Sabtu, 16 Februari 2013

Manembah, Malaikat dan Kitab Hidup Ala Kejawen



Sama halnya tataran ilmu yang ada di agama Islam, Kejawen pun juga memiliki tataran Manembah (ibadah sholat).


Dalam agama Islam dikenal tataran ilmu seperti syariat, thoriqot, hakekat dan makrifat. Lha bagaimana tataran panembah dalam Kejawen? Setidaknya kita bisa melihat dari bait-bait serat Wedhatama yang dikarang oleh Sri Mangkunegowo. Dari bait-bait itu, kita bisa belajar tataran syariat itu bisa menyehatkan badan.

Dengan badan yang sehat maka dimaksud akan mendapatkan ketentraman dan ketenangan hati. Panembah yang lebih tinggi lagi adalah sembah kalbu. Dengan melakukan sembah kalbu, maka kita akan diberi penghargaan oleh Gusti Allah untuk memahami siapa yang mengasuh diri kita mulai sedulur papat sampai guru sejati. 

Panembah kalbu itu tidak perlu berwudhu seperti halnya sembah syariat. Bersucinya adalah dengan hati yang tulus dan ikhlas tanpa 'itung-itungan' dengan Gusti Allah. Artinya tidak lagi memperhitungkan berapa pahala yang akan kita dapatkan ... 

* Lire sarengat iku kena uga ingaran laku dhingin Ajeg kapindone ataberi pakolehe putraningsun Nyenyeger badan mrih kaot  Sesungguhnya syariat itu dapat disebut laki-laki, yang bersifat Ajeg dan tekun Anakku, hasil syariat adalah dapat menyegarkan badan agar lebih baik
* Wong seger badanipun Otot daging kulit balung sungsum Tumrah ing rah memarah Antenging ati Antenging ati nunungku Angruwat ruweding batos Badan, otot, daging, kulit dan tulang sungsumnya menjadi segar, mempengaruhi darah, membuat tenang di hati. ketenangan hati membantu membersihkan kekusutan batin.
* mangkono mungguh ingsun Ananging ta sarehne asnafun Beda beda panduk mandhuming dumadi Sayekti nora jumbuh Tekad kang padha linakon Begitulah menurutku! Tapi orang itu berbeda-beda, Beda pula garis nasib dari Tuhan. Sebenarnya tidak cocok Tekad yang pada dijalankan itu
* Nanging ta paksa tutur rehne tuwa tuwase mung catur Bok lumuntur lantaraning reh utami Sing sapa temen tinemu Nugraha geming kaprabon Namun terpaksa memberi nasehat Karena sudah tua kewajibannya hanya memberi petuah Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman tingkah laku utama Barang siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan
* Samengko sembah kalbu Yen lumintu uga dadi laku Laku agung kang kagungan Narapati Patitis tetesing kawruh Meruhi marang kang momong Nantinya, sembah kalbu itu jika berkesinambungan juga menjadi olah spiritual Olah (spiritual tingkat tinggi yang dimiliki Raja. Tujuan ajaran ilmu ini; untuk memahami yang mengasuh diri (guru sejati / Pancer)
* Sucine tanpa banyu Mung nyunyuda mring hardaning kalbu Pambukane tata titi ngati-ati Atetep telaten atul Tuladan marang waspaos Bersucinya tidak menggunakan air Hanya menahan nafsu di hati Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati ( eling dan waspada) Teguh, sabar dan tekun, Semua menjadi karakter dasar, Teladan bagi sikap waspada.
* Mring jatining pandulu Panduk ing ndon dedalan satuhu Lamun lugu legutaning reh maligi Lageane tumalawung Wenganing alam kinaot Dalam penglihatan yang sejati, Menggapai sasaran dengan pengaturan yang benar Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan konsentrasi Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan Itulah, terbukanya 'alam lain'
* Yen wus kambah kadyeku Sarat sareh saniskareng laku Kalakone saka eneng ening eling Ilanging rasa tumlawung Kono adiling Hyang Manon Bila telah mencapai seperti itu, Syaratnya sabar segala tingkah laku berhasilnya dengan cara Membangun kesadaran, mengheningkan cipta, pusatkan pikiran kepada energi Tuhan Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, disitulah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia Tuhan).
* Gagare ngunggar kayun Tan kayungyun mring ayuning kayun Bangsa anggit yen ginigit nora dadi marma den awas den emut Mring pamurunging kalakon Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu) Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati, Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan gagal. Maka awas dan ingatlah Dengan yang membuat gagal tujuan.

Filosofi Punakawan Malaikat Empat dalam Islam
Banyak hal yang bisa kita ambil dari filosofi pewayangan. Secara tersirat empat sosok Punakawan memiliki arti filosofis yang tinggi. Dalam berbagai cerita di film, Punakawan adalah merupakan empat sosok yang memiliki kesetiaan tinggi pada Bendaranya (tuannya). Mereka selalu mengontrol kemana pun tuannya pergi.

Sebelum kita membahas mengenai sosok Punakawan, terlebih dulu kita kupas arti dari Punakawan. Kata Punakawan juga bisa disebut panakawan. Panakawan terdiri dari kata Pana = Memahami; teman: Teman. Teman dalam hal ini yang dimaksud adalah teman hidup yang senantiasa mendampingi kita. Secara tersirat, keempat sosok Punakawan itu merupakan gambaran dari pemahaman Kawruh Kejawen, Sedulur papat, Lima Pancer. 

Keempat sosok Punakawan tersebut sangat terkenal, mereka antara lain Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Mereka digambarkan sangat setia mengontrol kemana pun ksatria yang menjadi tuannya pergi. Tuan dari panakawan yang sering dikontrol adalah Arjuna. Umumnya, para panakawan mengiringi kemana pun Arjuna pergi untuk melakukan tapa brata. Pertanyaan yang muncul, jika Punakawan / panakawan digambarkan sebagai Sedulur papat, lalu siapa makna filosofis untuk ksatria (Arjuna) yang dikontrol Punakawan itu?

Simbolisasi ksatria adalah diri manusia itu sendiri yang juga disebut Pancer. Posisi Pancer berada di tengah, diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima Pancer lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia hidup diawali dari saat-saat menjelang kelahiran.

Sebelum sang bayi (Pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin untuk melindungi si bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil. Ngelmu sedulur papat lima Pancer memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi.

Seperti pada agama Islam yang juga disebutkan di Al Qur'an bahwa "Pada setiap manusia ada penjaga-penjaganya". Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan. Hubungan antara Pancer dan sedulur papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais yang mengendalikan sebuah mobil, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan, kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya.

Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka mobil akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir, Paraning dumadi. Dhandhanggula 1. Ana kidung akadang premati, among tuwuh ing kawastanira, nganakaken saciptane, kakang kawah puniku, kang Rumeksa ing awak mami, anekakaken sedya, pan kuwasanipun, adhi ari-ari ika, kang mayungi ing laku kuwasaneki, ngenakaken direktur. 2. ponang getih ing rahina wengi, angrowangi Allah kang kuwasa andadekaken karsane, puser kuwasanipun, nguyu-uyu Sembawa mami , nuruti ing panendha, kuwasanireku, jangkep kadangingsun papat, kalimane Pancer wus sawiji, nunggul sawujud ingwang.  3. yeku kadangingsun kang umijil, saking margaina sareng samya sadina awor enggone, sekawan kadangingsun, dadiya makdumsarpin sira, wawayangan ing dat reke dadiya kanthi, saparan datan pisah.

Letak 'Pandawa Lima' dan 'Kurawa' di Tubuh Manusia
Sementara itu ada ajaran Kejawen sangat sarat dengan sanepo / sanepan / perumpamaan dan juga filosofi. Setidaknya orang Jawa harus memahami beberapa cerita wayang baik wayang kulit maupun wayang purwa. Dari kata-kata film saja, orang Jawa seharusnya sudah memahaminya karena film berarti " wewayangan "/" ayang-ayang "(bayang-bayang). Bayangan siapa? Ya bayangan kehidupan seluruh manusia di dunia ini.
Dalam dunia pewayangan ada beberapa filosofi seperti Pandawa yang juga sering disebut Pandawa Lima karena jumlahnya lima orang yang terdiri dari 1. Yudhistira; 2. Bima / Sena / Werkudara; 3. Arjuna / Janaka; 4. Nakula dan 5. Sadewa (Nakula dan Sadewa) disebut merupakan saudara kembar. Pandawa lima merupakan sosok penjelmaan dewa. Disamping sosok yang berjiwa ksatrian dan merupakan penjelmaan dewa, ada pula filosofi sosok yang melambangkan angkara murka yang digambarkan lewat 100 sosok Kurawa / Korawa. Ke 100 sosok Kurawa tersebut antara lain 1. Duryodana (Suyodana); 2.Dursasana (Duhsasana); 3. Abaswa; 4. Adityaketu; 5. Alobha; 6. Anadhresya (Hanyadresya); 7. Anudhara (Hanudhara); 8. Anuradha; 9. Anuwinda (Anuwenda); 10. Aparajita; 11. Aswaketu; 12. Bahwasi (Balaki); 13. Balawardana; 14. Bhagadatta (Bogadenta); 15.Bima; 16. Bimabala; 17. Bimadewa; 18.Bimarata (Bimaratha); 19. Carucitra; 20. Citradharma; 21. Citrakala; 22. Citraksa; 23. Citrakunda; 24. Citralaksya; 25. Citrangga; 26. Citrasanda; 27. Citrasraya; 28. Citrawarman; 29. Dharpasandha; 30. Dhreksetra; 31. Dirgaroma; 32. Dirghabahu; 33. Dirghacitra; 34. Dredhahasta; 35. Dredhawarman; 36. Dredhayuda; 37. Dretapara; 38. Duhpradharsana; 39. Duhsa; 40. Duhsah; 41. Durbalaki; 42. Durbharata; 43. Durdharsa; 44. Durmada; 45. Durmarsana; 46. Durmukha; 47. Durwimocana; 48. Duskarna; 49. Dusparajaya; 50. Duspramana; 51. Hayabahu; 52. Jalasandha; 53. Jarasanda; 54. Jayawikata; 55. Kanakadhwaja; 56. Kanakayu; 57.Karna; 58. Kawacin; 59. Krat; 60. Kundabhedi; 61. Kundadhara; 62. Mahabahu; 63. Mahacitra; 64. Nandaka; 65. Pandikunda; 66. Prabhata; 67; Pramathi; 68. Rodrakarma (Rudrakarman); 69. Sala; 70. Sama; 71. Satwa; 72. Satyasanda; 73. Senani; 74. Sokarti; 75. Subahu; 76; Sudatra; 77. Suddha (Korawa); 78. Sugrama; 79. Suhasta; 80. Sukasananda; 81. Sulokacitra; 82. Surasakti; 83. Tandasraya; 84. Ugra; 85. Ugrasena; 86. Ugrasrayi; 87. Ugrayudha; 88. Upacitra; 89. Upanandaka; 90. Urnanaba; 91. Wedha; 92. Wicitrihatana; 93.Wikala; 94. Wikatanana; 95. Winda; 96. Wirabahu; 97. Wirada; 98. Wisakti; 99. Wiwitsu (Yuyutsu); dan 100. Wyudoru (Wiyudarus).
Sejatinya, filosofi sosok Pandawa Lima dan Kurawa yang sangat berlawanan itu bukan hanya cerita semata. Semua itu ada dalam tubuh setiap manusia. Filosofi Pandawa Lima dalam tubuh setiap manusia yakni:
Pertama, Yudhistira (Lokasi perumpamaan Yudhistira di tubuh manusia adalah di OTAK ). Yudhistira merupakan saudara Pandawa yang paling tua dan penjelmaan dewa Yama. Sifatnya sangat bijaksana, memiliki moral yang sangat tinggi, suka memaafkan dan mengampuni musuh yang sudah menyerah. Filosofi dari Yudhistira adalah, jika manusia ingin mulia dalam hidupnya, maka pergunakanlah otak secara bijaksana dan tidak mengumbar ambisi untuk meraihnya, melainkan mengutamakan strategi untuk meraih kemuliaan hidup di dunia.

Kedua, Bima, Sena, Werkudara (Lokasi perumpamaannya adalah Mata di tubuh manusia. Bima merupakan putra kedua yang merupakan penjelmaan dari dewa Bayu sehingga sering dijuluki Bayusutha. Tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar diantara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Karena kekuatannya, Bima sangat ditakuti oleh sosok Kurawa dan musuh-musuhnya. Karakter atau filosofi dari Bima sangat ditakuti oleh musuh dan itu tampak dari sorot mata manusia. Ketika manusia marah dan matanya melotot, maka orang lain pun akan sedikit gemetar melihat sorot matanya.
Ketiga,  Arjuna / Janaka (Lokasi perumpamaan Arjuna / Janaka di tubuh manusia adalah pada hati kecil atau hati nurani. Arjuna merupakan penjelmaan Dewa Indra yang juga dewa perang. Sifat utama dari Arjuna adalah sering bertapa, mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan tidak pernah berbohong. Filosofi dari hati adalah, favoritnya bertapa membuat Arjuna sangat dekat dengan Sang Pencipta. Manusia yang sering mendengarkan hati kecilnya (nurani) maka ia cenderung memiliki keinginan mendekatkan diri pada Gusti Allah. 
Yang ke Empat dan ke Lima, adalah Nakula dan Sadewa (Lokasi perumpaan Nakula dan Sadewa di tubuh manusia adalah pada Buah peler, Kemaluan kembar. Baik Nakula dan Sadewa adalah penjelmaan dewa Aswin yang merupakan dewa pengobatan. Keduanya memiliki sifat bijaksana dan senang melayani. Filosofi dari buah peler atau kemaluan kembar, yaitu manusia hendaknya bijaksana dalam menggunakan alat kelaminnya (tidak gonta-ganti pasangan). Dan memiliki loyalitas untuk melayani pasangan hidupnya.  Itulah sanepan / perumpaan lokasi Pandawa Lima di tubuh anak Adam.
Lantas dimanakah sanepan atau perumpamaan untuk Kurawa di tubuh manusia? Sanepan / perumpamaan dan filosofi seratus sosok Kurawa itu ternyata berlokasi di hati besar manusia. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, manusia itu memiliki 2 hati yaitu hati besar dan kecil (hati nurani). Kedua hati itu memiliki kecenderungan yang sangat bertolak belakang. Hati besar senantiasa dipenuhi dengan sifat buruk, iri, dengki, ambisi, nafsu berbuat kejahatan dll. Sementara hati nurani cenderung mengajak untuk berbuat kebajikan, suka perdamaian, manembah pada Gusti Allah dan menolong sesama.
Setiap hari dalam kehidupan sehari-hari di tubuh manusia, hati besar dan hati kecil (nurani) senantiasa berperang. Hati besar (yang dikuasai 100 sosok Kurawa yang penuh hawa nafsu itu) berperang melawan hati nurani (yang hanya ada Arjuna saja). Pertanyaannya, Bagaimana seorang Arjuna mengalahkan 100 sosok Kurawa? Hal itulah yang membuat manusia cenderung untuk lebih mendengarkan hati besarnya dari hati kecil (nuraninya). Namun satu hal yang perlu dicatat, meskipun hanya seorang diri dimana Arjuna harus melawan 100 sosok Kurawa, namun Arjuna bisa meraih kemenangan. Caranya, semuanya tergantung manusia itu sendiri untuk lebih mendengarkan suara 'Arjuna' di hati kecil (nurani) dan mengabaikan suara hati besar.@wongweruh

Tidak ada komentar: