tentang sejarah
keberadaan jaringan Freemason di Indonesia sejak masa penjajahan tersebut,
sampai saat ini masih bisa ditemukan di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Bahkan, Indisch Macconiek Tijdschrift (Majalah Freemason Hindia),
sebuah majalah resmi milik Freemason Hindia Belanda yang terbit di Semarang
pada 1895 sampai awal tahun 1940-an, juga masih tersimpan rapi di perpustakaan
nasional.
Selain karya Stevens dan H Maarschalk yang
diterbitkan di negeri Belanda, buku-buku lainnya seperti tersebut di atas,
diterbitkan di Semarang dan Surabaya, dua wilayah yang pada masa lalu menjadi
basis gerakan Freemason di Hindia Belanda, selain Batavia. Keberadaan jaringan
Freemason di Indonesia seperti ditulis dalam buku Kenang-kenangan Freemason di
Hindia Belanda 1767-1917 adalah 150 tahun atau 199 tahun, dihitung sejak
masuknya pertama kali jaringan Freemason di Batavia pada tahun 1762 sampai
dibubarkan pemerintah Soekarno pada tahun 1961.
Selama kurun tersebut Freemason telah
memberikan pengaruh yang kuat di negeri ini. Buku Kenang-kenangan Freemason di
Hindia Belanda 1767-1917 misalnya, memuat secara lengkap operasional, para
tokoh, dokumentasi foto, dan aktivitas loge-loge yang berada langsung di bawah
pengawasan Freemason di Belanda. Buku setebal 700 halaman yang ditulis oleh Tim
Komite Sejarah Freemason ini adalah bukti tak terbantahkan tentang keberadaan
jaringan mereka di seluruh Nusantara.
Keterlibatan elite-elite pribumi, di antaranya
para tokoh Boedi Oetomo dan elite keraton di Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta,
terekam dalam buku kenang-kenangan ini. Radjiman Wediodiningrat, orang yang
pernah menjabat sebagai pimpinan Boedi Oetomo, adalah satu-satunya tokoh
pribumi yang artikelnya dimuat dalam buku kenang-kenangan yang menjadi pegangan
anggota Freemason di seluruh Hindia Belanda ini.
Radjiman yang masuk sebagai anggota Freemason
pada tahun 1913, menulis sebuah artikel berjudul "Een Broderketen der
Volken" (Persaudaraan Rakyat). Radjiman pernah memimpin jalannya sidang
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selain
Radjiman, tokoh-tokoh Boedi Oetomo lainnya yang tercatat sebagai anggota
Freemason bisa dilihat dalam paper berjudul The Freemason in Boedi Oetomo yang
ditulis oleh CG van Wering.
Kedekatan Boedi Oetomo pada masa-masa awal
dengan gerakan Freemason bisa dilihat setahun setelah berdirinya organisasi
tersebut. Adalah Dirk van Hinloopen Labberton, pada 16 Januari 1909 mengadakan
pidato umum (openbare) di loge de Sterinhet Oosten (Loji Bin - tang Timur)
Batavia. Dalam pertemuan di loge tersebut, Labberton memberikan ceramah
berjudul, "Theosofische in Verband met Boedi Oetomo" (theosofi dalam
Kaitannya dengan Boedi Oetomo).
Theosofi adalah bagian dari jaringan Freemason
yang bergerak dalam kebatinan. Aktivis theosofi pada masa lalu, juga adalah
aktivis Freemason. Cita-cita theosofi sejalan dengan Freemason. Apa misi
Freemason? Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan
Indonesia 1764-1962, karya Dr Th Steven dijelaskan misi organisasi yang
memiliki simbol Bintang David ini: "Setiap insan Mason Bebas mengemban
tugas, di mana pun dia berada dan bekerja, untuk memajukan segala sesuatu yang
mempersatukan dan menghapus pemisah antar manusia. "
Jadi, misi Freemason adalah "menghapus
pemisah antarmanusia!". Salah satu yang dianggap sebagai pemisah
antarmanusia adalah 'agama'. Maka, jangan heran, jika banyak manusia berteriak
lantang: "semua agama adalah sama". Atau, "semua agama adalah
benar, karena merupakan jalan yang sama-sama sah untuk menuju Tuhan yang
satu."
Paham yang dikembangkan Freemason adalah
humanisme sekuler. Semboyannya: liberty, egality, fraternity. Sejak awal abad
ke-18, Freemasonry telah merambah ke berbagai dunia. Di AS, misalnya, sejak
didirikan pada 1733, Freemason segera menyebar luas ke negara itu, sehingga
orang-orang seperti George Washington, Thomas Jefferson, John Hancock, Benjamin
Franklin menjadi anggotanya.
Prinsip Freemasonry adalah 'Liberty, equality,
dan fraternity'. (Lihat, A New Encyclopedia of Freemasonry, (New York: Wing
Books, 1996). Harun Yahya, dalam bukunya, Ksatria-kstaria Templar Cikal Bakal
Gerakan Freemasonry (Terj), mengungkap upaya kaum Freemason di Turki Usmani
untuk menggusur Islam dengan paham humanisme .
Dalam suratnya kepada seorang petinggi Turki
Usmani, Mustafa Rasid Pasya, August Comte menulis, "Sekali Usmaniyah
mengganti keimanan mereka terhadap Tuhan dengan humanisme, maka tujuan di atas
akan cepat dapat tercapai." Comte yang dikenal sebagai penggagas alir n
positivisme juga mendesak agar Islam diganti dengan positivisme. Jadi, memang
erat kaitannya antara pengembangan liberalisasi, sekularisasi, dan misi
Freemason. ...@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar