Kamis, 18 Februari 2016

Miskin, Yatim Piatu Mengidap Gizi Buruk dan Tertular HIV Lagi


Jurnalis Independen: Seorang balita di Kabupaten Malang menderita gizi buruk. Balita bernama Hafidoh Nadifa (4,5), kini hidup dalam asuhan sang nenek. Seperti apa kisah hidup balita ini? Berikut kisahnya.

Hafidoh kini diasuh oleh neneknya yang bernama Ibu Muji (42). Ayah kandung dan ibu kandung Hafidoh, sudah meninggal dunia. Ayah Hafidoh meninggal saat usianya masih lima bulan dalam kandungan. Setahun setelah ia dilahirkan, ibu kandung Hafidoh menyusul suaminya ke alam baka. Praktis, selama ini, Hafidoh diasuh oleh neneknya di sebuah rumah sederhana di Dusun Selobekiti RT20/RW04, Desa Plandi, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.

Selama dalam asuhan sang nenek, Hafidoh tak pernah tahu siapa orang tua kandung sebenarnya. Penderitaan Hafidoh bertambah setelah ia, divonis tim medis menderita gizi buruk. Tak hanya itu, hasil keterangan medis lainya menyatakan, ada semacam kuman yang menggerogoti paru-paru Hafidoh.

Meski sudah berumur 4,5 tahun, Hafidoh kesulitan berjalan. Tubuhnya mengurus. Ia juga kerap menangis karena merasakan sakit di seluruh tubuhnya. “Sejak pagi tadi terus menangis. Mungkin karena sakit ya, kata dokter ada penyakit paru-paru dan gizi buruk,” ungkap Nuning (23), salah seorang kerabat Hafidoh, Jumat (12/2/2016).

Kata Nuning, selama ini Hafidoh hanya digendong oleh neneknya. Saudara dari orang tua Hafidoh tidak ada karena ibu kandungnya, anak tunggal. Sementara saudara dari ayah kandung Hafidoh, tinggal cukup jauh dari rumah Hafidoh saat ini.

Hafidoh sempat dibawa ke Rumah Sakit Kanjuruhan, milik Pemkab Malang. Namun, karena yang tercantum dalam BPJS hanya neneknya saja, Hafidoh tak punya kesempatan berobat secara maksimal. Apalagi, sang nenek juga tidak bisa bekerja karena harus mengasuh Hafidoh setiap harinya.

“Adik Hafidoh kan nggak bisa berjalan. Jadi mau bekerja gimana Bu Mujinya, selama ini hanya mengandalkan belas kasih dari warga dan para dermawan saja,” papar Nuning.

Yang dibutuhkan Hafidoh dan neneknya adalah biaya untuk rawat jalan dan kebutuhan sehari-hari. Untuk menjalani kehidupan selama ini, Hafidoh dan neneknya hanya mengandalkan bantuan dari warga setempat.

“Bu Muji suaminya juga meninggal. Dia juga sendirian merawat Adik Hafidoh, kalau makan dan kebutuhan sehari-hari hanya menunggu bantuan orang,” bebernya. [yog/but]

Tidak ada komentar: