Jurnalis Independen: Dari berbagai pemberitaan yang
disampaikan atau dimuat oleh beberapa media massa baik cetak, elektronik
ataupun online di Amerika Serikat, dapat diperoleh informasi-informasi penting
khususnya terkait dengan permasalahan ekonomi yang dihadapi AS, disamping
permasalahan keamanan nasional khususnya terkait dengan ancaman terorisme.
Berita soal Presiden Obama
menominasikan Janet L Yellen sebagai Ketua Federal Reserve juga menarik perhatian
beberapa media massa di AS. Yellen (67 tahun) adalah Wakil Ketua The Fed sejak
2010 dan merupakan satu-satunya wanita yang menduduki peranan penting di Bank
Sentral. Berasal dari Brooklyn, Yellen adalah Presiden Bank Federal Reserve San
Fransisco, penasehat Gedung Putih, Gubernur Fed selama pemerintahan Clinton dan
professor dari Universitas California, Barkeley.
Sedangkan berita terkait dengan
masalah keamanan nasional yang mendapatkan perhatian serius dari masyarakat AS
adalah tertangkapnya Abu Anas Al Libi, operator Al Qaeda. Yang bersangkutan
ditangkap pasukan AS sedang menjalani pemeriksaan di sebuah kapal perang yang
berada di Laut Mediterania, dan segera akan dikirimkan ke New York untuk
menjalani pengadilan. Abu Anas al Libi adalah pimpinan intelijen Al Qaeda dan
pernah bersama Osama bin Laden di Sudan. Abu Anas al Libi ditahan di USS San
Antonio. Al Libi bertanggungjawab terhadap pemboman Al Qaeda pada 1998 terhadap
Kedubes AS di Kenya dan Tanzania. Penangkapan ini mengakhiri masa pelarian Abu
Anas al Libi selama 15 tahun. Lahir dengan nama Nazih Abd al Hamid al Rughay
telah menjadi buronan terkenal AS sejak tahun 2000 dengan tuduhan perencanaan
penyerangan Kedubes. FBI bahkan menyediakan dana sebesar US $ 5 juta bagi
informasi terkait al Libi.
Sebelumnya, media massa di AS
menulis berita yaitu Tim Navy Seal menargetkan pemimpin senior kelompok militan
al Shabaab dalam sebuah penyerangan di sebuah vila dekat laut di salah satu
kota di Somali, Baraawe. Pemimpin senior al Shabaab ini sebagai tokoh yang
paling bertanggungjawab dalam penyerangan Westgate Mall di Nairobi, Kenya.
Informasi terakhir menyebutkan pemimpin senior al Shabaab (Saleh Ali Saleh
Nabhan) ini telah tewas, namun sebelum Navy Seal menyakini informasi tersebut
mereka tetap melakukan penyerangan yang disebut dengan sasaran yang tinggi
prioritasnya. Baraawe adalah kota kecil di bagian selatan Mogadishu yang
dikenal sebagai kota bertemunya pejuang atau anggota al Shabaab dari berbagai
negara.
Masih terkait berita yang diduga
“berbau” terorisme yaitu aparat penegak hukum terpaksa menembak mati seorang
wanita yang menabrakkan mobilnya dekat Gedung Putih, sebelumnya wanita tersebut
berusaha untuk menerobos “barikade” dekat Gedung Putih. Menurut Kim Dine,
Kepala Polisi setempat, mobil yang ditumpangi wanita tersebut juga sempat
menabrak mobil polisi di Capitol Hill. Belum ada informasi apakah wanita
tersebut bersenjata sehingga aparat kepolisian menembaknya, di mobil tersebut
juga ditemukan seorang anak. “Belum dapat dipastikan kejadian ini ada
hubungannya dengan teroris atau tidak, atau hanya kejadian yang terpisah,’ kata
Kim Dine.
Berita terkait keamanan lainnya
yaitu Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel mengumumkan sebanyak 400.000 dari
800.000 PNS di Departemen Pertahanan AS harus dirumahkan disebabkan karena
“shut down” pemerintah.
Sementara itu, berita terkait
permasalahan internasional yang dipandang media massa di AS berpotensi
menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional juga intens diberitakan, seperti
sumber intelijen di Pentagon, ada assessment terbaru tentang kemampuan nuklir
Korea Utara yang sudah berkembang kearah “moderat” dengan kemampuan membuat
senjata nuklir yang dibawa melalui rudal balistik. Assessment yang dibuat
Dephan AS tersebut disebarluaskan ke pejabat senior pemerintah dan anggota
Kongres yang menyebutkan, persenjataan senjata Korut tersebut masih dalam
“tahap rendah”, karena sebenarnya Korut masih mengalami kesulitan untuk
mengembangkan nuklirnya karena lemahnya teknologi.
Masih terkait perkembangan negara
lainnya yang berpengaruh terhadap sikon AS yaitu dalam empat bulan terakhir,
dilaporkan bahwa hacker-hacker Cina telah menyerang The New York Times,
menginfiltrasi sistem komputer dan mendapatkan password wartawannya serta
pekerjanya. Setelah mengecek hacker yang mencurigakan dan bagaimana memblok
atau menghambat hacker tersebut, ahli-ahli keamanan komputer The New York Times
berhasil menghilangkan para penyerang dan menjamin tidak akan ada lagi serangan
hacker. Penyerangan tersebut menurut hasil investigasi The New York Times
setelah memberitakan kekayaan PM China Wen Jiabao.
Meskipun demikian, masih juga
banyak informasi atau berita yang tidak terkait dengan ekonomi ataupun situasi
Polkam atau keamanan nasional di AS, seperti berita terkait nama-nama dan prestasi
pemenang Nobel Perdamaian dll juga menjadi perhatian media massa di AS.
Media Massa di AS Sangat Ultra
Nasionalis
Dari berbagai pemberitaan yang
ditampilkan media massa di Amerika Serikat, maka masyarakat di luar negara AS
kemungkinan akan menilai bahwa kalangan jurnalis atau wartawan di AS adalah
wartawan yang sudah mapan rasa nasionalisme dan kebangsaannya, mempunyai
security alertness yang tinggi bahkan cenderung bersifat sangat ultra
nasionalis. Seperti biasanya mereka menaruh atensi yang tinggi terhadap masalah
terorisme, persoalan ekonomi khususnya “government shutdown” dan perkembangan
di beberapa negara yang dinilai pesaing atau ancaman AS khususnya terkait Cina
dan Korea Utara, bahkan Iran.
Kehidupan pers di AS berkembang
sangat baik dan sangat independen disebabkan karena sistem demokrasinya yang
bagus, bahkan ditunjang dengan kesejahteraan dan ekonomi media di AS yang sudah
membaik, membuat atensi kalangan pers di AS menjadi sensitif, manakala
kepentingan nasional negaranya terusik sehingga dengan profesionalisme dan
kemampuannya terkait dengan pemberitaan, mereka (wartawan di AS) bahu membahu
membela kepentingan nasionalnya dengan pemberitaan yang membangun optimisme,
mengurangi pesimisme dan mengajak masyarakatnya untuk setia dengan kepentingan
nasional. Rasanya, masih harus menempuh waktu yang lama, jalan yang cukup
terjal dan kegiatan merangkul media massa yang perlu diintensifkan oleh
berbagai pihak, agar pers di Indonesia selain netral, kredibel, sejahtera namun
juga mengutamakan kepentingan nasional dan keselamatan bangsa ini ke depan
melalui pemberitaan yang mencerahkan dan pemberitaan yang nasionalis. (Ananda
Rasti /kw)
*) Ananda Rasti adalah pemerhati
masalah strategis dan peneliti muda di Forum Dialog (Fordial), Jakarta. Tinggal
di Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar