Ustadz Abdul Aziz yang pernah mengisi pengajian di rumah ustadz Salaf al-Sempruli menghujat dan menista amaliah warga Nahdliyyin seperti peringatan orang mati pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-1000 sebagai kelanjutan amaliah Hindu yang sesat, rupanya kena batunya. Sebab uztads Abdul Azis yang mengaku mantan pendeta Hindu itu ternyata buta sama sekali dengan ajaran Hindu, sehingga semua yang diungkapkan sebagai pengakuannya atas amaliah praktis ajaran Hindu itu ternyata hasil mengutip dari omongan dan tulisan imajinatif ustadz Machrus Aly al-Seneweni. Ada pun isi berita dari Densus 26 Jogjakarta itu sebegai berikut:
Ustadz Abdul Azis Mantan Pendeta Hindu Kena Batunya, Kini Ditahan Polisi
Rabu Pon malam (16/11/2011), ustadz Abdul Aziz (orang yang mengaku mantan pendeta Hindu ceramah di Masjid Agung Kulon Progo (KP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti biasa, ustadz Abdul Aziz dalam acara itu dikawal oleh satuan pasukan khusus HI (Harakah Islamiyyah). Dalam setiap ceramahnya, dia selalu menghujat-menistakan amaliah NU yang katanya bersumber dari ajaran Hindu.
Seperti biasa, ustadz Abdul Aziz malam itu memulai ceramah dengan menceritakan bagaimana prosesnya dia masuk Islam. Setelah itu, dia mulai bicara penghujatan dengan mengupas tradisi mitoni (tujuh bulanan) dan mengubur ari-ari bayi, yang ia anggap sebagai amaliah sesat agama Hindu yang dilanjutkan orang NU.
Tanpa diduga, tiba-tiba seorang peserta berdiri dan maju ke depan. Orang itu mengaku sebagai Professor Ida Bagus Agung, Ketua Parisada Hindu Dharma Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan tegas, Prof Ida Bagus Agung yang berdarah Brahmana itu mengajak Abdul Aziz untuk berdebat tentang agama Hindu.
Abdul Aziz seketika gemetar. Ia berusaha menguatkan diri dengan mengajak bersitegang menyoal orang Hindu masuk masjid. Suasana pun panas ketika pasukan HI bersiaga melindungi Abdul Aziz dan akan menyerang Prof Ida Bagus Agung, sementara puluhan anak-anak muda Nahdliyyin yang ikut pengajian sudah siap mengambil tindakan jika Abdul Aziz dan pasukan pengawalnya menyerang Prof Ida Bagus Agung. Akhirnya, Abdul Aziz diturunkan polisi dan digelandang ke Mapolres Kulon Progo.
Dalam pemeriksaan di Mapolres Kulon Progo, terungkap fakta-fakta mengejutkan terkait dusta dan tipuan Abdul Aziz sebagai berikut:
1. Abdul Aziz tidak punya KTP, sehingga digolongkan PTT (penduduk Tidak Tetap) yang dicurigai berkaitan dengan kelompok-kelompok teroris yang diburu polisi;
2.Gelar S.Ag (Sarjana Agama) yang disandangnya, ternyata palsu. Ia mengaku selama ini hanya sering ikut pengajian di masjid UMM alias tidak kuliah;
3.Mengaku nama aslinya Ida Bagus Oka anak Ketut Badem (Kapolres marah dan menggebrak meja, karena telah jelas Abdul Aziz tidak tahu struktur masyarakat Bali. Kapolres dengan tegas menyatakan bahwa Abdul Aziz telah berbohong karena nama Ida Bagus itu menunjuk klan Brahmana dan Ketut itu nama orang kebanyakan. Bagaimana mungkin orang biasa menurunkan brahmana?
Akhirnya, Abdul Aziz dikenai pasal penistaan agama dan ditahan di Mapolres Kulon Progo.
Dullah yang mendekati warga, bertanya kepada Kang Markasan,"Bagaimana menurut sampeyan kang?"
"PALSU!," sahut Kang Markasan mengangkat bahu,"Kalau nama palsu, gelar sarjana palsu, identitas palsu pastilah yang lain-lainnya juga palsu."
"Maksudnya?" tanya Dullah memancing.
"Ya pengakuan iman, agama, syahadat, dalil, status sosial, gelar kesarjanaan, gelar ustadz, ucapan, lidah, gigi, jantung, hati, bahkan ususnya pun pasti palsu."
"Ha ha ha," Dullah ketawa disambut gelak tawa warga lain,"Ini memang zaman palsu. Zaman Dajjal. Palsu. Palsu. Palsu! Seribu kali palsu."
"Waspadalah wahai umat," seru Sukiran,"Sekarang ini banyak berkeliaran ustadz-ustadz palsu!"
"Jadi siapa yang mengaku ustadz harus diuji, sudah hafal Al-Qur'an 30 juz apa belum? Sudah hafal berapa ribu hadits Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Ahmad?" sahut Dullah.
"Sepakat....!" sahut warga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar