Senin, 16 April 2012

Jurnalis Turki: AS dan Israel Dibalik Kudeta Militer 28 Februari 1997 Akibatnya Pemerintah Erbakan Jatuh


Jurnalis Independen: Seorang jurnalis veteran yang sangat menderita selama kudeta militer 28 Februari 1997 di Turki setelah surat kabar - di bawah perintah para jenderal yang melakukan kudeta - membuat berita palsu tentang dirinya, menuduh Amerika Serikat dan Israel mendukung kudeta para jenderal terhadap pemerintahan Erbakan.

Dalam wawancara dengan harian Taraf pada hari Senin kemarin (16/4), jurnalis Cengiz Candar, yang merupakan target dari kudeta jenderal pada 28 Februari bersama dengan beberapawartawan lainnya, mengatakan bahwa selain media, serikat pekerja, beberapa serikat pekerja profesional dan bisnis mendukung kudeta militer, sembari menegaskan AS dan Israel juga terlibat.

"AS tidak mendukung intervensi langsung, tetapi mendukung kudeta 28 Februari," yang merupakan intervensi bersenjata yang memaksa pemerintah Erbakan untuk mengundurkan diri setelah Dewan Keamanan Nasional (MGK) yang didominasi oleh militer mengeluarkan serangkaian resolusi yang mengancam.

"Saya berada di Amerika Serikat pada 1999 dan 2000. Saya adalah penulis buku tentang Turki. Kami mengadakan pertemuan dengan para penulis lain dari buku tersebut. Editor buku adalah mantan Duta Besar AS untuk Ankara Morton Abramovich. Alan Makovsky, kepala departemen Turki dari Institut Washington, sebuah lembaga think tank dari lobi Israel di AS, sering datang ke Ankara dan mengunjungi para jenderal. Pada pertemuan para penulis yang menulis buku tentang Turki, ia bertanya mengapa saya tidak berada pada pertemuan "di lantai tujuh."

Saya sangat penasaran. Ternyata ada sebuah pertemuan yang disebut oleh Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright di lantai tujuh gedung Departemen Luar Negeri AS pada tanggal 12 Maret 1997, yang membahas tentang Turki. Pertemuan tersebut diadakan dua minggu setelah pertemuan MGK pada 28 Februari.

Bernard Lewis, Paul Wolfowitz, Richard Perle - mereka semua ada di pertemuan itu. Mereka berbicara tentang apa yang harus dilakukan Turki. Kecenderungan umum dalam pertemuan itu adalah bahwa "pemerintah Turki harus pergi tanpa intervensi langsung."

Candar mengatakan dalam menanggapi pertanyaan tentang mengapa AS akan ingin pemerintah Necmettin Erbakan dikudeta - pada saat pemerintahnya bukan ancaman bagi AS dan fakta hubungan Turki dengan Israel meningkat pada waktu itu, Abramowitz mengatakan bahwa Erbakan telah mengganggu beberapa aturan tak tertulis yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara Turki dan AS, dan ia muncul sebagai sekutu tak terduga dan tak terkendali.

Abramovich tidak menentukan seperti apa aturan Erbakan yang menjadi ancaman bagi AS, tapi Candar mencatat bahwa Erbakan mempertahankan hubungan persahabatan dengan Libya, Mesir dan Nigeria.(mnt/emi)

Tidak ada komentar: