Jumat, 08 November 2013

FBI Kejar 5 Pejuang Cyber Dunia

Jurnalis Independen: Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan sebagian besar rakyatnya, berpikir, merekalah bangsa yang paling cerdas dari bangsa-bangsa lain dan berhak mengatur dunia. Pada kenyataannya, aturan yang diterapkan justru merugikan bangsa lain bahkan membuat miskin banyak bangsa. Alhasil, perlawanan dalam berbagai bentuk banyak dilakukan baik secara kelompok maupun individu termasuk menyerang dengan menggunakan cyber.


Dalam hal serbuan kelompok pejuang cyber, yang makin marak ternyata telah menjadi kecut para penegak hukum di berbagai penjuru dunia, termasuk bagi Federal Bureau of Investigation (FBI), yang merupakan satuan tugas dari Departemen Keadilan Amerika Serikat.

Federal Bureau of Investigation (FBI) baru-baru ini merilis daftar buronan yang dikatagorikan sebagai pelaku kejahatan cyber paling berbahaya di dunia oleh pemerintah AS. Daftar ini dirilis dengan harapan publik dapat memberikan informasi terkait keberadaan lima orang hacker yang membuat kalang kabut pemerintah AS.

Menurut yang dilansir laman The Hacker News, Jumat (8/11/2013), dari kelima orang hacker itu, terdapat dua hacker berdarah Pakistan, bernama Farnhan Arshad dan Noor Aziz Uddin. Kedua hacker ini, dikonotasikan sebagai hacker yang membela kepentingan muslim yang menjadi sasaran tembak pemerintah AS. Keduanya telah menyebabkan kerugian lebih dari USD 50 juta setelah melakukan berbagai aksi cybercrime dalam rentang waktu 2008-2012.

Sementara itu, satu buronan lainnya bernama Andrey Taame disinyalir berkebangsaan Suriah. Andrey terlibat aksi Operation Ghost Click yang menyerang banyak situs di lebih dari 100 negara pada bulan Juli 2012 lalu.

Sedangkan dua sisanya berasal dari Rusia dan El Savador. Alexey Belan yang berkebangsaan Rusia diduga meretas tiga sistem perusahaan di AS pada 2012-2013.

Yang terakhir adalah Carlos Perez-Melara asal El Savador yang dikenal sebagai 'raja' spyware. Carlos dikenal ahli membuat software penyadapan yang dapat menangkap percakapan pribadi pengguna telepon.

Seperti saat hendak menghabisi Osama bin Laden, pemerintah AS, “mengiming-imingi” publik guna membantu menangkap para buronan tersebut, pemerintah AS bersedia memberikan imbalan sebesar USD 50 ribu hingga USD 100 ribu per buronan. Li


Tidak ada komentar: