Oleh : Suryopratomo
Saat sedang ramai membicarakan perombakan kabinet, seorang petinggi partai politik anggota koalisi melihat sebelah mata manuver politik tersebut. Ia berpendapat, isu perombakan kabinet hanya sekadar pengalihan dari kasus mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Mengapa ia berpendapat seperti itu? Menurut petinggi parpol tersebut, tidak ada dasar yang kuat bagi dilakukannya perombakan kabinet. Akibatnya, tidak jelas pula kabinet baru yang ingin dibentuk.
Sebaliknya kasus Nazaruddin sendiri praktis menyeret citra Partai Demokrat sampai ke titik nadir. Media massa tidak memiliki isu lain kecuali setiap hari mengangkat kasus Nazaruddin dengan berbagai keterkaitannya. Kalau tidak ada isu lain yang bisa mengalihkan isu Nazaruddin, maka Partai Demokrat akan terus menjadi bulan-bulanan.
Begitu banyak kasus hukum yang sengaja dibuat tenggelam. Kalau tidak dikawal oleh media massa, sangat mudah untuk bisa dilupakan. Kalaupun prosesnya dilanjutkan penuh dengan rekayasa.
Kita tidak bermaksud untuk berprasangka. Buktinya kasus Gayus Tambunan di Pengadilan Negeri Tangerang, di mana tersangka bisa dinyatakan bebas karena direkayasa bersama-sama oleh hakim, jaksa, polisi, dan pengacara.
Praktik seperti itu begitu banyak terjadi. Bahkan ada satu kasus narkoba yang divonis lima tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak bisa dieksekusi. Yang lebih dahulu dieksekusi malah hakim yang menjatuhkan hukuman lima tahun, yang kemudian dipindahkan ke luar Jakarta.
Kalau kita sengaja mengingatkan kasus Nazaruddin karena kasus ini merupakan kasus besar. Kasus ini bisa menjadi pintu masuk bagi pengungkapan korupsi anggaran yang lebih besar. Presiden bahkan menyebutnya sebagai perampokan terhadap uang negara.
Kita terperangah atas kekayaan yang dimiliki politisi muda berusia 32 tahun tersebut. Tanpa ada rekam jejak apa pun di bidang bisnis, bisa kaya raya seperti itu. Kalau kita jeli sebenarnya bisa dilihat data laporan pajak yang ia bayarkan beberapa tahun terakhir.
Dari berbagai pengakuan yang telah disampaikan, Nazaruddin sudah menjelaskan berbagai kasus yang selama ini ia lakukan. Namun ia selalu menegaskan bahwa dirinya tidak bekerja sendirian. Bahkan dana yang ia kumpulkan akhirnya dipakai untuk kepentingan partai.
Salah satu yang diuraikan secara jelas adalah uang miliaran rupiah yang ia pakai untuk pemenangan pada Kongres Partai Demokrat 2008 di Bandung. Bahkan untuk memperkuat keterangan itu, empat orang yang mengantarkan uang dari Jakarta ke Bandung sudah bersaksi di media massa.
Pertanyaannya, diapakan informasi yang sudah disampaikan secara terbuka itu? Inilah yang sebenarnya kita ingin ingatkan dalam kolom sekarang ini. Fakta-fakta yang terungkap selama ini bukan lagi katanya. Tentunya penegak hukum bisa menindaklanjutinya.
Kita mengharapkan Komisi Pemberantasan Korupsi fokus kepada kasus yang satu ini. Kerahkan seluruh penyidik terbaik yang dimiliki untuk mendalami temuan yang sudah terungkap di media massa. Jangan biarkan kasus besar ini berlalu begitu saja.
Bahkan kita berharap ada target waktu yang dibuat untuk menangani kasus yang satu ini. Jangan sampai masyarakat kehilangan kepercayaan bahwa kita akan sungguh-sungguh menangani kasus Nazaruddin.
Begitu banyak sumber daya yang kita pakai untuk menangani kasus yang satu ini. Aparat polisi sampai harus melacak sampai Amerika Latin dan baru kemudian bisa menangkap Nazaruddin di Kolombia. Biaya yang harus kita keluarkan untuk membawa pulang buronan yang satu ini pun tidak murah.
Rakyat akan sangat kecewa apabila kasus korupsi yang sangat merugikan mereka kemudian menguap begitu saja. Seakan-akan masyarakat tidak memperhatikan dan tidak peduli akan kasus ini, sehingga kemudian ditangani dengan seenaknya saja.
Tuduhan yang disampaikan petinggi parpol bahwa perombakan kabinet hanya pengalihan kasus Nazaruddin menjadi benar apabila kita tidak sungguh-sungguh mengungkap kasus Nazaruddin. Masyarakat mengamati betul segala yang terjadi dalam kasus megakorupsi terhadap anggaran negara ini. *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar