Jurnalis Independen: Jerry D Gray, mualaf asal Amerika Serikat (AS) dan penulis sejumlah
buku laris ini lantang menegaskan, musuh umat Islam adalah Fremansonry
dan Iluminati (dua organisasi rahasia Yahudi yang menjalankan agenda
Zionisme).
Pernytaan ini disampaikan Jerry pada seminar “Islam Versus Aliran Sesat” yang diseleggarakan oleh YI Lead (Young Islamic Leader) dan YISC (Youth Islamic Study Club) Al-Azhar (29/04/2012).
“Musuh kita (umat Islam) adalah fremansonry dan iluminati. Fremansonry dan iluminati sudah masuk dalam tubuh umat Islam. Jaringan Islam Liberal (JIL) yang ada di Indonesia ini bukan lahir dari (pemahaman) Al-Quran, tapi lahir dari Policy Goverment Amerika sendiri. Itu (JIL), untuk menghancurkan Islam dari dalam, Fremansonry dari luar” ujar mantan pilot angkatan udara Amerika ini dengan bahasa Indonesia sekenanya.
Soal namanya yang masuk dalam Federal Bureau of Investigation (FBI) Watch List (daftar nama yang dicari intelejen AS) karena keberaniannya menguak borok Amerika, penulis buku “Dosa-Dosa Media Amerika Terhadap Kaum Muslimin” ini mengaku tidak takut sama sekali.
“Menurut saya sendiri, saya pakai sampo Clear, siapa takut,” jawab penulis buku “Rasulullah is my Doctor” ini berkelakar.
Senada dengan itu, Sekretaris Jendral YI Lead, Agastya Harjunadhi mengatakan bahwa Islam menghadapi dua musuh sekaligus, internal dan eksternal. Musuh internal berupa Syi’ah, JIL dan sejumlah aliran-aliran sempalan lainnya yang mengatasnamakan Islam.
Sementara Farid Ahmad Okbah, Wakil Pimpinan MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) mengurai sebab penyimpangan aliran sesat. “Ada dua penyebabnya, azh-zhulmu (zalim) al-jahlu (tidak tahu)” kata Direktur Islamic Center Al-Islam, Bekasi ini di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, (29/4) siang.
“Kalau iluminati, itu gerakan di luar Islam. Semua bisa tegas menyikapinya. Sementara Syiah, mengatasnamakan Islam. Tapi menghancurkan akidah Islam dari dalam. Dan ini fakta bukan fitnah”, ujarnya geram.
Menyoal keekstriman pangasong liberal di Indonesia, Fahmi Salim Zubair, MA., penulis buku “Kritik Terhadap Studi Al-Quran Kaum Liberal” ini mewanti-wanti umat Islam agar mewaspadai grand strategi liberalisasi Al-Quran yang dilancarkan Jaringan Islam Liberal (JIL).
“Dari kajian yang kami lakukan, baik di INSIST (Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations) maupun di MIUMI, kesimpulannya, minimal ada tiga cara Liberalis menjauhkan umat Islam dari Al-Quran. Pertama, desakralisasi Al-Quran dengan pengalihan status dari bersifat ilahi menjadi bersifat manusiawi. Kedua, rasionaliasasi teks Al-Quran yang bertujuan menghapus hambatan transendensi (keyakinan bahwa alqur’an adalah wahyu otentik dan final). Ketiga, historisasi teks Al-Quran yang menginginkan teks Al-Quran sama dengan teks historis lainnya. Karenanya, menurut mereka, Al-Quran tak kebal kritik”, jelasnya.
Lebih tegas, lebih pedas. Adnin Armas, MA. Direktur Ekskutif INSIST, menyayangkan banyaknya pegajar bergelar profesor dan doktor di Lembaga Pendidikan Islam Indonesia yang lancang mengangkangi Al-Quran.
“Seorang Profesor Doktor, peraih gelar doktor terbaik di Universitas Islam Negeri (UIN/dulu IAIN) Ciputat tahun 1996. Lagi-lagi dari Universitas Islam Negeri, kemudian menghalalkan perkawinan sesama jenis. Miris!”, ungkap Pemimpin Redaksi majalah Gontor ini.
“Kalau yang menolak itu orang di luar Islam itu wajar. Tapi, kalau yang menolak ini adalah pelajar Islam dan dosen yang mengajar di Universitas Islam, sungguh ini adalah permasalahan besar”, sesalnya.(mnt/emi/mas)
Pernytaan ini disampaikan Jerry pada seminar “Islam Versus Aliran Sesat” yang diseleggarakan oleh YI Lead (Young Islamic Leader) dan YISC (Youth Islamic Study Club) Al-Azhar (29/04/2012).
“Musuh kita (umat Islam) adalah fremansonry dan iluminati. Fremansonry dan iluminati sudah masuk dalam tubuh umat Islam. Jaringan Islam Liberal (JIL) yang ada di Indonesia ini bukan lahir dari (pemahaman) Al-Quran, tapi lahir dari Policy Goverment Amerika sendiri. Itu (JIL), untuk menghancurkan Islam dari dalam, Fremansonry dari luar” ujar mantan pilot angkatan udara Amerika ini dengan bahasa Indonesia sekenanya.
Soal namanya yang masuk dalam Federal Bureau of Investigation (FBI) Watch List (daftar nama yang dicari intelejen AS) karena keberaniannya menguak borok Amerika, penulis buku “Dosa-Dosa Media Amerika Terhadap Kaum Muslimin” ini mengaku tidak takut sama sekali.
“Menurut saya sendiri, saya pakai sampo Clear, siapa takut,” jawab penulis buku “Rasulullah is my Doctor” ini berkelakar.
Senada dengan itu, Sekretaris Jendral YI Lead, Agastya Harjunadhi mengatakan bahwa Islam menghadapi dua musuh sekaligus, internal dan eksternal. Musuh internal berupa Syi’ah, JIL dan sejumlah aliran-aliran sempalan lainnya yang mengatasnamakan Islam.
Sementara Farid Ahmad Okbah, Wakil Pimpinan MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) mengurai sebab penyimpangan aliran sesat. “Ada dua penyebabnya, azh-zhulmu (zalim) al-jahlu (tidak tahu)” kata Direktur Islamic Center Al-Islam, Bekasi ini di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, (29/4) siang.
“Kalau iluminati, itu gerakan di luar Islam. Semua bisa tegas menyikapinya. Sementara Syiah, mengatasnamakan Islam. Tapi menghancurkan akidah Islam dari dalam. Dan ini fakta bukan fitnah”, ujarnya geram.
Jerry dan MIUMI Sepakat Lawan JIL, Syiah, Fremansonsry dan Iluminati
Keempat pembicara, Farid Okbah, Fahmi Salim, Adnin dan Jerry D Gray
sepakat Syi’ah, JIL, Fremansonry dan Iluminati sebagai musuh umat Islam.Menyoal keekstriman pangasong liberal di Indonesia, Fahmi Salim Zubair, MA., penulis buku “Kritik Terhadap Studi Al-Quran Kaum Liberal” ini mewanti-wanti umat Islam agar mewaspadai grand strategi liberalisasi Al-Quran yang dilancarkan Jaringan Islam Liberal (JIL).
“Dari kajian yang kami lakukan, baik di INSIST (Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations) maupun di MIUMI, kesimpulannya, minimal ada tiga cara Liberalis menjauhkan umat Islam dari Al-Quran. Pertama, desakralisasi Al-Quran dengan pengalihan status dari bersifat ilahi menjadi bersifat manusiawi. Kedua, rasionaliasasi teks Al-Quran yang bertujuan menghapus hambatan transendensi (keyakinan bahwa alqur’an adalah wahyu otentik dan final). Ketiga, historisasi teks Al-Quran yang menginginkan teks Al-Quran sama dengan teks historis lainnya. Karenanya, menurut mereka, Al-Quran tak kebal kritik”, jelasnya.
Lebih tegas, lebih pedas. Adnin Armas, MA. Direktur Ekskutif INSIST, menyayangkan banyaknya pegajar bergelar profesor dan doktor di Lembaga Pendidikan Islam Indonesia yang lancang mengangkangi Al-Quran.
“Seorang Profesor Doktor, peraih gelar doktor terbaik di Universitas Islam Negeri (UIN/dulu IAIN) Ciputat tahun 1996. Lagi-lagi dari Universitas Islam Negeri, kemudian menghalalkan perkawinan sesama jenis. Miris!”, ungkap Pemimpin Redaksi majalah Gontor ini.
“Kalau yang menolak itu orang di luar Islam itu wajar. Tapi, kalau yang menolak ini adalah pelajar Islam dan dosen yang mengajar di Universitas Islam, sungguh ini adalah permasalahan besar”, sesalnya.(mnt/emi/mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar