Pada suatu pagi yang hening dan syahdu, seorang
hamba Allah yang beriman dan berkualitas dalam sejarah Islam , yang
mampu tertulis dalam tinta emas penyebaran Islam, yaitu Khalifah Umar
Al khattab, Khalifah kedua generasi Islam pertama, generasi terbaik.
Beliau saat itu bersiap siap hendak keluar menunaikan sholat subuh
berjamaah.
Seperti biasanya sebelum melangkah keluar rumah, Khalifah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya hanya kepada Engkaulah tempat aku berlindung, dan hanya kepadaMu lah tempat aku berserah.” Seorang khalifah besar yang selalu tunduk dan pasrah kepada Raja diRaja, Penguasa Alam, Penguasa para seluruh manusia dan alam semesta , Allah SWT.
Lalu Khalifah Umar terus melangkahkan kaki menuju
masjid, walaupun saat itu suasana dingin merasuk hingga ke tulang, namun
kecintaan dan ketaatan sebagai mukmin hakiki , beliau tidak
mengindahkan dan berjalan dengan tegap.
Sesaat waktu masuk sholat , Khalifah Umar , seorang
pemimpin umat dan juga imam , senantiasa memimpin para sahabat untuk
sholat berjamaah subuh, sebelum menunaikan sholat seperti biasanya
beliau memeriksa dengan seksama shaf jamaah. Setiap melewati dua shaf,
beliau akan berkata, “ berdirilah dalam shaf yang lurus. Sesungguhnya
meluruskan shaf dalam jamaah itu termasuk dalam kesempurnaan sholat”.
Begitulah pemimpin yang ideal, selalu memastikan pasukan dan umatnya
selalu rapat dan kompak, berserasi dalam perjuangan maupun ibadah kepada
Allah SWT.
Selepas memastikan shaf sholat sudah lurus dan
rapi, barulah Khalifah Umar segera mengimamkan sholat subuh. Pada rakaat
pertama, beliau membacakan surah Yusuf, sebuah surah yang cukup
panjang, dengan panjangnya waktu di rakaat pertama , dengan maksud bila
ada yang terlambat hadir ke masjid, akan banyak waktu untuk turut serta
dalam sholat berjamaah.
Ketika jamaah sedang melakukan sholat, sekelebat
seorang laki majusi Persia menerobos pergi kebarisan shaf lalu menikam
setiap orang di kiri dan kanannya secara membabi buta dengan menggunakan
sebilah pisau. Secepat waktu dia sudah berada dibelakang Khalifah Umar,
lelaki majusi itu lantas menikam Khalifah Umar Al Khatab sebanyak enam
kali. Tikaman itu membuatkan khalifah terpaksa jatuh terduduk sakit.
Para sahabat yang terdekat dengan posisi Umar
lantas membatalkan sholatnya lalu berusaha menangkap pembunuh itu, “
Terlaknat kamu karena berani membunuh Amirul Mukminin !” teriak salah
satu sahabat.
Majusi Persia itu berkata sambil tertawa, “
Akhirnya dendamku kepada Umar terbalas, ingat, namaku Abu Lu’luah dan
aku merasa bangga karena dapat membunuh Umar Al Khatab! “
Tersentak beberapa orang jamaah terdepan segera
membatalkan sholat masing masing. Mereka segera mengepung Abu Lu’luah ,
keadaan menjadi rusuh, lalu penganut majusi Persia itu menyadari dirinya
terkepung dan tak mungkin lepas dari kejaran kaum muslimin , maka Abu
Lu’luah segera menancapkan pisau ketubuhnya sendiri lalu ia mati dengan
cara membunuh dirinya sendiri .
Khalifah Umar Al Khatab yang terduduk kesakitan
masih memikirkan kelanjutan tugas terakhirnya memimpin sholat subuhnya
dan beliau memegang tangan Abdurrahman bin Auf yang berada di
belakangnya sebagai isyarat agar segera menggantikan beliau sebagai imam
sholat. Lalu Abdurrahman bin Auf mengimamkan sholat subuh secara
singkat dan penuh syahdu. Khalifah Umar walau tertikam dan terduduk
dilantai tetap menyempurnakan dan menunaikan sholat subuhnya dalam
keadaan sakit menahan akan perihnya luka tikaman, darah mengalir deras
dari luka tikaman tersebut. Sholat saat itu menjadi lebih syahdu walau
singkat.
Semua sahabat di masjid tersebut diposisi terdepan
tetap menyempurnakan sholat mereka walau mereka sungguh melihat
peristiwa yang terjadi penuh dengan kekhawatiran dan keharuan.
Jemaah yang berada dibarisan belakang yang tidak
melihat apa yang terjadi menjadi risau karena tidak mendengar suara
Khalifah Umar sebagai imam sholat, lalu mereka gemuruh mengucapkan
tasbih , “ Subhanallah, subhanallah!”
Sesudah sholat subuh, khalifah Umar berkata kepada
Abdullah bin Abbas dalam keadaan kesakitan, “Wahai Abdullah, carilah
tahu siapa orang yang menyerang saya”
Abdullah bin abbas pergi menuju jenazah Abu Lu’luah
yang bergelimpang berlumur darah, seorang daripada kaum muslimin
berkata, dia membunuh diriya sendiri.
Tanya Abdullah bin Abbas, “ siapakah nama lelaki yang menikam Amirul Mukminin ini?
Lelaki disekelilingnya menjawab,” lelaki ini adalah
budaknya Al mughirah yang bernama Abu Lu’luah, dia adalah penganut
majusi Persia.
Lalu Abdullah bin Abbas kembali kepada Khalifah
yang dipangku dan diupayakan pengobatan oleh beberapa sahabat, terlihat
sangat lemah karena banyak kehilangan darah.
Lelaki yang menikam tuan itu namanya Abu lu’luah, Dia budaknya Al Mughirah,” kata Abdullah bin Abbas.
Mendengar kata kata Abdullah bin Abbas, khalifah Umar berkata, “budak yang bekerja sebagai tukang bangunan itu?”
“Ya” ujar Abdullah bin Abbas.
Khalifah Umar Al Khattab berkata, semoga Allah
melaknatnya karena menyakiti saya, sedangkan saya tidak pernah
menzaliminya. Segala puji bagi Allah yang tidak mewafatkan nyawaku
ditangan orang muslim”.
Terbitlah senyum bahagia di raut muka seorang
pejuang , syuhada, pemimpin umat yang kuat dan kokoh. Dia bahagia karena
dicintai rakyatnya, dia gembira bahwa yang menikamnya adalah musuh
Islam, dia bersukacita bahwa dia berhasil menyatukan dan meneruskan
keutuhan Islam semenjak ditinggalkan oleh Rasullullah SAW dan sahabatnya
Abu Bakar…
Senyum yang membawanya ke surga kelak…senyum yang
membuktikan kabar dari Rasulullah SAW bahwa dirinya memang ditakdirkan
sebagai syuhada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar