Assalamualaikum wr।wb॥
Semoga kita selalu berada dalam
lindungan-Nya amien.
Rekan-rekan semua yang saya
cintai dan saya hormati, tujuan saya menulis ini adalah tiada lain dan tiada
bukan yaitu untuk mengajak rekan-rekan semuanya untuk merubah cara pandang
kebanyakan orang, khususnya orang Indonesia terhadap Islam itu sendiri.
Untuk menghindari kemungkinan
adanya suatu peribadatan yang sia-sia, karena tujuan kita sesungguhnya adalah
mencari kebahagiaan yang Hakiki bukan begitu??’’.
Baiklah akan saya mulai dengan
satu permasalahan yang sangat mendasar mengenai Islam itu sendiri.
Pasti anda semua sudah terbiasa
dengan kata “AGAMA ISLAM di banding dengan kata “DIENUL ISLAM”, namun perlu
kita ketahui bahwasannya Islam adalah merupakan sebuah konsep yang Hakiki dari
Allah SWT, agar konsep-Nya ini menjadi :
1. Hudalinas (petunjuk) bagi orang-orang
yang beriman.
2. Bayinah (bukti) suatu
pembuktian bahwa Islam adalah sebuah konsep yang akan menyejahterakan bumi
beserta isinya.
3. AL-furqon (pembeda) , yang
akhirnya dapat menjadi pembeda bagi umat manusia antara yang Haq dan yang
Bathil.
Melihat kenyataan yang ada di
dunia khususnya di Negara RI ini apakah ke tiga point di atas sudah menjadikan
Alquran sebagai pembeda antara yang Haq dan yang bathiL ?, atau telah menjadi
bukti bahwa Islam adalah sebuah konsep yang akan menyejahterakan Alam termasuk
manusia? Jawaban dari kedua pertanyaan tadi belum sama sekali terealisasi,
mengapa ? jangan2 Al-quran belum dijadikan kita sebagai petunjuk?, Logika nya
bagaimana manusia bisa mencapai pada kesejahteraan kalau Alqur’an nya sendiri
belum di jadikan sebagai petunjuk?, seperti ada seseorang yang ingin sampai ke
sebuah setasiun, tapi dia sendiri tidak mengikuti petunjuk jalan yang ada?,
kira2 bakal sampai tidak orang itu ke stasiun? Padahal si petunjuknya sudah dia
pegang?..lucu ya !?!?, itu sebabnya di RI ini rakyat nya tidak sejahtera karena
petunjuknya dari Allah Yang Maha Pemurah yaitu Al quran di sia-siakan,
Naudzubillah.
Jika kita menyetujui yang namanya
Islam adalah sebuah Konsep yang Mutlak kebenarannya
Tentunya sebuah konsep ini perlu
yang namanya Roda-roda untuk menggerakan konsep tersebut hingga tercapai nya
Rahmatan lil alamin..
Antara Roda-roda dan konsep
itulah yang dinamakan system, seperti apa? Layaknya sebuah system yang
menyangkut masalah sosial kemasyarakatan, contohnya yaitu Madinah dimana di
Madinah itu sendiri ada yang namanya:
1. Khalifah (pemimpin) Rasulullah
saw, yang terus berkesinambungan setelah beliau wafat, sampai Daulah yang
terakhir Ustman di Turkey.
2. Umat (yang di pimpin) yaitu
Umat Muslimin.
3. dan adanya sebuah wilayah atau
territorial yastrib yang lebih popular namanya menjadi Madinah.
Ketiga Unsur di atas menjadi
sangat penting peranannya dalam Mewujudkan Kesejahteraan, kemakmuran, keamanan,
ke adilan dan hal-hal baik lainnya yang di janjikan Al quran, maka ke tiga unsure
tersebut di namakan DAULAH atau Rumah (atau tempat perlindungan),
Al- ankabuut (29 : 67) : “ Dan
apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan
(negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok.
Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil
dan ingkar kepada nikmat Allah? “.
Menjadikan negeri mereka tanah
suci yang aman, tentunya yang namanya sebuah negeri tidak terlepas dari ketiga
unsur tadi yaitu pemimpin yang dipimpin dan teritori atau wilayah.
Ash shaff (61 : 4) :”Allah
menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur,
nah yang namanya barisan yang teratur tentunya ada komandonya donk??, yang di
sebut juga pemimpin atau didalam daulah Islam sendiri di sebuti khalifah.
Jadi Intinya Islam sendiri
memerlukan Daulah sebagai penggerak dari konsep tersebut.
Karena Allah menyukai orang yg
berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur yang artinya Allah tidak
menyukai orang islam yang berislam secara individual atau sendiri-sendiri,
dengan seperti itu Islam sangat menjadi rapuh tidak ada kekuatan sama sekali.
Mari kita cermati mengenai kata
“DIENUL ISLAM” yang oleh departemen agama RI diartikan menjadi agama Islam,
karena kata “DIENUL ISLAM” sendiri jika terjadi kesalahan penafsiran ini akan menggelincirkan
umat Islam pada kesesatan Naudzubillah, yang sekaligus membawanya ke Neraka
djahanam.
Ali Imran (3:19) “ innadina
innallahi Islam…..
Yang artinya “ sesungguhnya “Din”
yang di ridhoi disisi Allah hanyalah Islam….”
Mari kita mengutip pendapat dari
Ustad Abu Ala Maududi mengenai “Din” itu sendiri, Ingat-ingatkanlah kembali
ketiga-tiga perkara ini :
Din berarti kepatuhan
Syari’ah disebut juga hukum.
Ibadat mengandungi arti
penghambaan.
Apabila anda menghambakan dan
menghinakan diri (sub-servience) kepada seseorang yang mengaku sebagai
pemerintah anda, maka hal itu berarti anda telah menerima dinnya..
Setelah itu ia menjadi pemerintah
(ruler) anda, dan anda menjadi rakyatnya (subject).
Perintah-perintah dan
peraturan-peraturan yang dibuatnya menjadi hukum dan syari’ah bagi anda.
Apabila anda memberikan kepadanya apa yang dimintanya, melaksanakan apa pun
yang diperintahkannya, tidak melakukan apa yang dilarangnya, bekerja dalam
batas-batas yang telah ditetapkan untuk anda, mengikuti arahan-arahannya,dan
menerima keputusan-keputusannya yang bersangkutan dengan hubungan timbal-balik
antara anda semua, urusan-urusan bisnis anda, perkara-perkara kehakiman dan
hukuman anda… maka sikap anda separti itu dinamakan penghambaan atau ‘ibadat.
Dari penjelasan ini jelaslah
bahwa “din” sesungguhnya adalah pemerintahan, atau pemerintahan sendiri di
sebut juga dalam Islam Daulah, yang contohnya telah di realisasikan oleh
Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik dan di tegakan hingga mendunia yaitu
Madinah, tempat berdirinya system Allah yang didalamnya ada pemerintahan Islam.
JADI KESIMPULAN PERTAMA MENGENAI
DINUL ISLAM SENDIRI YAITU DAULAH ISLAM/ PEMERINTAHAN ISLAM
LALU KESIMPULAN KEDUA MENGENAI
DINUL ISLAM YANG DIARTIKAN OLEH DEPARTEMEN AGAMA RI YAITU AGAMA ISLAM.
Tibalah mengenai pembahasan kedua
yaitu mengenai Dinul Islam yang di artikan menjadi agama islam.
Kata “agama” berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti kacau. Secara
entomologis, agama berarti situasi yang tidak kacau, seperti kita ketahui bahwa
sansekerta adalah bahasa klasik yang pernah di pakai di india, bahasa ini sudah
arkais pada saat ini selain menjadi bahasa kitab umat hindu, maka dapat di
simpulkan bahwa kata “agama” sendiri berasal dari bahasa hindu, kenyataannya
antara ajaran Hindu dan Islam Itu banyak berseberangan seperti adanya golongan2
atau kasta2, ada golongan yang lebih tinggi ada golongan yang lebih rendah pada
ajaran Hindu sedangkan di Islam sendiri tidak mengenal akan hal itu, Islam
mengajarkan semua manusia sama, yang membedakan tingkat ketaqwaannya saja
Seperti yang kita lihat kenyataan
di Indonesia masalah sosial tidak terlepas dari pembunuhan, maksiat di mana2,
aborsi, kriminalitas perjudian bahkan di Indonesia sendiri sering terjadi Orang
tua memperkosa anaknya, sungguh suatu maksiat yang sudah layak membuat sang
Penguasa Alam murka, dan sungguh Agama yang seharusnya membuat ketidak kacauan
menjadi tidak berfungsi.
Jika dinul islam di artikan
menjadi agama islam, saya sendiri merasa islam hanya menjadi sebatas
kepercayaan, dimana urusannya hanya sebatas perasaan, yang akhirnya ruang
geraknya terbatasi hanya masalah ritual (shalat lima waktu) dan puasa. Padahal
Alquran itu menyimpan hukum2, dan aturan yang harus di realisasikan. Ada hukum
ekonomi perdagangan ada hukum zinah ada hukum mengenai ketatanegaraan. Selain itu
ada yang menyangkut masalah kehidupan dan social. Nah, mengapa hukum2 yang lain
ini seperti tidak di ambil pusing oleh orang-orang yang beragama Islam di
Indonesia? Seakan tidak di laksanakan pun santai2 saja! Padahal nilainya sama seperti hukum2 yang lain. Masyarakat
tingkat atas atau tokoh negeri ini tahunya shalat 5 waktu itu wajib. Padahal masih
banyak hukum2 yang lainya yang juga wajib kenapa seperti diabaikan? Nah disinilah permasalahannya adanya
persinggungan antara hukum Islam yang menyangkut masalah sosial kemasyarakatan
dengan hukum yang ada di Indonesia itu sendiri yaitu UUD 45 dan nilai-nilai Pancasila.
Salah satu contoh Islam mengajarkan
Tauhid bahwa Tuhan itu satu, lalu pada butir pancasila sila pertama yaitu
“KETUHANAN YANG MAHA ESA” sudah ada satu pertentangan dengan ajaran tauhid itu
sendiri, dari kata “KETUHANAN” sendiri bersifat jamak yang artinya lebih dari
satu atau terdiri dari berbagai macam tuhan, Naudzubillah bukan kah ini sudah
membawa orang2 indonesia pada kemusyrikan??.
Jadi mengenai pengertian Dinul
islam menjadi Agama Islam itu kurang tepat adanya, karena Rasulullah pun
mengajarakan Islam itu ber-Daulah atau ber system,” seperti bangunan yang
tersusun kokoh “ yang telah di contohkan oleh Rasulullah yaitu Madinah yang di
dalamnya ada struktur pemerintahan Islam yang tertib teratur dan disiplin,
Daulah inilah yang bisa dijadikan oleh umat islam sebagai sarana tempat pengabdian
(ibadah) sepenuhnya(kaffah) karena hukumnya tidak bersinggungan dengan hukum2
atau ajaran2 di luar islam, itu sebabnya Rasulullah Hijrah ke yastrib dalam
rangka pngingkaran tehadap din yang bathil yaitu mekah dimana hukum abu djahal
yang bathil masih berkuasa.
Ali imran (3:112) “ Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (din) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan………..”
Dari ayat diatas jika “din”
diartikan Agama jadinya ngga nyambung karena di agama islam sendiri tidak di
kenal yang namanya perjanjian dengan manusia atau di sebut baiat, kebanyakan
mereka beragama islam berdasarkan keturunan, karena orang tuanya agama islam
otomatis keturunannya pun beragama islam, dan jika “din” pada ayat tersebut
diartikan Daulah Islam atau Khilafah Islam ini akan tepat sekali karena adanya
pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai saksi pembaiatan orang2 yang beriman
yang telah melaksanakan Hijrah, (pembaiatan itu hukumnya wajib bagi orang2 yang
beriman yang memasuki(hijrah) pada daulah Islam, yang lalu menjadi umat islam),
perlu di ketahui mana mungkin di sebut Umat jika tidak ada
pemimpim(pemerintahan Islam), mana mungkin di sebut anak buah jika tidak ada
boss??,
Mana mungkin di sebut rakyat jika
tidak ada presiden??, begitu pun pentingnya Khalifah bagi umat islam yang harus
menjalankan Hukum2 islam pada daulah Islam, dan Daulah itu sekaligus sebagai
tempat menjalankan bentuk2 pengabdian umat islam secara kaffah, ibaratnya
seperti kendaraannya umat islam hingga bisa membawa umat islam sampai RAHMATAN
LIL ALAMIN.
AT taubah (9:20) ; “Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan
Pada ayat diatas pun sudah jelas
pentingnya Daulah Islam sebagai sarana orang2 beriman melaksanakan Hijrah (satu
bentuk nyata menginkari system yang bathil) lalu menjadi umat islam setelah
pembaiatan oleh pemerintahan Islam, lalu Umat Islam dapat berjihad (bersungguh
– sungguh) mengabdi pada daulah Islam dengan harta dan dirinya, dan Allah
berjanji meninggikan derajatnya dan mendapat kemenangan Insya Allah.
Kebutuhan mutlak Daulah Islam,
tampak jelas untuk menerapkan syariah Islam yang berkaitan dengan ekonomi.
Tentunya adalah wewenang daulahnya atau pemerintahannya untuk menerapkan mata
uang apa yang berlaku di sebuah negara. Dalam daulah Khilafah Islam negara akan
menetapkan mata uang yang berlaku adalah mata uang emas dan perak (dinar dan
dirham). Bisa kita bayangkan kalau dalam satu negara banyak mata uang yang
berlaku berdasarkan kelompok atau individu.
Penerapan syariah Islam oleh
negara, bukan berarti bahwa negara Khilafah hanyalah untuk kelompok tertentu
atau orang tertentu saja. Daulah Islam Madinah yang dipimpin oleh Rosulullah
merupakan bukti yang gamblang. Saat itu meskipun yang berlaku adalah hukum
Islam, masyarakat Madinah bukanlah homogen, hanya muslim saja. Disana terdapat
orang Yahudi, Musyrik, dan berbagai kabilah. Bisa disebut sepanjang sejarah
kekhilafahan yang menerapkan syariah Islam, tidak pernah ada masa dimana
seluruh penduduknya memeluk Islam.
Khilafah Islam yang terbentang
melintasi benua tentu akan mengumpulkan berbagai bangsa , warna kulit, agama
dan keyakinan. Seperti yang disampaikan Carleton: Peradaban Islam merupakan
peradaban terbesar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan negara adi
daya dunia (superstate) terbentang dari satu samudera ke samudera yang lain;
dari iklim utara hingga tropis dengan ratusan juta orang di dalamnya , dengan
perbedaan kepercayaan dan suku.
Hal ini gampang dipahami, sebab
syariah Islam bukanlah hanya untuk orang Islam, tapi manusia. Islam sebagai
rahmat lil ‘alamin, artinya Islam untuk seluruh manusia (lihat tafsir Fathul
Qadhir). Karena itu , Daulah Khilafah saat menjalankan kebijakannya, tidaklah
melihat suku, bangsa, atau agamanya. Siapapun mereka kalau menjadi warga negera
daulah Khilafah akan dijamin terpenuhi kebutuhan pokoknya, dijamin pendidikan
dan kesehatan gratis. Siapapun warga negaranya akan dijamin keamanannya oleh
negara Khilafah. Warga non muslim pun dibolehkan beribadah menurut agamanya,
makan, minum, dan menikah berdasarkan keyakinan agamanya. Namun, dalam masalah
publik mereka harus tunduk kepada hukum negara yang berdasarkan syariah Islam.
Mengingat pentingnya Khilafah
ini, wajar kemudian kalau ulama-ulama dan pemimpin umat Islam terdahulu segera
bereaksi saat Khilafah Islam diruntuhkan tahun 1924. Pemimpin Syarikat Islam
(SI ) HOS COKROAMINOTO mengatakan Khilafah adalah hak bersama muslimin bukan
dominasi bangsa tertentu, karenanya, bila umat tidak memiliki Khilafah, seperti
badan tidak berkepala .
Muslih Shobir menyatakan bahwa
saat ini negera-negara Islam perlu bersatu membentuk khilafah. Agar umat Islam
bersatu dan memiliki kepemimpinan untuk menyelesaikan problem di dunia.
kaum muslimin di seluruh dunia
telah rindu akan kesejahteraanya dan mencari jalan menuju kebangkitan untuk
mengembalikan Daulah Khilafah Islam. AS dan sekutu-sekutu imperialismenya
sangat tahu persis, bahwa Daulah Khilafah itulah satu-satunya negara yang
berkemampuan untuk meluluhlantakkan idoelogi Kapitalisme yang dipimpin oleh
Amerika.
Maka tidaklah mengherankan kalau
saat ini kita saksikan bagaimana para pejuangan penegak Syariat Islam dan
Daulah Khilafah dihalangi dan ditindas. Mereka dituduh teroris, menggangu
stabilitas, memecah belah. Padahal yang mereka perjuangankan adalah Islam yang
akan menjamin kedamain dan keamanan bagi manusia . Di Uzbekistan dan belahan
dunia lainnya , yang berjuang tanpa kekerasan, dituduh sebagai teroris.
Bagaimana mungkin mereka dituduh teroris ?
Hilangnya sistem Khilafah berarti
hilangnya sebuah sistem Islam yang menyatukan Dunia Islam di bawah satu
kepemimpinan berlandaskan syariat Islam, juga berarti hilangnya Negara Islam
yang-menurut Dr. Yusuf Qaradhawi-merupakan perwujudan dari ideologi Islam.
Karena itu, keruntuhan Khilafah
Islam 82 tahun lalu, (3 Maret 1924 M) di Turki Khilafah Ustman yang antara lain
akibat dari berbagai konspirasi jahat Barat imperialis dan Yahudi selama
puluhan tahun terhadap Khilafah, sesungguhnya merupakan tragedi terbesar yang
belum pernah dialami oleh kaum Muslim sebelumnya. Bagaimana tidak?! Khilafahlah
yang selama 13 abad (632-1924 M)-jika dihitung dari masa Khulafaur Rasyidin,
Khilafah Bani Umayah, Khilafah Bani Abbasiyah hingga Khilafah
Utsmaniyah-menjadi institusi pelayan dan pelindung umat manusia, yang wilayah
kekuasaannya pernah meliputi hampir 2/3 bagian dunia, dengan berbagai
kesuksesannya di berbagai bidang kehidupan.
Kendati pun pada masa
kepemimpinan Umayyah, Abbasiyah mapun bani Ustaminyah terdapat kekurangan, satu
hal yang tak terbantahkan adalah pada masa itu kaum muslimin tetap berada dalam
satu payung Daulah sehingga segala urusan ummat tetap tertangani dalam sistem Islam yang mulia.
Arti pentingnya sebuah
kepemimpinan umat Islam dalam supremasi Daulah Khilafah merupakan keniscayaan
sebagaimana telah ter-syari’atkan dalam al-Qur’an dan Sunnah Saw. Bahkan jumhur
‘ulama pun telah menyepakati arti pentingnya Daulah ini yang akan menjamin
keberlangsungan kehidupan Islam secara sempurna.@Nuragungislami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar