Minggu, 22 April 2012

Di Mesir Kaum Liberal Singkirkan Islam Secara Konstitusional Sedangkan di Israel Kaum Gay dan Lesby di Angkat Menjadi Rabbi


Jurnalis Independen: Yassir Burhamy, pimpinan dakwah Salafi, Jumat kemarin (20/4) menuduh kaum liberal yang menyebabkan krisis atas Konstituante dalam usaha mereka mencegah gerakan-gerakan Islam dari memiliki suara yang kuat dalam penulisan konstitusi baru.

"Kaum liberal menggunakan segala cara berusaha mencegah partai politik Islam dari memiliki suara lebih tinggi pada saat penyusunan konstitusi, khususnya yang berkaitan dengan Pasal 2 yang berkaitan dengan identitas Islam [negara] dan Syariah," kata Burhamy dalam sebuah pernyataan .

Burhamy menambahkan bahwa kaum liberal memaksakan cara tidak demokratis untuk menghalangi pembentukan konstitusi, melalui tekanan media untuk menakut-nakuti umat Islam.
Dia menekankan bahwa "Salafi akan memanggil rakyatuntuk menolak konstitusi jika tidak jelas menyatakan bahwa Syariah Islam akan diterapkan di Mesir."

"Orang-orang memiliki wewenang atas penyusunan konstitusi. Meskipun Salafi adalah minoritas di parlemen, mereka mewakili mayoritas di jalanan karena mereka adalah yang paling berpengaruh yang dapat bergerak menjadi mayoritas diam yang mempercayai para syaikh lebih dari yang lain, "ujarnya.

Disisi lain, melengkapi makar Bangsa Yahudi kepada Tuhan Yahwe, Seminari Yahudi Konservatif di Israel menempatkan kaum gay dan lesbian duduk menjadi rabbi.

Seminari Schechter Rabbinical, yang berafiliasi dengan gerakan Konservatif Yahudi Israel, mengumumkan akan mulai menerima siswa rabbi gay dan lesbian di Yerusalem musim gugur ini. Keputusan Kamis malam kemarin (20/4) mengakhiri keretakan dengan gerakan yahudi Konservatif di AS, yang mulai menerima mahasiswa rabbi gay dan lesbian pada tahun 2006 dan mentahbiskan rabbi lesbian pertama secara terbuka tahun lalu.

Seperti cabang lain dari agama Yahudi, Yudaisme Konservatif sebuah denominasi besar di Amerika Serikat tetapi kekuatan marjinal di Israel - telah menghadapi seruan untuk adanya keterbukaan yang lebih besar terhadap kaum gay dan lesbian, meskipun adanya larangan di Taurat terkait perilaku homoseksual.
"Dalam dunia Yahudi Konservatif, ada rabbi yang menerima pentasbisan siswa gay dan lesbian serta ada yang tidak," kata pernyataan itu.

 "Keputusan ini merupakan hasil dari proses panjang yang mencakup konsultasi luas dan pencarian untuk menemukan konsensus di antara perbedaan pendapat yang akan memungkinkan kerja sama lanjutan."

Profesor Hanan Alexander, ketua dewan pengawasa seminari, mengatakan keputusan ini "menyoroti komitmen lembaga untuk menegakkan hukum agama Yahudi dalam pluralisme dan dunia yang berubah."(mnt/emi)

Tidak ada komentar: