Jurnalis Independen: Kemarin ramai berita seorang anak
polisi, berinisial APT, mengendarai mobil Honda Jazz mengamuk dan menabrak
belasan siswa SMA Hang Tuah 2, Gedagan, Sidoarjo, Jawa Timur. Kasus itu terjadi
lima hari lalu, tepatnya Kamis (31/10). Hingga kini, kasus itu masih diselidiki
polisi, sementara anak polisi itu masih bebas.
Penyebab APT mengamuk belakangan
diketahui karena masalah sepele. Dia ditegur satpam agar tidak membawa mobilnya
masuk ke dalam sekolah. Dia kemudian menggeber mobil hingga menabrak siswa.
Kasus APT itu merupakan salah
satu saja dari beberapa kasus ugal-ugalan anak polisi yang meresahkan
masyarakat. Berikut ini 4 kisah kurang ajar anak polisi di jalanan yang
disarikan merdeka.com dari berbagai sumber:
1. Anak polisi jadi anggota geng
motor Klewang
Anda tentu masih ingat kisah
sadis geng motor Klewang di Pekanbaru, Riau. Ternyata, di antara anggota geng
motor itu ada nama Rahmad (16), seorang anak anggota polisi warga Kota
Pekanbaru, Riau. Dia diduga sebagai pelaku kejahatan di jalanan seperti
perampasan, penganiayaan dan pengrusakan hingga pemerkosaan berhasil ditangkap.
Kepala Satuan Reserse Kriminal
(Kasat Reskrim) Polresta Pekanbaru, Kompol Arief Fajar Satria dihubungi per
telepon mengatakan, Rahmad juga diduga sebagai anggota kelompok geng motor yang
selalu berbuat brutal.
Kompol Arief mengatakan, seorang
anak anggota polisi ini juga masih berstatus pelajar di salah satu sekolah di
Pekanbaru. "Dia kami jemput dari sekolahnya bersama tiga anggota geng
motor lainnya," kata Arief.
Dihubungi terpisah, Kepala
Polresta Pekanbaru, Kombes (Pol) Adang Ginanjar mengaku telah mendapat laporan
adanya seorang anggota geng motor brutal yang ternyata anak seorang anggota
polisi itu. "Kami tidak akan memilah-milah, kalau memang bersalah, maka
akan diberikan sanksi hukuman," katanya.
2. Anak polisi mengamuk di SMA
Hang Tuah 2, Sidoarjo
Akibat ulahnya itu, satu di
antara puluhan pelajar SMA Hang Tuah 2, mengalami luka serius dan harus dirawat
di RS Mitra Keluarga, Waru, Sidoarjo. Alif Kurnia Safitri (15), mengalami patah
tulang di bagian tangan dan kaki kanannya serta mengalami patah tulang ekor.
Menurut informasi di lapangan,
APT mengamuk dan menabrakkan mobil Honda Jazz L 177 AY yang dia kendarai ke
arah puluhan siswa-siswi dan guru di halaman sekolah saat jam istirahat
berlangsung. Penyebabnya karena APT tersinggung kata-kata satpam SMA Hang Tuah
2.
"Dia datang ke sekolah,
katanya mau ngasihkan makanan ke salah satu siswi yang bersekolah di situ (SMA
Hang Tuah 2). Siswi itu entah adiknya atau pacarnya, saya kurang paham, yang
jelas saat hendak masuk ke halaman sekolah, ditegur oleh satpam sekolah,"
kata sumber tadi saat ngobrol di warung kopi dekat SMA Hang Tuah 2.
3. Terlibat balapan liar
Kisah ini terjadi di Makassar
pada 22 Oktober 2013 lalu. Polrestabes Makassar, waktu itu melakukan operasi
pemberantasan geng motor dan balap liar di sepanjang Jalan Veteran. Dalam
operasi itu, seorang anak dari Kasubag Humas Polres Gowa AKP Andri Lilikai,
dicokok karena diduga terlibat balap liar itu.
Tak terima anaknya digaruk, Andri
pun protes dan tidak terima karena anaknya ditangkap. Mendapat protes, Kepala
Bagian Operasional (Kabag Ops) Polrestabes AKBP M Ridwan mengklaim bahwa
operasi sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Polisi, kata
dia, menangkap sejumlah pemuda sedang beraksi balap liar.
"Anak itu geng motor kan,
dan terlibat balap liar. Kalau memang ada yang keberatan silakan melapor,"
kata Ridwan, kepada wartawan, Senin (21/10).
Putra AKP Andri Lilikai yang
terlibat balap liar itu bernama Reza Andika (20). Dia dikabarkan mengalami luka
di wajah, dan tulang pergelangan tangan kirinya bergeser setelah dihantam
menggunakan senjata api oleh petugas Brimob karena saat penangkapan dia berusaha
kabur dari pengejaran petugas.
Saat kabur, Reza dan beberapa
rekannya terperangkap di sebuah gang sempit, dan digiring bersama kendaraannya
ke Polsekta Makassar.Saat tertangkap itulah, diduga anggota Brimob melakukan
penganiayaan dengan memukul pakai popor senjata laras panjang kepada anak
polisi tersebut.
4. Jadi jambret di jalanan
Kasus ini juga terjadi pada
Oktober tahun ini. Polresta Samarinda mengungkap kasus penjambretan yang
ternyata dilakukan oleh seorang anak polisi di kota setempat. Korban
penjambretan merupakan seorang ibu rumah tangga bernama Hernawati warga Jalan
Rajawali Samarinda. Tasnya berisi uang Rp 22 juta ditarik, mengakibatkan korban
jatuh dan tak sadarkan diri.
Saat hendak dibawa ke kantor
polisi, orangtua tersangka ikut campur dan mengaku akan menyerahkan sendiri
anaknya ke kantor polisi. Tapi janji anggota polisi itu molor, hingga akhirnya
keluarga korban mendatangi kantor Polresta menanyakan penangkapan tersebut.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar