Sabtu, 20 Februari 2016

Berbekal Surat Yasin, Gus Jari Mengangkat Diri Menjadi Nabi Penerus Nabi Isa

Jurnalis Independen: Berawal dari kejadian 10 tahun berselang, Gus Jari mendengar Surat Yasin dibacakan saat ia sholat tahajut sendirian. Pria yang biasa dipanggil Gus Jari ini mengklaim, dirinya mendapatkan wahyu pada Jumat Legi tahun 2004 lalu. Saat itu dirinya sedang melakukan salat malam di daerah Brangkal-Mojokerto.
“Tepat ketika sujud, saya dipanggil oleh Allah dengan Surat Yasin. Ada suara yasin..yasin..sebanyak tujuh kali. Kemudian ‘walquranul khakim’ sampai selesai,” kata Jari di rumahnya, yang ditirukan oleh Kemenag Jombang, Selasa (16/2/2016).

“Di ajaran itu, Jari dan pengikutnya mengucapkan syahadat dengan tambahan waa Isa Habibullah di bagian akhir. Ucapan itu berbeda dengan syahadat dalam ajaran Islam,” kata Ilham dari Kemenag Jombang, Selasa (16/2).

Jari mengeklaim dirinya sebagai penerus Nabi Isa. Dengan pengikutnya yang berjumlah 100 jamaah, muncul dan mengaku nabi.  Jari (40), warga Desa Karangpakis,  Kecamatan Kabuh, Jombang, yang mengaku nabi penerus Isa, artinya ia tidak mengakui kenabian Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam.

Jari mengaku menerima wahyu dari Allah swt pada hari Jumat Legi. Selanjutnya, dia mengaku  sebagai penerus nabi atau Isa Habibullah yang bertugas meluruskan ajaran agama yang dibawa Nabi Muhammad saw.

“Kalau Isa Al Masih, zaman sebelum Nabi Muhammad. Kalau saya ini Isa Habibullah. Ini adalah kejadian ghaib. Tidak semua orang bisa mengetahui,” ujar Jari ketika ditemui di rumahnya, Selasa (16/2).

Sementara kepada beberapa wartawan juga menceritakan hal yang sama. Sejak itu, dia mendirikan Pondok Pesantren Kahuripan Ash-Shiroth di desanya. Kini, Jari memiliki pengikut sekitar seratus orang. Dia (Gus Jari-red), mengaku mendapatkan wahyu pada Jumat legi tahun 2004. Saat itu dirinya sedang melakukan salat malam dan mengatakan dipanggil Allah dengan Surat Yasin ketika dalam posisi sujud.

“Tepat ketika sujud, saya dipanggil oleh Allah dengan Surat Yasin. Ada suara ‘Yasin… yasin…’ sebanyak tujuh kali. Kemudian ‘walquranul khakim’ sampai selesai,” kata Jari.

Masjid Shiroth yang didirikan di tanah wakaf warga. Tiap tanggal 1 dan 15 pengikutnya berkumpul di masjid itu.

Jari melanjutkan, setelah bacaan Surat Yasin itu, kemudian dirinya mendengar suara memerintah ‘wahai Isa’ sebanyak dua kali. “Saya langsung menangis tidak kuat. Itulah wahyu yang saya terima dari Allah,” katanya menambahkan.

Jari mengaku sudah sepuluh tahun mendapatkan wahyu tersebut. Di masjid yang dia dirikan di atas tanah hibah yang didapatkanya, Jari mengumpulkan para pengikutnya setiap tanggal 1 dan 15 setiap  bulan.

Ada yang menarik di dalam masjid lingkungan Pesantren Kahuripan Ash-Shirotol Mustaqim yang berdekatan dengan sejumlah rumah warga pengikut Jari itu. Yaitu di dekat tempat imam tampak sebuah batu besar.

Menurut Jari, batu itu diambil dari Gunung Lawu di Kabupaten Magetan yang dianggapnya sebagai makam Nabi Muhamad saw, seperti halnya makam Ibrahim didekat Ka’bah di Makkah.

Selain itu, masjid itu juga dihiasi berbagai ornamen bernuansa pewayangan. Di sebelah kanan dan kiri pintu masjid terdapat gambar Arjuna dan Semar. Sedangkan pada kubah bagian dalam terdapat gunungan. ” Semua gambar itu memilik filosofi yang sangat penting,” pungkasnya.

Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jombang, memantau pergerakan Jari terkait ajarannya itu. Kanwil Kemenag menduga ajaran tersebut melenceng dari ajaran Islam.
Yang pertama menurut Kemenag Kabupaten Jombang, terkait dengan Syahadat yang diucapkan pengikut Gus Jari. Syahadat Berbeda. Di belakang Syahadat yangbiasa diucapkanummat islam umumnya, ditambahkan "waa Isa Habibullah" di belakangnya.

Sementara, Penyelenggara Syariah Kemenag Jombang, Ilham Rochim, mengatakan, pihaknya tengah memantau keberadaan ajaran yang berpusat di Dusun Gempol, Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, Jombang itu. Ia pun telah meminta keterangan mengenai ajaran tersebut kepada Gus Jari Langsung.

“Di ajaran itu, Jari dan pengikutnya mengucapkan syahadat dengan tambahan waa Isa Habibullah di bagian akhir. Ucapan itu berbeda dengan syahadat dalam ajaran Islam,” kata Ilham, Selasa (16/2).

Meski terindikasi melenceng, Ilham mengaku masih menggunakan pendekatan persuasif menangani kemunculan ajaran tersebut. Ia juga membuka komunikasi dan diskusi dengan pengikut ajaran itu. Pihaknya juga melakukan dialog dengan tokoh-tokoh di pesantren itu.

Bukan hanya itu, Kemenag juga sudah menyodorkan permasalahan tersebut ke MUI (Majelis Ulama Indonesia), Kesbangpol, serta kepolisian. Selanjutnya, sejumlah elemen tersebut dan telah duduk satu meja guna melakukan kajian.

“Kita sudah mendatangi kelompok tersebut ketika pengajian. Ada beberapa hal yang kita jadikan catatan. Semisal aksesoris masjid yang terdapat gambar wayang, banteng, dan harimau. Dan juga terdapat batu besar di dekat ruang imam,” ujar Ilham Rohim.

Rohim menjelaskan, pihaknya sudah meminta kepada Jari agar melepas aksesoris di masjid miliknya. Hanya saja, permintaan tersebut hanya bertepuk sebelah tangan. Kemenag juga belum berani memastikan bahwa ajaran pria yang mengklaim mendapat wahyu dari Allah itu sesat.

Alasannya, kajian yang dilakukan MUI, kepolisian, Kesbangpol, dan Kemenag, belum kelar. “Data-data sudah kita kumpulkan. Sedangkan kajian terhadap kelompok tersebut masih dalam proses. Kita juga melibatkan MUI, kepolisian, serta Kesbangpol,” ujar Rohim yang juga mengatakan bahwa pemantauan sudah dilakukan sejak Juli 2015.



Tidak ada komentar: