Jurnalis Independen: Menteri Pemuda dan
Olahraga (Menpora) RI, Roy Suryo ikut
menanggapi soal isu praktik penyadapan yang dilakukan oleh Kedubes Amerika
Serikat (AS) di Jakarta. Maklum, sebelum diangkat menjadi menteri, Roy menjadi
salah satu pakar telematika di Indonesia.
Roy mengatakan,
sebenarnya masalah isu penyadapan sudah lama beredar.
"Bukankah semua
negara sudah tahu bahwa kehadiran Kedubes yang biasanya di atapnya bertebaran
berbagai antena adalah memang sarana untuk melakukan monitoringer,"
ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Kamis (7/11/2013).
Menurut Roy, meski
praktik pengawasan (monitoring) adalah keniscayaan yang mesti selalu bisa terjadi.
Walau sudah dipakai teknologi enkripsi atau persandian secanggih apapun, dan
selama semua komunikasi tersebut masih ditransmisikan melalui ranah publik atau
jejaring yang bisa diakses oleh teknologi buatan manusia, maka tetap akan bisa
dimonitor pihak lain dengan menggunakan teknologi setara.
"Ini bukan hanya
soal teknologinya tetapi manusia selaku pengguna harus pula memahami bagaimana
menyikapi kondisi ini. Pemerintah harus sadar betul kondisi riil tersebut,
karena itulah gunanya menempatkan pejabat yang sesuai pada bidang dan
kewajibannya dengan pertanggungjawaban akan tugas pokok dan fungsinya, bukan
sekadar teknologi semata," katanya.
Informasi tentang
dugaan bahwa Kedutaan Besar AS di Jakarta menjadi salah satu dari 90 pos yang
memiliki fasilitas penyadapan intelijen AS, didasarkan kesaksian Edward
Snowden, yang kemudian dikutip Sydney Herald Tribune dan beberapa media
lainnya.
Koran tersebut
memberitakan peta rahasia yang berisi 90 daftar fasilitas pengintaian di
seluruh dunia. Di wilayah Asia, menurut koran tersebut, fasilitas penyadapan
itu antara lain terdapat di kedubes AS di Jakarta, Bangkok, Kuala Lumpur dan
Yangoon.
Sejauh ini belum ada
tanggapan resmi dari Kedutaan Besar AS di Jakarta atas pemberitaan seputar
fasilitas penyadapan.
Sebelumnya, Roy juga
dikabarkan pernah menjalin kerja sama dengan Badan Keamanan Nasional Amerika
Serikat (National Security Agency/NSA) beberapa tahun lalu.
Dikabarkan Pria asli
Yogyakarta ini pernah berkomunikasi dan bahkan menjalin kerja sama dengan NSA
kala pencarian informasi kotak hitam dari pesawat Adam Air di perairan Majene
pada 2008 lalu.
Roy kala itu dikenal
sebagai pengamat telematika dan belum menjadi pejabat negara.
Roy mengakui kala itu
berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat dalam rangka mencari titik
ordinat kotak hitam Adam Air.
"Mendadak saya
mendapat telepon dari Kedubes AS yang menanyakan Nomor Paspor saat itu (B
528996) karena ada pihak yang mau bertemu. Setelah itu ada beberapa komunikasi
yang dilakukan sebelumnya dan singkat kata saya diterima di Kedubes AS, Jl
Merdeka Selatan sendirian," ungkapnya.
Dia mengungkapkan,
saat pertemuan, dia bicara panjang lebar tentang kasus Adam Air dan akhirnya
disajikan banyak data, yang syaratnya hanya boleh dilihat. Data-data tersebut
sangat jelas ada ordinat yang disinyalir posisi terakhir pesawat nahas itu.
"Hanya saja sayangnya saya saat itu belum pejabat negara
sehingga tidak berhak mendapatkan data-data tersebut langsung saat itu.
Pertemuan selesai, kemudian saya sempat bicara dengan beberapa pihak yang saya
percaya bisa lapor ke pejabat-pejabat negara dan beberapa hari kemudian
Black-box diangkat tepat di lokasi yang kami bicarakan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar