Kamis, 14 November 2013

Patgulipat, Demokrat dan KPK Sepakat Hilangkan Surat Kaleng Milik Anas

Jurnalis Independen: Beredarnya surat tanpa identitas yang membeberkan rekayasa keterlibatan Anas Urbaningrum dalam kasus korupsi Hambalang, yang menjadi kartu truf Anas bagi musuh-musuhnya, sengaja hendak dihilangkan dan dinafikan esensinya oleh Demokrat, kader juga pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ada apa?


Dalam surat itu tertera pula nomor telepon seluler. Sekaligus membeberkan alasan kasus korupsi Hambalang yang menyeret Anas. Padahal keterlibatan itu diungkap sebagai rekayasa. Demikian dikatakan Juru bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Sri Mulyono.

''Surat itu telah disita penyidik KPK. Sedangkan copy surat tersbut diserahkan pada pengurus PPI. Karena memang surat itu ditujukan pada PPI,'' kata Sri di kantor PPI, Jakarta, Rabu (13/11).
''Memang itu surat kaleng. Kalau tidak penting, untuk apa penyidik menyitanya. Hanya memberi copy surat itu pada PPI,'' kata Sri yang menegaskan penyitaan surat kaleng itu masuk dalam sejumlah dokumen yang disita KPK.

Beberapa barang yang disita itu uang milik PPI, dokumen surat, ponsel dan beberapa barang lain. Secara umum tidak ada kaitannya dengan kasus korupsi. Termasuk, penyitaan pasport milik Attiya Laila, istri Anas. Penyitaan paspor bukanlah kepentingan KPK, bahkan tak ada kaitannya dengan kasus korupsi.

''Dari surat kaleng sampai paspor disita KPK. Ini kan tidak ada korelasinya,'' ujar Sri.
Terkait surat kaleng, Sri menjelaskan memang surat tersebut ditujukan langsung kepada Anas. Surat tersebut memaparkan berbagai situasi yang terjadi dalam internal KPK. Termasuk skenario yang dimainkan untuk menjerat Anas.

Surat kaleng itu memberikan identitas sebagai penyidik KPK. Meski tidak menyebutkan nama diri penyidik yang dimaksud. Tetapi meninggalkan nomor telepon yang bisa dihubungi.
''Hanya nomor teleponnya tidak jelas. Ini kan fotokopi bukan yang asli,'' terang Sri, yang ditanya soal adanya nama Presiden SBY dalam surat itu, Sri mengaku tidak mengarah pada identitas siapapun.

Surat itu lebih membuktikan adanya skenario yang dilakukan KPK untuk menjerat Ketua Umum PPI itu.Menurutnya penyidik KPK harus bersikap ksatria. Jika memang surat itu bukan bagian yang penting, lebih baik tidak disita. Karena surat tersebut tidak ada persoalan dalam korupsi Hambalang.

''Silakan KPK melihat kondisi internalnya. Surat kaleng itu tidak muncul begitu saja kan,'' jelas Sri.

Sementara itu, terkait penghilangan keberadaan dan esensi surat kaleng milik Anas Urbaningrum dari pegawai rendahan KPK, dibuktikan statemen dari Ketua Harian Partai Demokrat, Syarief Hasan. Syarief Hasan yang pernah terlanggar isu perselingkuhan istri mudanya dengan anak kandungnya, menyatakan enggan menanggapi adanya surat tanpa nama yang ditemukan di kediaman Anas Urbaningrum. Dalam surat itu, nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut.
“Surat kaleng kok ditanggapi. Kalau namanya surat kaleng kan berarti tidak benar,” katanya berlagak pilon di Kantor Presiden, Kamis (14/11).

Namun begitu, lebih lanjut Syarief mengatakan, Partai Demokrat belum akan merespon secara serius hal tersebut. Ia memilih untuk melihat perkembangan temuan tersebut dan berharap aparat penegak hukum bisa menindaklanjuti.

“Ini kita terus lihatlah perkembangannya. Kita harap penegak hukum bisa menindaklanjuti,”ujar Syarief.

Sementara, senada dengan umumnya pernyataan kader partai Demokrat, Ketua DPP Partai Demokrat (PD), Sutan Bhatoegana juga enggan menanggapi perihal surat yang diduga dituliskan oleh pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Saya enggak lah, itu kan surat kaleng, surat gelap, ngapain menanggapi yang gelap-gelap," kata Sutan seperti biasa seolah mengelak ketika ada bukti yang akan membongkar borok partainya. Pernyataan itu, dikatakannya sebelum Sutan menjalani pemeriksaan sebagai saksi Anas di KPK, Rabu (13/11) lalu.

Menurut Sutan, masih banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan daripada urusan surat itu. Ia menyebut bahwa soal surat itu hanya pengalihan isu saja.

"Ngapain kita ngurusin yang gelap-gelap, sedangkan yang terang-terang masih banyak urusannya. Enggak lah (mengurusi), itu kan mengalihkan isu aja," kata Sutan tetap mengelak.

Seperti diketahui, KPK menyita sebuah surat yang disebut ditulis oleh pegawai KPK saat melakukan penggeledahan di kediaman istri Anas, Athiyyah Laila. Juru Bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia, Ma'mun Murod menyatakan, surat itu berisi dukungan dari seorang  pegawai KPK kepada Anas. "Pegawai KPK yang simpati sama Anas dan mendukung Anas," kata Ma'mun di Jakarta, Selasa (12/11) malam.

Sebelumnya, ketika KPK menggeledah rumah Anas Urbaningrum ditemukan selebaran yang diduga dari BAP atas tersangka Anas. Surat yang diklaim berasal dari penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ikut disita dalam penggeledahan.

Di dalam surat kaleng yang ditujukan ke mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu, nama SBY disebut menerima dana kampanye pilpres.

Surat tersebut sebelumnya telah di copy pihak Anas dan dibacakan Ma'mun. yang menyatakan  bahwa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin menyebut orang kuat PD, Susilo Bambang Yudhoyono menerima uang yang digunakan untuk biaya Pemilihan Presiden 2009.

"Dalam Berita Acara Pemeriksaan, Nazaruddin melaporkan Pak SBY menerima dana untuk kampanye Pilpres 2009. Di mana BAP itu sudah ditandangani Nazaruddin, tapi sampai sekarang tidak pernah diangkat KPK dan tidak diteruskan langsung sampai sekarang. Mungkin ini bisa jadi amunisi perlawanan politik buat Bapak (Anas)," kata Ma'mun.

Dalam surat tersebut juga dikatakan bahwa Anas adalah seorang korban politik. "Saya pegawai biasa di KPK, politik tidak ada hati nurani, Pak Anas merupakan korban politik di internal partai, di balik ini adalah pak SBY dan kroninya," kata Ma'mud.@Ji




Tidak ada komentar: