Senin, 18 Februari 2013

Awas Bahaya "Para Wali Kristen" Mencuri Budaya Wayang Jawa

Jurnalis Independen: Munculnya Wayang Wahyu yang dipamerkan di Filipina menunjukkan rentannya budaya jawa untuk diadopsi oleh kelompok tertentu yang tidak memiliki budaya dalam penyebaran agama. Sehingga sangat mengkhawatirkan budaya itu sendiri. Selain itu tentu saja mengkhawatirkan anak bangsa akan kehilangan jati diri sejarahnya.


Pameran Wayang Wahyu, yang diakui diciptakan oleh Bruder L. Timotius Wignyosubroto, FIC di Solo pada 2 Februari 1960, ini menjadi bukti rawan hilangnya sejarah oleh “Para Wali Kristen”. Dengan bangganya, para pencuri kebudayaan jawa itu memamerkan hasil plagiatnya sebagai pameran yang pertama di dunia.

Pameran itu di prakarsai Baroto Murti Anindito, seniman Indonesia yang sedang menimba ilmu di Universitas Santo Tomas, Manila bertempat di Main Hall Musium Universitas. Pameran yang direstui oleh pihak kampus itu juga mendapat dukungan dari kedutaan besar Indonesia di Filipina. Bahkan duta besar Indonesia untuk Filipina, Y. Kristiarto Soeryo Legowo, berkesempatan membuka dan memberikan sambutan di upacara pembukaan Pameran.

Baroto Murti Anindito sebagai dalang Wayang Wahyu kepada romo Handi seorang pastur, mengatakan bahwa dia akan mengenalkan Wayang Wahyu di Filipina untuk digunakan sebagai tes dakwah kristenisasi di jawa nantinya. Ucapan itu sudah pasti membawa kebanggaan bagi para pemerhati proses kristenisasi di Indonesia umumnya, khususnya masyarakat jawa.  

Di Indonesia sendiri sebelumnya, senior Bruder L. Timotius Wignyosubroto, Romo Handi pemimpin Hamangunsih, grup Wayang Wahyu di Kroya-Cilacap merupakan guru dan tempat ia belajar. Dan dari kota kecil itu, munculah berbagai inspirasi dan gagasan mengenai pendakwahan Kristen dengan menggunakan wayang sebagai sarananya. Berbagai bentuk dan disain Wayang Wahyu Bruder ciptakan. Mulai dari bentuk Yesus, Maria, Elisabeth, hingga David dan Goliath.

Tentu saja kesemuanya terpahat pada kulit kerbau dalam sosok Wayang Wahyu. Tokoh-tokoh Wayang Wahyu tersebut saat dipamerkan di Filipina, bersanding dengan tokoh-tokoh wayang kulit seperti Pandawa Lima, para Punakawan, pasukan Kurawa, Anoman dan lain-lainnya yang juga dipamerkan.@JI

5 komentar:

Anonim mengatakan...

memangnya para wali kristen itu bukan orang jawa, kok dikira mencuri.
wali songo itu juga berarti

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Islam Sontoloyo

squall666 mengatakan...

Kalau bicara budaya asli jawa, maka harus bersih dari anasir asing baik itu islam ataupun kristen. Dan bentuk watang yg asli jawa tidak sperti yg sekarang karena bentuk qayang yg sekarang adalah hasil modifikasi dr sunan kalijogo.

SUMYNAME mengatakan...

Justru orang Indonesia seharusnya bangga dengan acara seperti ini. Bukannya malah memprovokasi, bagaimana budaya Indonesia mau dikenal dunia apabila seniman yang mau berekspresi dengan karyanya malah di kaitkan dengan SARA. Orang Indonesia harus lebih terbuka pikirannya tentang kemajuan budaya di Indonesia bukannya berfokus karena hal yang menghambat.