Minggu, 04 Januari 2015

Di London, FB dan Twitter Jadi Sarana Kampanye Anti Islam

Jurnalis Independen: Di London, Inggris, jejaring media sosial Facebook dan Twitter dituding mendukung kebencian terhadap Islam. Keduanya membiarkan para pengguna Facebook dan Twitter mengunggah status dan foto-foto yang menggambarkan Islamophobia. Akun yang melecehkan Islam pun tak kunjung ditutup meski ada pengaduan kepada kedua perusahaan raksasa ini.


Fiyaz Mughal, direktur Tell MAMA, sebuah organisasi tentang toleransi beragama mengatakan korban-korban anti muslim sangat kecewa dengan tindakan Facebook dan Twitter. “Secara moral hal ini tak bisa diterima, mereka adalah perusahaan yang menangguk profit dari penggunanya, seharusnya isu-isu sosial seperti ini menjadi perhatian mereka,” kata Mughal seperti dikutip dari harian The Independent, Ahad, 4 Januari 2015.

Tell MAMA, kata Mughal, sering menerima laporan tentang anti muslim dari pengguna Facebook. Contohnya adalah sebuah grup bernama Britain First yang aktif mengkampanyekan kekerasan terhadap Islam dan muslim di Inggris.

Kebencian terhadap Islam meningkat sejak tahun lalu. Pada Oktober misalnya, kepolisian London mencatat kasus kekerasan terhadap umat Islam naik 65 persen dalam 12 bulan terakhir.

Salah satunya adalah penghinaan yang dilakukan pemilik akun Erick King. Dia secara berkala mengirimkan gambar-gambar yang berisi penghinaan terhadap masjid dan Nabi Muhammad. Meski ada laporan kekerasan, Facebook tidak menutup akun King.

Dalam pernyataan resminya, Facebook mengatakan bahwa keputusan ini untuk memberi ruang kebebasan berekspresi bagi penggunanya. Dalam aturan sudah jelas bahwa Facebook menolak segala bentuk penghinaan terhadap ras, , etnik, negara, agama, jenis kelamin, cacat, maupun kondisi medis. Tapi di satu sisi, Fecebook juga memberi kebebasan terhadap 1 miliar penggunanya. “Berkaitan dengan agama di masyarakat, kami mengizinkan pengguna Facebook mengungkapkan apa yang dipikirkannya.”

Sedangkan juru bicara Twitter menyatakan akan mengkaji kembali kekerasan yang dilakukan terhadap kelompok muslim. “Kami akan mereview lagi berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh Twitter.”

Tidak ada komentar: