Jurnalis Independen: Ini adalah pengakuan Titiek Soeharto saat di wawancarai oleh wartawan media onlin Faisal Assegaf dari merdeka.com. Wawancara ini termuat pada Hari Jumat 14 November 2014 pukul 08:02 dan 08:28. Dalam wawancara itu Titiek mantan istri Prabowo Subianto itu mengakui jika rezim otoriter Orde Baru Soeharto melakukan korupsi berjamaah.
Wawancara Titiek Soeharto (1)
Jangan gengsi tiru hal-hal positif dari Soeharto
Reporter : Faisal Assegaf | Jumat, 14 November 2014 08:02
Merdeka.com - Pemilihan umum tahun ini tentu menjadi hal istimewa bagi keluarga Cendana. Siti Hediati Hariyadi, akrab disapa Titiek Soeharto, menjadi anggota keluarga mendiang Presiden Soeharto pertama kembali terjun ke politik setelah era reformasi.
Titiek mengaku keterlibatannya itu dipicu keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan negara tidak kunjung membaik setelah ayahnya dilengserkan. Dia menegaskan salah satu sebab keterpurukan Indonesia lantaran ada rasa gengsi meniru hal-hal positif dari ekonomi ala Soeharto.
Karena itu, dia meminta pemerintahan Joko Widodo mengadopsi sistem sudah terbukti berhasil di zaman Soeharto. "Nggak usah gengsilah kalau memang mau mencontek, toh yang dicontek hal-hal bagus," katanya Rabu sore lalu usai rapat di ruang Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat. "Kenapa harus gengsi. Kalau emang mau ganti namanya terserah, yang penting kan sistem itu sudah terbukti berhasil."
Sesuai harapannya, Titiek ditempatkan di komisi mengurus bidang pangan. Dia didapuk menjadi Wakil ketua Komisi IV. Wawancara berlangsung hampir setengah jam di ruang tunggu komisi. Dengan santai dan ramah, anak keempat dari pasangan Presiden Soeharto dan Tien Soeharto ini menjawab semua pertanyaan.
Berikut penjelasan Titiek Soeharto kepada Faisal Assegaf dari merdeka.com.
Apakah Anda senang akhirnya bisa masuk ke Komisi IV?
Memang sesuai harapan saya karena membidangi pertanian, perikanan, pangan. Ini memang menjadi perhatian saya. Indonesia ini begitu kaya tapi kok rakyatnya hidup berkecukupan. Kita cuma ada dua msim, tanahnya subur, kok apa-apa masih impor. Semua itu menjadi keprihatinan saya.
Memang di partai saya disuruh pilih maunya ke mana. Saya minta di sini (komisi IV) dan dikabulkan saya masuk ke sini. Alhamdulillah.
Mendiang Presiden Soeharto kan sangat memperhatikan masalah pertanian. Dari semua pemikiran ekonomi Soeharto, apa yang paling berkesan bagi Anda?
Bapak itu dari keluarga petani. Jadi beliau tahu sendiri mengetani pertanian, sangat menguasai soal pertanian. Beliau rajin turun ke daerah-daerah, bertemu dengan petani-petani. Jadi bukan sekarang aja Pak Jokowi blusukan, dari dulu Pak Harto juga udah blusukan cuma nggak pernah dicerita-ceritain.
Emang udah tugas presiden untuk tahu permasalahan terjadi di masyarakat bawah. Itu bapak lakukan. Tiap kali kunjungan ke daerah-daerah pasti ada temu wicara dengan kepala desa dan sebagainya. Dari situ beliau tahu permasalahan ada. Di situ ada menteri dan direktur-direktur jenderalnya dan langsung tahu cara penyelesaiannya.
Apakah Anda juga akan melakoni hal serupa?
Tadi kita melakukan pertemuan dengan HKTI, pedagang pasar untuk mengetahui persoalan-persoalan mereka dan itu bakal menjadi bahan bagi kami untuk melakukan rapat dengan kementerian terkait. Kita lihat keluhan-keluhannya sama.
Dulu zaman Pak Harto sistemnya sudah bagus. Ada KUD. Semua distribusi pupuk, bibit, pestisida, lewat KUD. Habis panen, penjualannya juga KUD menampung, jadi nggak ada fluktuasi harga. Terus ada Binmas. Semua dikomando. Kenapa nggak diulang lagi.
Kita juga menyesalkan setelah reformasi kenapa apa-apa berbau Soeharto mau dihilangkan, diharamkan banget. Padahal banyak hal bagus bisa diteruskan. Dulu ada KB tapi nggak diteruskan, sekarang ada ledakan penduduk.
Nggak usah gengsilah kalau memang mau mencontek, toh yang dicontek hal-hal bagus. Kenapa harus gengsi. Kalau emang mau ganti namanya terserah, yang penting kan sistem itu sudah terbukti berhasil. Pak Harto berhasil membawa Indonesia swasembada beras dan mengatasi laju pertumbuhan penduduk.
Nggak usah buang-buang waktu mencoba hal-hal baru, Itu sudah ada dan terbukti. Itu juga bukan pemikiran Pak Harto sendiri tapi hasil pemikiran putra putri terbaik bangsa. Nggak usah terus alergi terhadap semua hal berbau Pak Harto.
Mudah-mudahan pemerintahan ke depan hal-hal bagus, keberhasilan-keberhasilan zaman Soeharto, dipakai lagi dan disesuaikan kondisi sekarang. Nggak usah cari sistem-sistem lain.
Berarti menurut Anda kemunduran ekonomi Indonesia lantaran ekonomi kerakyatan ala Soeharto ditinggalkan?
Iya, ditinggalkan sama sekali. Ceritanya mau lebih pintar, mau mengubah menjadi lebih bagus, tapi akhirnya mencoba dan salah nggak keman-mana kita.
Apakah Anda melihat pemerintahan Jokowi memiliki niat mengadopsi ekonomi ala Soeharto?
Kita tahunya beliau lebih mementingkan maritim dibanding pertanian. Takutnya pertanian ditinggalin, kurang diperhatikan lagi.
Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar tahun ini. Apakah Anda melihat strategi pemerintah buat mengurangi beban rakyat kecil sudah tepat?
Kenaikan harga bahan bakar memang tidak bisa dibendung. Kita sudah tahu subsidi BBM kita terlalu besar. pemerintah mestinya harus punya resep-resep untuk menanggulangi harga-harga tidak naik terlalu drastis dan memberatkan masyarakat.
Tidak cukup dengan tiga kartu itu aja. Tiga kartu dapatnya Rp 200 ribu, beli pulsa aja habis. Yang merokok, buat beli rokok sudah habis.
Jadi dalam lima tahun ke depan Anda ragu Jokowi mampu membebaskan Indonesia dari impor pangan?
Bukannya ragu, tentu kita kasih kesempatan. Ini kan baru satu bulan, nggak bisa saya bilang nggak mungkin. Mudah-mudahan ekonominya benar-benar untuk rakyat.
Wawancara Titiek Soeharto (2)
Dulu korupsi semua kebagian dan semua senang (Nah ini dia pengakuan Titiek Soeharto pada kita bahwa era soeharto era korup!!!!!)
Reporter : Faisal Assegaf | Jumat, 14 November 2014 08:28
Merdeka.com - Enam tahun sudah berlalu sejak Presiden Soeharto wafat. Lima belas tahun telah lewat sehabis presiden kedua ini dilengserkan.
Namun bagi sebagian besar penduduk, terutama di daerah daerah, pesona Soeharto tidak memudar. Bukan sekadar namanya tidak hilang dari ingatan, tapi sejarah telah membuktikan rakyat masih mencintai mendiang Soeharto dan merasa zaman Orde Baru dia pimpin lebih baik ketimbang era reformasi.
"Ternyata setelah Pak Harto lengser, ganti lima presiden, hidup mereka tidak lebih enak," kata Siti Hediati Hariyadi, akrab disapa Titiek Soeharto, Rabu sore lalu usai rapat di ruang Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat. "Ternyata setelah 15 tahun orang tahu dia masih dicintai rakyat dan zaman beliau terbaik.
Berikut penuturan Titiek Soeharto kepada Faisal Assegaf dari merdeka.com dalam wawancara hampir setengah jam.
Setelah era reformasi, Anda anak Soeharto pertama terjun ke politik. Apa motif Anda?
Apa ya...Saya punya perhatian khusus dengan Indonesia jalan di tempat. Pasar-pasar tradisional masih kumuh dan becek. Pemerintah harus tangan, kan nggak seberapa buat bangun pasar tradisional lebih bagus. Lalu ada kelangkaan pupuk.
Kebetulan saya ada di Golkar. Saudara-saudara saya lain nggak mau terjun lagi. Mereka bilang, "Biarin lah Titiek aja perwakilan kita." Kebetulan saya terpilih dari daerah pemilihan Yogyakarta.
Bagi sebagian orang, Soeharto masih dianggap sebagai diktator, pemimpin korup dan pelanggar hak asasi. Butuh waktu berapa lama bagi Anda untuk mantap berpolitik?
Saya tidak merasa bapak saya koruptor. Ternyata setelah 15 tahun orang tahu dia masih dicintai rakyat dan zaman beliau terbaik. Di negara mana pun pasti ada korupsi tapi waktu itu semua orang gembira.
Ada pembangunan, proyek, masyarakat dapat pekerjaan. Kalau kita utang, utang itu jadi proyek, dan proyek itu menghasilkan pendapatan. Mungkin kalau sekarang utang kita untuk belanja pegawai, nggak jadi apa-apa. Dulu utang buat bangun infrastruktur sehingga daerah-daerah bisa berkembang.
Korupsi itu...semua kebagian, semua senang, enak. Dari semua dilakukan Pak Harto yang bagus-bagus, yang ditiru jeleknya. Kalau toh Pak Harto dulu korupsi, yang ditiru korupsinya. Malah lebih berjamaah (tertawa).
Saya juga perlu hadir untuk membersihkan keluarga kami tidak seperti itu. Pak Harto tidak seperti itu. Bapak bekerja untuk rakyat, semua untuk rakyat. Dari muda dia berjuang untuk rakyat tanpa pamrih apa-apa.
Bapak itu prinsipnya wong kalau mati saya nggak bawa apa-apa. Semua yang didapat, itu yayasan dikembalikan kepada rakyat, menjadi taman mini, rumah sakit anak dan bersalin, rumah sakit jantung, rumah sakit kanker, Mekarsari. Semua itu dikembalikan lagi untuk kepentingan masyarakat.
Kapan Anda mulai sadar rakyat masih mencintai Soeharto?
Kita sih sadar bapak kita tidak seperti itu. Mungkin setelah sepuluh tahun reformasi, ternyata hidup mereka tidak lebih enak. Baru mereka merasa. Ternyata setelah Pak Harto lengser, ganti lima presiden, hidup mereka tidak lebih enak.
Dengan adanya perbandingan-perbandingan itu, masyarakat bisa melihat ternyata enakan zaman Pak Harto.
Dengan terpilihnya Anda sebagai anggota DPR, itu membuktikan rakyat masih mencintai Soeharto?
Saya terpilih bukan karena semata-mata ank Pak Harto. Saya juga kerja. Sebelum saya kampanye, baru Pak Harto lengser, saat saya ke daerah-daerah, orang-orang di bawah bilang presiden saya cuma Soeharto.
Apakah Anda memang memilih Yogyakarta sebagai daerah pemilihan karena itu basis dukungan?
Karena di situ kampung halaman keluarga kami.
Bagi keluarga kan Soeharto menjadi korban politik. Apakah Anda tidak merasa trauma sehingga berani terjun ke politik?
Nggak, nggak. Tiap warga negara punya hak untuk berpolitik. Jadi terlepas dari saya anak Pak Harto atau bukan, saya merasa terpanggil untuk ke sini (terjun ke politik).
Apakah ada pesan khusus dari Soeharto untuk Anda?
Sama saya secara khusus nggak ada karena bapak sayang kepada semua anaknya. Tidak membeda-bedakan. Sebelum lengser bapak bilang sejarah akan membuktikan apa yang sudah bapak dan ibu buat untuk bangsa ini. Terserah orang mau bilang apa.
Ternyata setelah berapa tahun, sejarah membuktikan rakyat sangat mencintai Pak Harto. Bukan kita membikin spanduk 'Enak zamanku toh."
Apakah Anda bakal menerima kalau ada tawaran masuk pemerintahan?
Ditawar siapa? Siapa mau tawar-tawar (tertawa). Sekarang konsentrasi di sini aja dulu (sebagai anggota DPR).
Biodata
Nama:
Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto)
Tempat dan Tanggal Lahir:
Semarang, Jawa Tengah, 14 April 1959
Pendidikan:
Sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Pekerjaan:
Pengusaha (Komisaris utama PT Abhitama)
Organisasi:
Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesia (Perpani)
Ketua Umum Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI)
Pembina Yayasan Supersemar
Pembina Yayasan Purna Bhakti Pertiwi
Ketua Bidang Tani dan Nelayan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar