Kamis, 08 Januari 2015

Setelah "Menuai Hasil Penghinaan" Karya Charlie Hebdo Dijual Rp 1 M

Jurnalis Independen: Tidak sulit bagi kapitalis yang pandai bersilat lidah menangguk keuntungan dari penderitaan sesamanya, sebab cara kerja mereka adalah menghalalkan segala cara. Tak terkecuali pada kasus kematian Charlie Hebdo jurnalis Prancis spesialis kartun penghujat nabi Islam Muhammad saw. Hebdo tewas setelah 3 pemuda memberondong senapan otomatis kalashnikov.
   

Beberapa jam setelah aksi penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo di Paris, Prancis, Rabu lalu, 7 Januari 2015, jumlah permintaan terhadap edisi terbaru majalah mingguan itu meningkat tajam di eBay.  eBay menawarkan harga lebih dari 70 ribu euro atau lebih dari Rp 1 miliar untuk edisi terbaru bernomor 1177.


Sesaat setelah kantor majalah itu ditembak oleh sejumlah orang bersenjata otomatis yang menewaskan 12 orang, termasuk 9 staf Charlie Hebdo, edisi terbaru ini sebenarnya sudah terjual 60 ribu eksemplar. Harga normal setiap edisi majalah itu dibanderol seharga 3 euro.


Sebanyak 80 pengiklan menawarkan produknya pada edisi terbaru Charlie Hebdo yang ditampilkan di eBay. Beberapa pengiklan bersedia membayar seketika slot iklan sebesar 50 ribu euro. "Ini langka, edisi terbaru Charlie Hebdo," kata seorang pengiklan.


Charlie Hebdo memang sudah mengumumkan akan menerbitkan kembali edisi-edisi memorial sebanyak satu juta eksemplar. Penerbitan kembali edisi ini sebagai respons atas peristiwa teror terhadap media satire terkenal di Prancis ini.


Sebelumnya, Stephane Charbonnier pemimpin redaksi majalah satir Prancis, Charlie Hebdo yang juga merupakan salah satu dari empat kartunis yang tewas dalam serangan pembunuhan dengan total korban jiwa 12 orang.

Pria berusia 47 tahun yang dipanggil Chard itu sudah beberapa kali menerima ancaman pembunuhan dan pernah mendapat perlindungan dari polisi.
Kartun rutinnya di majalah Charlie Hebdo diberi judul ‘Chard tidak suka orang’.

Para kartunis di majalah beraliran politik kiri itu dikenal dengan nama panggilan Charb dan tiga kartunis lain yang juga tewas adalah Cabu, Tignous, dan Wolinski.

Laporan-laporan mengatakan Chard sedang menggelar rapat redaksi ketika dua pria bersenjata yang mengenakan topeng menyerbu masuk dan melepas tembakan dengan senapan mesin Kalashnikov.
Kartuni Charlie Hebdo

Kartunis yang tewas, dari kiri dengan arah jarum jam: Cabu, Tignous, Wolinski, dan Charb.
Kedua penyerang memekik Allahu Akbar saat melakukan serangan.

Satir, Majalah Pembenci Islam nomor satu di Perancis

Chard dengan teguh membela keputusan Charlie Hebdo memuat kartun Nabi Muhammad.

“Muhammad tidak suci bagi saya,” jelasnya dalam wawancara dengan kantor berita AP pada tahun 2012, ketika kantor Charlie Hebdo terbakar karena serangan bom molotov.

“Saya hidup berdasarkan undang-undang Prancis. Saya tidak hidup berdasarkan undang-undang Al Quran,” tambahnya.

Tahun 2007 Charlie Hebdo harus membela diri di pengadilan sehubungan dengan kartun Nabi Muhammad, yang dicetak ulang di majalah itu, dan membuat marah umat Muslim dunia.

satir adalah majalah antikemapanan dan penghina Islam nomor satu di Perancis. Majalah ini, sebagai selingan juga membuat lelucon dari aspek-aspek Kristen dan Yudaisme.

Sejak 2012, Chard menjadi pemred Charlie Hebdo, yang pertama kali terbit tahun 1969 namun berhenti tahun 1981 sebelum terbit kembali 1992.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Charbonnier mengatakan insiden serangan bom molotov ke kantornya pada 2011 merupakan serangan atas kebebasan dari ‘ekstremis idiot’ yang tidak mewakili komunitas Islam di Prancis.

Tidak ada komentar: