Pameran Wayang Wahyu, yang diakui
diciptakan oleh Bruder L. Timotius Wignyosubroto, FIC di Solo pada 2 Februari
1960, ini menjadi bukti rawan hilangnya sejarah oleh “Para Wali Kristen”. Dengan
bangganya, para pencuri kebudayaan jawa itu memamerkan hasil plagiatnya sebagai
pameran yang pertama di dunia.
Pameran itu di prakarsai Baroto
Murti Anindito, seniman Indonesia yang sedang menimba ilmu di Universitas Santo
Tomas, Manila bertempat di Main Hall Musium Universitas. Pameran yang direstui
oleh pihak kampus itu juga mendapat dukungan dari kedutaan besar Indonesia di
Filipina. Bahkan duta besar Indonesia untuk Filipina, Y. Kristiarto Soeryo
Legowo, berkesempatan membuka dan memberikan sambutan di upacara pembukaan
Pameran.
Baroto Murti Anindito sebagai
dalang Wayang Wahyu kepada romo Handi seorang pastur, mengatakan bahwa dia akan
mengenalkan Wayang Wahyu di Filipina untuk digunakan sebagai tes dakwah
kristenisasi di jawa nantinya. Ucapan itu sudah pasti membawa kebanggaan bagi
para pemerhati proses kristenisasi di Indonesia umumnya, khususnya masyarakat
jawa.
Di Indonesia sendiri sebelumnya,
senior Bruder L. Timotius Wignyosubroto, Romo Handi pemimpin Hamangunsih, grup
Wayang Wahyu di Kroya-Cilacap merupakan guru dan tempat ia belajar. Dan dari
kota kecil itu, munculah berbagai inspirasi dan gagasan mengenai pendakwahan Kristen
dengan menggunakan wayang sebagai sarananya. Berbagai bentuk dan disain Wayang
Wahyu Bruder ciptakan. Mulai dari bentuk Yesus, Maria, Elisabeth, hingga David
dan Goliath.
Tentu saja kesemuanya terpahat
pada kulit kerbau dalam sosok Wayang Wahyu. Tokoh-tokoh Wayang Wahyu tersebut saat
dipamerkan di Filipina, bersanding dengan tokoh-tokoh wayang kulit seperti
Pandawa Lima, para Punakawan, pasukan Kurawa, Anoman dan lain-lainnya yang juga
dipamerkan.@JI
5 komentar:
memangnya para wali kristen itu bukan orang jawa, kok dikira mencuri.
wali songo itu juga berarti
Islam Sontoloyo
Kalau bicara budaya asli jawa, maka harus bersih dari anasir asing baik itu islam ataupun kristen. Dan bentuk watang yg asli jawa tidak sperti yg sekarang karena bentuk qayang yg sekarang adalah hasil modifikasi dr sunan kalijogo.
Justru orang Indonesia seharusnya bangga dengan acara seperti ini. Bukannya malah memprovokasi, bagaimana budaya Indonesia mau dikenal dunia apabila seniman yang mau berekspresi dengan karyanya malah di kaitkan dengan SARA. Orang Indonesia harus lebih terbuka pikirannya tentang kemajuan budaya di Indonesia bukannya berfokus karena hal yang menghambat.
Posting Komentar