Rabu, 19 November 2014

Lagi Terjadi Bentrok TNI-Polri, Ada Apa dengan Mu?

Jurnalis Independen: Beginilah jika Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak memiliki musuh. Dalam masalah seperti ini ada baiknya Pemerintah Indonesia mencontoh Amerika Serikat (AS). Mencarikan musuh militernya di luar negeri. Hingga tak pernah terjadi baku hantam, tembak sesama teman yang nota bane yang bertikai adalah penjaga NKRI.


Lagi-lagi bisnis ilegal yang dibeckingi TNI menjadi awal permusuhan antara TNI dan Polri sebagai penegak hukum masyarakat. Aneh memang, walau gaji sudah sudah besar, namun tetap saja ada sebagian oknum TNI menjadi "herder" para cukong, mafia, pengusaha pelanggar hukum di NKRI. Sebelumnya, sering terjadi bentrok TNI vs Polri lantaran kasus serupa.  

Kali ini kabar baru bentrokan antara oknum TNI dan Polri kembali terjadi di Batam, Kepulauan Riau pada Rabu (19/11/2014). Komisi I yang mengurusi masalah pertahanan akan ikut aktif untuk bisa segera menyelesaikan masalah yang kerap terjadi di sana.

Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq mengatakan, komisinya berencana memanggil Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk membicarakan bentrok yang diwarnai aksi penembakan ke Mako Brimobda Kepri ini.

"Saya akan usulkan raker gabungan Komisi I dan III bersama Panglima TNI dan Kapolri," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini ketika dihubungi wartawan, Kamis (20/11/2014).

Mahfudz pun tidak menampik bentrokan dua aparat negara ini juga didorong adanya persaingan kepentingan pengamanan bisnis ilegal. "Ini yang harus dibongkar habis," tegas Mahfudz

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PKS ini, berulangnya kasus bentrokan menunjukkan belum adanya penyelesaian yang komprehensif hingga tuntas ke akar permasalahannya. Karenany, Mabes Polri dan TNI harus segera duduk bersama.

"Mabes Polri dan Mabes TNi harus segera duduk bersama, bahas serius, tidak sekedar pernyataan terbuka atau kesepahaman bersama," tandasnya.

Ia menambahkan, penegakan disiplin dan tegas harus dilakukan agar tidak ada upaya melindungi oknum tertentu yang terlibat dan bertanggungjawab atas kejadian serupa. Sayangnya dalam kasus tersebut, atasan lebih sering terlibat pengamanan sang cukong walau hanya dari balik layar. Anak buah dijadikan sebagai "centeng" dengan seijin atasannya yang tentu saja "jatah preman"sebagian masuk kantong oknum "Sang Komandan".

"Menurut Puspen TNI, kejadian berawal dari saling pandang, saling ejek. Namun belum sampai terjadi perkelahian. Masih menurut Puspen TNi mereka masih muda dan gampang emosi, sebab umur mereka masih 22-23 tahun. Emosi mereka masih labil, perlu ada pembinaan selain itu mereka masih baru 2- atau 3 tahun menjadi Polisi atau TNI", ujar  Mayjen Fuad Basya.

Kontak tembak antara TNI dan Brimob di Batam, Kepulauan Riau, menewaskan seorang prajurit Yonif 134 Tuah Sakti. Almarhum pun dipulangkan ke kampung halamannya di Pematang Siantar, Sumatra Utara, Rabu (20/11/2014).

Korban bernama Praka JK Marpaung. Almarhum diterbangkan dengan pesawat komersil Lion Air dari Batam menuju Bandara Kualanamu di Deli Serdang, Sumatra Utara. Namun belum ada konfirmasi resmi mengenai kematian korban.

Sekitar pukul 23.00 WIB, kemarin, Pangdam I/ Bukit Barisan Mayjen TNI Winston Simanjuntak mendatangi RSUD Embung Fatimah Batam untuk memantau korban. Tapi wartawan tak diizinkan meliput situasi di RS.

Kejadian bermula dari saling sindir antara anggota Brimob dengan prajurit. Akhirnya, kejadian meluas menjadi bentrokan fisik dan kontak tembak.


Tidak ada komentar: