Jurnalis Independen: Jusuf Kalla (JK), mantan Wakil
Presiden 2004-2009, kebakaran jenggot setelah dituduh memanfaatkan jabatan
sosialnya di Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI)
sekaligus kedekatannya dengan Joko Widodo untuk kepentingan pencitraan dirinya
oleh politikus Golkar Nurul Arifin.
Tuduhan Wakil Sekretaris Jenderal
DPP Partai Golkar Nurul Arifin yang muncul dalam pernyataannya di sebuah media
cetak terbitan Jakarta, membuat kebakaran jenggot kubu JK. Melalui media
officer JK, Husain Abdullah, membantah kritikan mantan aktris yang kini menjadi
politisi Partai Golkar itu.
Dalam rilis yang dikeluarkan
media officer JK, disebutkan, Nurul Arifin
mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan dengan menuduh JK menggunakan
kerja sosial di Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI)
sebagai institusi politik pribadi.
Nurul, masih menurut rilis
tersebut, juga menuduh JK melakukan pendekatan kepada Jokowi untuk kepentingan
pilpres 2014.
Menanggapi tuduhan tersebut,
Media Officer JK, Husain Abdullah mengatakan bahwa kegiatan aktif JK sebagai
pekerja sosial di Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI)
murni untuk kemasalahatan masyarakat.
“Pekerjaan ini dilakukan JK
dengan ikhlas ia tidak pernah lelah mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum.
Bahkan kegiatan seperti itu sudah dilakukan JK jauh sebelum dia menjabat
sebagai Ketua PMI dan DMI,” kata Husain.
Husain mencontohkan bahwa saat
Puasa Ramadhan yang lalu JK melarang masjid memajang foto dirinya sebagai ketua
DMI mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa, karena JK tidak mau ada yang
mengurangi keikhlasannya.
Padahal, kata Husain, sangat
mungkin ia melakukan dalam kapasitasnya sebagai ketua dewan masjid.
JK juga pernah melarang PMI
memasang umbul-umbul dan spanduk bergambar dirinya saat berlangsung kegiatan
Temu Karya Relawan PMI di Malang Juni 2013 lalu.
“Jadi JK selalu menjaga
orisinalitas kegiatan sosialnya, agar semuanya tetap dalam koridor kerja sosial. Nurul jangan
menggunakan cara berpikirnya untuk memandang JK karena ini tidak nyambung
dengan kenyataan,” ungkapnya.
Soal tuduhan bahwa JK mendekati
Jokowi, Husain Abdullah menganggap Nurul Arifin lucu.
“Di mana logikanya JK melakukan
pendekatan kepada Jokowi. Apa dasarnya?,” tanya Husain.
“Mungkin munculnya fenomena JK-Jokowi yang santer di
berbagai media membuat Nurul silau. Padahal, fenomena tersebut muncul secara
alamiah dari opini masyarakat sendiri seperti terlihat dari hasil survey.
Tetapi itu sama sekali bukan kerja politik JK,” tegas Husain Abdullah.
Husain menambahkan, “Nurul harus
cerdas dan arif memandang fenomena tersebut, jangan justru dijadikan alat
fitnah kepada JK.”
Husain mengingatkan agar politisi
Golkar tersebut berhati-hati dengan pernyataannya karena jangan sampai
kontraproduktif terhadap Nurul yang bisa membuat dia kehilangan pendukung di
dapilnya. Bagaimana pun, menurut Husain, JK masih punya banyak simpatisan di
tubuh Partai Beringin di berbagai
daerah.
Husain heran dengan pernyataan
Nurul yang menuduh JK dengan tidak berdasar padahal Wasekjen Golkar tersebut
sangat mengenal JK dengan baik.
“Nurul jangan pura-pura tidak
tahu Pak JK, kan dia dulu ikut Pak JK tahun 2009, kok Nurul tiba-tiba jadi
orang asing yang baru kenal JK. Dan ingat politik itu dinamis, kadang-kadang
kaki kiri di depan suatu saat kaki kanan di depan,” katanya.
Sementara itu, Nurul Arifin
sendiri belum memberikan jawaban terkait pernyataan media officer JK, Husain
Abdullah.
Perlu diketahui, mantan aktris
era 80-90 an, bernama lengkap Nurul Qomaril Arifin, adalah wanita kelahiran
Bandung, Jawa Barat, 18 Juli 1966. Aktris senior Indonesia itu menikah dengan
Mayong Suryolaksono yang kini dikaruniai 2 orang anak. yang Sulung bernama,
Maura Magnalia Madyaratr sedangkan yang bungsu bernama Melkior Mirari
Manusaktri.
Sekarang Nurul menjadi anggota
DPR RI dari Fraksi Golkar periode 2004 – 2009 dan 2009-2014 untuk Daerah
Pemilihan Jawa Barat VII. Saat ini ia juga masih menjadi anggota Teman Serikat
di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. Selain itu, wanita ini memang
memiliki kebiasaan “menjatuhkan” kredibilitas orang yang dianggap lawan
politiknya.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar