Rabu, 18 April 2012

Wamenag: Apakah Masyarakat Islam di NKRI Bisa Disebut Umat Islam?


Jurnalis Independen: Realitas kehidupan umat Islam di Indonesia memang memprihatinkan. Di satu sisi, Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar ini diharapkan dapat menjadi tonggak kebangkitan Islam di dunia. Di sisi lain, umat Islam di Indonesia justru semakin terpuruk di segala bidang, baik social, ekonomi, hingga politik.

Masyarakat saat ini jika berbicara masalah agama, maka berbicara masalah tatanan konsep dan kondisi ideal. Lain halnya jika berbicara masalah kekinian; realistis dan pragmatis. Hal ini dipaparkan oleh Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, di Universitas Islam Bandung pada Rabu (18/4).

“Tidak mungkin kita bisa membangun khaerul Ummah, sepanjang jarak antara agama dan kehidupan semakin menganga,” tuturnya.

Beliau menambahkan, bahwa ummah bukan hanya sekedar kumpulan orang Islam. Ummah merupakan konsep yang terdiri dari keberadaan imam dan makmum, yang kemudian disatukan dengan imamah (pengaturan antara imam dan makmum). Imamah mengatur segala aspek kehidupan masyarakat sehingga menciptakan kehidupan yang ideal dan sejahtera.

“Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah masyarakat Islam yang tergabung dalam NKRI ini sudah bisa disebut Ummat Islam?” tandasnya mengkritisi.

Saat ini, sekitar 82% masyarakat Indonesia beragama Islam. Namun, kiprahnya hampir tidak terlihat. Aspek ekonomi dan teknologi yang menjadi kunci kesejahteraan masyarakat dikuasai oleh pihak asing.

Prof. Dr. M. Abdurrahman, MA, Guru besar Unisba yang juga merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Persis, Rabu (18/4) dalam kajian yang sama, mengatakan bahwa umat Islam masih terkungkung oleh konflik sosial dan politik, sehingga ekonomi dan kesejahteraannya terpuruk.

“Sejahtera itu bukan melamun, tapi perlu langkah. Kaya sumber daya alam tidak berarti apa-apa kalau tidak diolah,” ujarnya.

Ada beberapa solusi untuk membangun kembali kesejahteraan umat Islam, seperti meningkatkan peran pejabat dan politisi muslim, sinergisasi Ormas dan LSM muslim, menciptakan SDM melalui Lembaga Pendidikan Islam, Kerjasama Internasional, dan optimalisasi pendanaan melalui zakat, infaq, dan sodaqoh. (mnt/emi)

Tidak ada komentar: