Sama halnya tataran ilmu yang ada di agama Islam, Kejawen pun juga memiliki tataran Manembah (ibadah sholat).
Dalam agama Islam dikenal tataran
ilmu seperti syariat, thoriqot, hakekat dan makrifat. Lha bagaimana tataran
panembah dalam Kejawen? Setidaknya kita bisa melihat dari bait-bait serat
Wedhatama yang dikarang oleh Sri Mangkunegowo. Dari bait-bait itu, kita bisa
belajar tataran syariat itu bisa menyehatkan badan.
Dengan badan yang sehat maka
dimaksud akan mendapatkan ketentraman dan ketenangan hati. Panembah yang lebih
tinggi lagi adalah sembah kalbu. Dengan melakukan sembah kalbu, maka kita akan
diberi penghargaan oleh Gusti Allah untuk memahami siapa yang mengasuh diri
kita mulai sedulur papat sampai guru sejati.
Panembah kalbu itu tidak perlu
berwudhu seperti halnya sembah syariat. Bersucinya adalah dengan hati yang tulus
dan ikhlas tanpa 'itung-itungan' dengan Gusti Allah. Artinya tidak lagi
memperhitungkan berapa pahala yang akan kita dapatkan ...
* Lire sarengat iku kena uga
ingaran laku dhingin Ajeg kapindone ataberi pakolehe putraningsun Nyenyeger
badan mrih kaot Sesungguhnya syariat itu
dapat disebut laki-laki, yang bersifat Ajeg dan tekun Anakku, hasil syariat
adalah dapat menyegarkan badan agar lebih baik
* Wong seger badanipun Otot
daging kulit balung sungsum Tumrah ing rah memarah Antenging ati Antenging ati
nunungku Angruwat ruweding batos Badan, otot, daging, kulit dan tulang
sungsumnya menjadi segar, mempengaruhi darah, membuat tenang di hati.
ketenangan hati membantu membersihkan kekusutan batin.
* mangkono mungguh ingsun
Ananging ta sarehne asnafun Beda beda panduk mandhuming dumadi Sayekti nora
jumbuh Tekad kang padha linakon Begitulah menurutku! Tapi orang itu
berbeda-beda, Beda pula garis nasib dari Tuhan. Sebenarnya tidak cocok Tekad
yang pada dijalankan itu
* Nanging ta paksa tutur rehne
tuwa tuwase mung catur Bok lumuntur lantaraning reh utami Sing sapa temen
tinemu Nugraha geming kaprabon Namun terpaksa memberi nasehat Karena sudah tua
kewajibannya hanya memberi petuah Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman
tingkah laku utama Barang siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan anugrah
kemuliaan dan kehormatan
* Samengko sembah kalbu Yen
lumintu uga dadi laku Laku agung kang kagungan Narapati Patitis tetesing kawruh
Meruhi marang kang momong Nantinya, sembah kalbu itu jika berkesinambungan juga
menjadi olah spiritual Olah (spiritual tingkat tinggi yang dimiliki Raja.
Tujuan ajaran ilmu ini; untuk memahami yang mengasuh diri (guru sejati /
Pancer)
* Sucine tanpa banyu Mung
nyunyuda mring hardaning kalbu Pambukane tata titi ngati-ati Atetep telaten
atul Tuladan marang waspaos Bersucinya tidak menggunakan air Hanya menahan
nafsu di hati Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati ( eling
dan waspada) Teguh, sabar dan tekun, Semua menjadi karakter dasar, Teladan bagi
sikap waspada.
* Mring jatining pandulu Panduk
ing ndon dedalan satuhu Lamun lugu legutaning reh maligi Lageane tumalawung
Wenganing alam kinaot Dalam penglihatan yang sejati, Menggapai sasaran dengan
pengaturan yang benar Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan konsentrasi
Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan Itulah, terbukanya
'alam lain'
* Yen wus kambah kadyeku Sarat
sareh saniskareng laku Kalakone saka eneng ening eling Ilanging rasa tumlawung
Kono adiling Hyang Manon Bila telah mencapai seperti itu, Syaratnya sabar
segala tingkah laku berhasilnya dengan cara Membangun kesadaran, mengheningkan
cipta, pusatkan pikiran kepada energi Tuhan Dengan hilangnya rasa sayup-sayup,
disitulah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia Tuhan).
* Gagare ngunggar kayun Tan
kayungyun mring ayuning kayun Bangsa anggit yen ginigit nora dadi marma den
awas den emut Mring pamurunging kalakon Gugurnya jika menuruti kemauan jasad
(nafsu) Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati, Jika merasakan
keinginan yang tidak-tidak akan gagal. Maka awas dan ingatlah Dengan yang
membuat gagal tujuan.
Filosofi
Punakawan Malaikat Empat dalam Islam
Banyak hal yang bisa kita ambil
dari filosofi pewayangan. Secara tersirat empat sosok Punakawan memiliki arti
filosofis yang tinggi. Dalam berbagai cerita di film, Punakawan adalah
merupakan empat sosok yang memiliki kesetiaan tinggi pada Bendaranya (tuannya).
Mereka selalu mengontrol kemana pun tuannya pergi.
Sebelum kita membahas mengenai
sosok Punakawan, terlebih dulu kita kupas arti dari Punakawan. Kata Punakawan
juga bisa disebut panakawan. Panakawan terdiri dari kata Pana = Memahami;
teman: Teman. Teman dalam hal ini yang dimaksud adalah teman hidup yang
senantiasa mendampingi kita. Secara tersirat, keempat sosok Punakawan itu
merupakan gambaran dari pemahaman Kawruh Kejawen, Sedulur papat, Lima
Pancer.
Keempat sosok Punakawan tersebut
sangat terkenal, mereka antara lain Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Mereka
digambarkan sangat setia mengontrol kemana pun ksatria yang menjadi tuannya
pergi. Tuan dari panakawan yang sering dikontrol adalah Arjuna. Umumnya, para
panakawan mengiringi kemana pun Arjuna pergi untuk melakukan tapa brata.
Pertanyaan yang muncul, jika Punakawan / panakawan digambarkan sebagai Sedulur
papat, lalu siapa makna filosofis untuk ksatria (Arjuna) yang dikontrol
Punakawan itu?
Simbolisasi ksatria adalah diri
manusia itu sendiri yang juga disebut Pancer. Posisi Pancer berada di tengah,
diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda
(adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima Pancer lahir dari
konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup
manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia hidup diawali dari
saat-saat menjelang kelahiran.
Sebelum sang bayi (Pancer) lahir
dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas
itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir,
keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin untuk melindungi si
bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau
terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul
dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah
disebut Adi wuragil. Ngelmu sedulur papat lima Pancer memberi tekanan bahwa,
manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang
mendampingi.
Seperti pada agama Islam yang
juga disebutkan di Al Qur'an bahwa "Pada setiap manusia ada
penjaga-penjaganya". Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah
raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah
kehidupan. Hubungan antara Pancer dan sedulur papat dalam kehidupan,
digambarkan dengan seorang sais yang mengendalikan sebuah mobil, ditarik oleh
empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta
melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah
melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda
kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan,
kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang
saling berbeda sifat dan kebutuhannya.
Jika sang sais mampu
mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang,
maka mobil akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir, Paraning dumadi.
Dhandhanggula 1. Ana kidung akadang premati, among tuwuh ing kawastanira,
nganakaken saciptane, kakang kawah puniku, kang Rumeksa ing awak mami,
anekakaken sedya, pan kuwasanipun, adhi ari-ari ika, kang mayungi ing laku
kuwasaneki, ngenakaken direktur. 2. ponang getih ing rahina wengi, angrowangi
Allah kang kuwasa andadekaken karsane, puser kuwasanipun, nguyu-uyu Sembawa
mami , nuruti ing panendha, kuwasanireku, jangkep kadangingsun papat, kalimane
Pancer wus sawiji, nunggul sawujud ingwang.
3. yeku kadangingsun kang umijil, saking margaina sareng samya sadina
awor enggone, sekawan kadangingsun, dadiya makdumsarpin sira, wawayangan ing
dat reke dadiya kanthi, saparan datan pisah.
Letak
'Pandawa Lima' dan 'Kurawa' di Tubuh Manusia
Sementara itu ada ajaran Kejawen sangat sarat dengan
sanepo / sanepan / perumpamaan dan juga filosofi. Setidaknya orang Jawa harus
memahami beberapa cerita wayang baik wayang kulit maupun wayang purwa. Dari
kata-kata film saja, orang Jawa seharusnya sudah memahaminya karena film
berarti " wewayangan "/" ayang-ayang "(bayang-bayang).
Bayangan siapa? Ya bayangan kehidupan seluruh manusia di dunia ini.
Dalam dunia pewayangan ada beberapa filosofi seperti
Pandawa yang juga sering disebut Pandawa Lima karena jumlahnya lima orang yang
terdiri dari 1. Yudhistira; 2. Bima / Sena / Werkudara; 3. Arjuna / Janaka; 4.
Nakula dan 5. Sadewa (Nakula dan Sadewa) disebut merupakan saudara kembar.
Pandawa lima merupakan sosok penjelmaan dewa. Disamping sosok yang berjiwa
ksatrian dan merupakan penjelmaan dewa, ada pula filosofi sosok yang
melambangkan angkara murka yang digambarkan lewat 100 sosok Kurawa / Korawa. Ke
100 sosok Kurawa tersebut antara lain 1. Duryodana (Suyodana); 2.Dursasana
(Duhsasana); 3. Abaswa; 4. Adityaketu; 5. Alobha; 6. Anadhresya (Hanyadresya);
7. Anudhara (Hanudhara); 8. Anuradha; 9. Anuwinda (Anuwenda); 10. Aparajita;
11. Aswaketu; 12. Bahwasi (Balaki); 13. Balawardana; 14. Bhagadatta
(Bogadenta); 15.Bima; 16. Bimabala; 17. Bimadewa; 18.Bimarata (Bimaratha); 19.
Carucitra; 20. Citradharma; 21. Citrakala; 22. Citraksa; 23. Citrakunda; 24.
Citralaksya; 25. Citrangga; 26. Citrasanda; 27. Citrasraya; 28. Citrawarman;
29. Dharpasandha; 30. Dhreksetra; 31. Dirgaroma; 32. Dirghabahu; 33.
Dirghacitra; 34. Dredhahasta; 35. Dredhawarman; 36. Dredhayuda; 37. Dretapara;
38. Duhpradharsana; 39. Duhsa; 40. Duhsah; 41. Durbalaki; 42. Durbharata; 43.
Durdharsa; 44. Durmada; 45. Durmarsana; 46. Durmukha; 47. Durwimocana; 48.
Duskarna; 49. Dusparajaya; 50. Duspramana; 51. Hayabahu; 52. Jalasandha; 53.
Jarasanda; 54. Jayawikata; 55. Kanakadhwaja; 56. Kanakayu; 57.Karna; 58.
Kawacin; 59. Krat; 60. Kundabhedi; 61. Kundadhara; 62. Mahabahu; 63. Mahacitra;
64. Nandaka; 65. Pandikunda; 66. Prabhata; 67; Pramathi; 68. Rodrakarma
(Rudrakarman); 69. Sala; 70. Sama; 71. Satwa; 72. Satyasanda; 73. Senani; 74.
Sokarti; 75. Subahu; 76; Sudatra; 77. Suddha (Korawa); 78. Sugrama; 79.
Suhasta; 80. Sukasananda; 81. Sulokacitra; 82. Surasakti; 83. Tandasraya; 84.
Ugra; 85. Ugrasena; 86. Ugrasrayi; 87. Ugrayudha; 88. Upacitra; 89. Upanandaka;
90. Urnanaba; 91. Wedha; 92. Wicitrihatana; 93.Wikala; 94. Wikatanana; 95.
Winda; 96. Wirabahu; 97. Wirada; 98. Wisakti; 99. Wiwitsu (Yuyutsu); dan 100.
Wyudoru (Wiyudarus).
Sejatinya, filosofi sosok Pandawa Lima dan Kurawa
yang sangat berlawanan itu bukan hanya cerita semata. Semua itu ada dalam tubuh
setiap manusia. Filosofi Pandawa Lima dalam tubuh setiap manusia yakni:
Pertama,
Yudhistira (Lokasi perumpamaan Yudhistira di tubuh manusia adalah di OTAK ).
Yudhistira merupakan saudara Pandawa yang paling tua dan penjelmaan dewa Yama.
Sifatnya sangat bijaksana, memiliki moral yang sangat tinggi, suka memaafkan
dan mengampuni musuh yang sudah menyerah. Filosofi dari Yudhistira adalah, jika
manusia ingin mulia dalam hidupnya, maka pergunakanlah otak secara bijaksana
dan tidak mengumbar ambisi untuk meraihnya, melainkan mengutamakan strategi
untuk meraih kemuliaan hidup di dunia.
Kedua,
Bima, Sena, Werkudara (Lokasi perumpamaannya adalah Mata di tubuh manusia. Bima
merupakan putra kedua yang merupakan penjelmaan dari dewa Bayu sehingga sering
dijuluki Bayusutha. Tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar diantara
saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Karena kekuatannya,
Bima sangat ditakuti oleh sosok Kurawa dan musuh-musuhnya. Karakter atau
filosofi dari Bima sangat ditakuti oleh musuh dan itu tampak dari sorot mata
manusia. Ketika manusia marah dan matanya melotot, maka orang lain pun akan
sedikit gemetar melihat sorot matanya.
Ketiga,
Arjuna / Janaka (Lokasi perumpamaan
Arjuna / Janaka di tubuh manusia adalah pada hati kecil atau hati nurani.
Arjuna merupakan penjelmaan Dewa Indra yang juga dewa perang. Sifat utama dari
Arjuna adalah sering bertapa, mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan tidak
pernah berbohong. Filosofi dari hati adalah, favoritnya bertapa membuat Arjuna
sangat dekat dengan Sang Pencipta. Manusia yang sering mendengarkan hati
kecilnya (nurani) maka ia cenderung memiliki keinginan mendekatkan diri pada Gusti
Allah.
Yang
ke Empat dan ke Lima, adalah Nakula dan Sadewa (Lokasi perumpaan
Nakula dan Sadewa di tubuh manusia adalah pada Buah peler, Kemaluan kembar. Baik Nakula dan Sadewa adalah
penjelmaan dewa Aswin yang merupakan dewa pengobatan. Keduanya memiliki sifat
bijaksana dan senang melayani. Filosofi dari buah peler atau kemaluan kembar,
yaitu manusia hendaknya bijaksana dalam menggunakan alat kelaminnya (tidak
gonta-ganti pasangan). Dan memiliki loyalitas untuk melayani pasangan
hidupnya. Itulah sanepan / perumpaan
lokasi Pandawa Lima di tubuh anak Adam.
Lantas dimanakah sanepan atau perumpamaan untuk
Kurawa di tubuh manusia? Sanepan / perumpamaan dan filosofi seratus sosok
Kurawa itu ternyata berlokasi di hati besar manusia. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, manusia itu memiliki 2 hati yaitu hati besar dan kecil (hati
nurani). Kedua hati itu memiliki kecenderungan yang sangat bertolak belakang.
Hati besar senantiasa dipenuhi dengan sifat buruk, iri, dengki, ambisi, nafsu
berbuat kejahatan dll. Sementara hati nurani cenderung mengajak untuk berbuat
kebajikan, suka perdamaian, manembah pada Gusti Allah dan menolong sesama.
Setiap hari dalam kehidupan sehari-hari di tubuh
manusia, hati besar dan hati kecil (nurani) senantiasa berperang. Hati besar
(yang dikuasai 100 sosok Kurawa yang penuh hawa nafsu itu) berperang melawan
hati nurani (yang hanya ada Arjuna saja). Pertanyaannya, Bagaimana seorang
Arjuna mengalahkan 100 sosok Kurawa? Hal itulah yang membuat manusia cenderung
untuk lebih mendengarkan hati besarnya dari hati kecil (nuraninya). Namun satu
hal yang perlu dicatat, meskipun hanya seorang diri dimana Arjuna harus melawan
100 sosok Kurawa, namun Arjuna bisa meraih kemenangan. Caranya, semuanya
tergantung manusia itu sendiri untuk lebih mendengarkan suara 'Arjuna' di hati
kecil (nurani) dan mengabaikan suara hati besar.@wongweruh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar