Jurnalis Independen: Dunia kasak-kusuk Badan Intelejen Negara (BIN) tidak saja menarik
kalangan terdidik di ibukota saja, tetapi juga menginspirasi warga daerah
seperti kota Kediri lebih khusus bagi 5 warganya yang mengaku sebagai anggota
BIN, dengan pengenal berlogo Bima. Padahal logo asli pengenal BIN berlogo
Krisna.
Lima warga Kediri ini, bergabung menjadi satu komplotan penjahat yang
menyaru sebagai anggota Badan Intelijen Negara, polisi, wartawan, dan Badan
Peneliti Aset Negara. lantaran ulahnya ke lima orang ini ditangkap petugas
Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Kediri.
Lima orang tersebut diringkus setelah melakukan pemerasan pada seorang
pemilik toko kelontong di Kediri yang kedapatan menjual minuman keras. Para
pelaku, yaitu TR, 20 tahun, AD (47), ED (45), RS (38), dan MR (46), mendatangi
Minarsih, pemilik Toko Kondang Rasa.
“Kepada korban, mereka mengaku sebagai anggota Kepolisian Daerah Jawa
Timur, wartawan, BIN, dan Badan Penelitian Aset Negara,” kata Kepala Satuan
Reserse Kriminal Polresta Kediri Ajun Komisaris Wisnu Prasetyo, Senin, 11
Januari 2016.
Untuk menakut-nakuti korban, para pelaku juga menunjukkan identitas
masing-masing, termasuk dua pucuk senjata soft gun jenis revolver. Mereka
mengancam akan mempidanakan korban jika menolak tawaran damai dengan membayar
Rp 3 juta. "Karena takut, korban pun menyerahkan uang yang diminta,"
ujar Wisnu.
Aksi kejahatan mereka terbongkar saat untuk kedua kalinya mendatangi
pemilik toko yang sama pada akhir pekan lalu. Kepada Minarsih, mereka kembali
meminta uang tunai jika masih tetap berjualan miras. Merasa sudah tak menjual
miras, Minarsih melaporkan hal itu ke Polresta Kediri yang langsung ke lokasi
memeriksa pelaku. Dari sinilah kedok mereka sebagai aparat gadungan terbongkar.
Dari tangan tersangka, polisi menyita berbagai tanda pengenal yang mirip
dengan aslinya. Di antaranya dua pucuk senjata Soft Gun jenis Revolver, 12
butir amunisi, dua kamera digital, satu palu, sembilan telepon seluler, satu
pasang sepatu tunggang satuan lalu lintas kepolisian, sepuluh kartu anjungan
tunai mandiri, satu buku KUHP, tujuh tanda pengenal Badan Penelitian Aset
Negara, enam tanda pengenal wartawan, dan satu unit mobil Xenia.
Salah satu tanda pengenal anggota intelijen yang mereka buat mengundang
tawa petugas karena tak sama dengan aslinya. Lambang intelijen tokoh pewayangan
Kresna diganti Bima. “Baru kali ini saya lihat lambang intelijen Bima,” tutur
Kepala Sub bagian Hubungan Masyarakat Polresta Kediri Ajun Komisaris Anwar
Iskandar sambil tertawa.
Para pelaku dijebloskan ke tahanan Polresta Kediri dan didakwa melanggar
Pasal 368 KUHP. Polisi masih melacak para korban yang pernah menjadi sasaran
penipuan dan pemerasan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar