Senin, 03 Desember 2012

Siksa Jenazah Seorang Kepala Kantor di Jawa Timur


Jurnalis Independen: Kisah ini adalah sebuah kisah nyata dari seorang pejabat eselon I di daerah Jawa Timur. Saat meninggal dunia, jasadnya mengalami kehancuran sebelum dikuburkan. Beberapa keanehan dan keganjilan terjadi pada saat proses pengurusan jenazah, mulai saat pemandian mayat, hingga proses pemakamannya.


Kisah ini layak untuk dibaca oleh kalangan pejabat. Ya, dari pejabat kelas bawah hingga pejabat di tingkat pusat. Sebab kebanyakkan pejabat sekarang ini tak lebih seperti para penggarong yang merampok hak rakyat serta menelantarkan rakyat dan hanya memikirkan diri, keluarga dan kroni-kroninya saja. Padahal, seseorang menjadi pejabat negara memiliki tanggung jawab besar pada rakyat.

Seperti kisah yang hendak dituturkan kembali oleh penulis.   Akibat kesalahan yang dilakukan saat menjabat sebuah instansi di Pemprof Jatim, ketika meninggal dunia jasatnya membusuk dengan cepat dan berbelatung. Dosa apakah yang dilakukan pejabat tersebut? Untuk menghindari fitnah atas nama baik keluarga almarhum, penulis merahasiakan nama, alamat, serta tahun meninggal si pejabat durhaka itu.

Ini adalah kisah nyata, Kisah ini terjadi pada saat proses penguburan seorang pejabat eselon I di sebuah kota di Jawa Timur. Nama dan alamat sengaja tidak disebutkan untuk menjaga nama baik jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Insya Allah kisah ini menjadi hikmah dan cermin untuk kita semua sebelum ajal menjemput.

Kisah ini diceritakan langsung oleh seorang modin (perawat jenazah) kepada penulis. Inilah kisah selengkapnya. Muhammad Jaelani adalah seorang aktivis keagamaan yang terlibat dalam urusan jenazah sejak 16 tahun lalu,

Berbagai pengalaman telah dilakoninya dalam penanganan soal jenazah oleh Jaelani. Sebab dalam jangka atau kurun waktu tersebut macam-macam kejadian mengurus jenazah hingga menuju ketempat peristirahatan terakhir manusia, sudah ia tangani. Tentu saja penyebab meninggal seseorang seperti meninggal lantaran penyakit, atau kecelakaan. Penyakit yang menjadi penyebab kematian seseorang ada juga yang berpenyakit jantung, darah tinggi atau pemyakit gula bahkan ada juga yang meninggal lantaran bunuh diri. Si mayit bisa saja orang masih muda, anak-anak atau bahkan kakek-kakek.

Namun, pengalaman mengelola satu jenazah seorang pejabat yang kaya dan berpengaruh ini, menyebabkan Jaelani mendapatkan pengalaman lebih 'khusus' sepanjang hidupnya. Banyak hal aneh yang ia dapatkan ketika sedang menangani jenazah orang terkenal di pemerintahan propinsi Jawa Timur itu. Selain itu inilah adalah pengalaman pertama Jaelani, juga pengalaman menyedihkan, menakutkan dan sekaligus memberikan banyak hikmah.

Sebagai modin tetap di desa, Jaelani diminta oleh anak almarhum mengurus jenazah Bapaknya. Tanpa banyak tanya Jaelani segera pergi kerumah yang cukup mewah dan terpandang di desanya. Ya, rumah itu sebenarnya jarang didatangi oleh pemilik rumah. Pemilik rumah adalah seorang pejabat di ibukota propinsi Jatim yaitu di kota Surabaya. Rumah itu hanya sebagai peristirahatan. Dan ramai penghuni menjelang hari-hari besar seperti lebatan dan tahun baru.

Hari itu hari Sabtu. Sejak malam, rumah itu ramai didatangi pengunjung yang mengantarkan jenazah, jug apelayat. Jenazah datang dari kota dengan menggunakan mobil ambulan saat tengah malam. Sedangkan saat itu Jaelani tengah pergi ke kota dan tidak mengetahui jika rumah termegah di desanya tengah mengalami kesibukan yang luar biasa.

Menjelang tengah malam ia pulang. Saat melintasi rumah mewah dengan sepeda motor butut beserta istri dan kedua anaknya ia pun dihentikan oleh seorang pamong desa. Jaelanipun berbincang sejenak. Belum usai ia berbicara dengan pamong desa itu, salah seorang anak almarhum mendatanginya dan meminta dirinya esok hari merawat jasad ayahnya.

Esok paginya Jaelani bergegas menuju rumah mewah tetangga desanya, dimana jasad seorang pejabat eselon I Pemprov Jatim disemayamkan. Ketika dirinya tiba di rumah duka, tercium oleh Jaelani bau jenazah itu sangat busuk. Bau itu sangat menusuk hidung dan membuat sis peruitnya yang baru saja sarapan pagi diaduk karenanya.

Jaelani telah banyak memandikan, mangafankan dan menguburkan banyak jenazah orang meninggal. Baik lantaran sakit atau kecelakaan. Namun bau mayat jenazah yang ia tangani tidak berbau seperti jenazah orang Pemprov ini, pikir Jaelani. Apa hendak dikata, semua ini sudah merupakan pekerjaan dan kewajibannya sebagai modin di desanya. Jaelanipun tetap melangkahkan kakinya menuju ruangan dimana jasad pejabat pemerintah itu disemayamkan. 

Ketika Jaelani berada disamping mayat almarhum, ia membuka kain penutup jasad pejabat itu. Wajah almarhum terlihat oleh Jaelani seperti mayat yang tidak mendapat nur dari Allah SWT.

Entah dari mana munculnya, tiba-tiba dua orang mantan anak didik Jaelani muncul disampingnya. Ya, selama ini Jaelani juga melatih beberapa orang menangani jenazah di desanya. Hal itu ia lakukan agar mampu membantu dirinya atau bahkan menggantikannya jika dirinya berhalangan.

Tanpa banyak tanya segera setelah persiapan memandikan jenazah telah siap, Jaelani, 2 orang muridnya mengangkat jenazah itu guna memandikannya. Namun belum sempat jasad mayat itu terangkat, tiba-tiba terlihat oleh Jaelani ratusan belatung keluar dari punggung mayat pejabat Pemprov Jatim itu.

Segera Jaelani memanggil salah seorang anak lelaki almarhum. Jaelanipun menanyakan kepada si anak untuk mengetahui perbuatan apa yang dilakukan oleh almarhum hingga mayatnya cepat membusuk seperti itu. Ya, hanya dalam waktu semalam menginap di rumah duka, jasatnya telah membusuk dengan mengeluarkan bau busuk dan belatung sedem ikian banyaknya. Kali ini belatung yang keluar dari jasad pejabat pemprov itu bukan hanya ratusan, tetapi ribuan jumlahnya dan menebarkan bau busuk tak terhingga. Anak almarhum saja sampai muntah didepan mayat bapaknya. Karena tak tahan mencium bau busuk, serta melihat ribuan belatung yang keluar dpunggung almarhum.

Saat memandikan jenazah, kembali terulang kejadian aneh. Ketujuh anak almarhum tidak ada yang mau memangku jasad bapaknya saat dimandikan oleh Jaelani.  Itu terjadi lantaran mereka jijik dengan bau busuk dan belatung yang menggerogoti mayat bapaknya yang memberinya kehidupan mewah hingga ketujuh anaknya mampu bersekolah diluar negeri semuanya. Ya, ketujuh anak almarhum bersekolah di luar negeri. Hingga Bapaknya meninggal dunia, beberapa anaknya telah lulus kuliah, bekerja bahkan menikah diluar negeri dengan orang luar negeri. Ada yang menikah dengan orang Belanda dan Amerika.

Proses pemandian jenazahpun tanpa ada ahli waris yang memangkunya. Sekali lagi dengan ihklas Jaelani beserta dua orang pembantunya beribadah memandikan jenazah. Saat mengurut perutnya untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin masih ada dilubang kotoran si mayat, tak dinyana kotoran itu ternyata justru keluar dari mulut almarhum.

“Sekedar untuk pengetahuan pembaca, saat memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dikembangkan sedikit dan perutnya harus diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran yang tersisa. Maka saya pun pijat-pijat perut almarhum. Tapi apa yang terjadi, pada hari itu sangat mengejutkan. Allah SWT berkehendak dan menunjukkan kekuasaannya karena pada hari tersebut, kotoran tidak keluar dari dubur akan tetapi melalui mulutnya. Hal itu terjadi hingga dua kali”, kata Jaelani.

Hati Jaelani berdebar-debar. Apa yang sedang terjadi di depannya ini? Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan kotoran, saya harap hal itu tidak terulang lagi karena saya mengurut perutnya untuk kali terakhir. Tiba-tiba ketentuan Allah SWT berlaku, ketika saya urut perutnya keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu adalah belatung. Padahal almarhum meninggal dunia akibat serangan jantung dan waktu kematiannya terkesan sangat cepat. Saat itu beberapa anak almarhum meyaksikan kejadian itu sebab dipanggil oleh Jaelani untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jasad ayahnya yang termasuk seorang pejabat pemerintahan saat hidupnya.

Selanjutnya, takdir Allah kembali tersingkap ketika mayat dimiringkan. Tiba-tiba keluar ulat-ulat yang masih hidup dari mulut mayat si pejabat, hampir satu baskom banyaknya. Baskom itu kira-kira lebih besar sedikit dari penutup saji meja makan.

Subhanallah suasana menjadi makin panik. Benar-benar kejadian yang luar biasa sulit diterima akal pikiran manusia biasa. Jaelani terus berdoa dan berharap tidak terjadi lagi kejadian yang lebih ganjil.

Tentu saja mereka, anak-anak si pejabat itu terkejut bukan main. Raut wajah mereka saat itu tak mampu menyembunyikan rasa malu kepada Jaelani dan dua rekannya. Untungnya, sejak pertama masuk kerumah duka dan mencium bau busuk mayat pejabat pemprov tersebut, Jaelani telah  bersepakat dengan pihak keluarga almarhum termasuk istri almarhum untuk tidak memperbolehkan orang lain selain pengurus jenazah menyaksikan prosesi pemandian hingga mengafani jenazah nantinya. Hal itu sebagai antisipasi agar tidak terjadi fitnah yang memalukan pihak keluarga almarhum.

Saat itu, Jaelani mengatakan kepada mereka, "ini adalah ujian dari Allah kepada kita", setelah pihak keluarga selaku ahli waris berkumpul mengelilingi jenazah almarhum.

Almarhum pada dasarnya seorang yang beruntung karena memiliki tujuh orang anak, semuanya laki-laki. Semuanya berada di luar negeri. Saat ayahnya meninggal dunia, keenam orang anaknya menyempatkan diri pulang dan menemani ibunya menyaksikan dan mengurus jenazah sang ayah.

Ketika semua anak almarhum masuk, Jaelani menasehati mereka. Jaelani mengingatkan bahwa tanggung jawab mengelola jenazah seharusnya ada dipundak mereka sebagai ahli waris. “Itu lebih afdol”, kata Jaelani saat itu.  “Sedangkan dirinya hanya membantu mereka saja”, jelas Jaelani kala itu.

Setelah selesai memandikan jasad itu, Jasad almarhum dimasukkan kembali ke sebuah ruangan untuk proses pengafanan. Jaelani mengambil air wudhu, sebelumnya dirinya meminta salah satu anak almarhum menyiapkan kain kafan.

Peristiwa apa pula yang terjadi setelah jenazah diangkat ke kamar dan hendak dikafani, takdir Allah jua yang menentukan. Ketika mayat ini diletakkan di atas kain kafan, ternyata kain kafan itu hanya cukup menutupi bagian atas almarhum. Sedangkan bagian kakinya, tidak tertutupi. Kain kafan itu ternyata tidak cukup menutup seluruh bagian tubuh jenazah. Sungguh aneh!

Kain kafan itu hanya cukup menutupi ujung kepala, sedangkan bagian kakinya tetap terbuka. Tidak berlebihan jika Jaelani berpikir kain kafan itu tidak mau menerima mayat almarhum si pejabat Pemprov tadi. Agar tidak berzuudhon, Jaelani berkompromi dengan pikirannya. Mungkin dirinya yang khilaf dikala memotong kain kafannya.

Lalu Jaelani kembali mengambil kain kafan, memotong, menempelkan pada jasad almarhum yang belum terkafani. Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung-menyambung, tapi apa mau dikata, itulah yang dapat Jaelani lakukan. Pada saat itu Jaelani menyempatkan berdoa kepada Allah. "Ya Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah sekedar peringatan kepada hamba-Mu ini. "

Sholat jenazahpun segera dilakukan disertai dengan taklimat oleh Jaelani. Namun usai sholat jenazah, satu lagi masalah timbul.  Jenazah tidak dapat dikirim ke tanah pekuburan karena tidak ada mobil jenazah atau mobil ambulance. Jaelanipun seghera menghubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan sebagainya, tapi susah. Semua sedang dipakai, beberapa tempat tersebut juga tidak punya mobil jenazah lebih dari satu karena kereta yang ada sedang digunakan pula. Suatu hal bukan sekedar kebetulan.

Dalam kondisi itu seorang hamba Allah muncul menawarkan bantuan. Pria itu meminta Jaelani menunggu sebentar untuk mengeluarkan van / sejenis mobil pick-up dari garasi rumahnya. Setelah mobil van itu terparkir dihalaman rumah duka, tiba-tiba istri pemilik mobil van, keluar dari rumah dan berteriak.

"Mas, saya tidak perbolehkan mobil kita ini digunakan untuk angkat jenazah itu, sebab selama hidupnya dia tidak pernah mengijinkan kita naik mobilnya".

Semua pelayat yang ada di tempat itu terhenyak, kaget dan tak habis piker. Orang sekaya almarhum mendapat perlakuan seperti itu pada saat meninggal dunia. Dosa apa yang almarhum lakukan semasa hidupnya?

Setelah itu muncul pula seorang pria menawarkan bantuannya. Pria itu mengaku dia anak murid Jaelani. Dia meminta ijin Jaelani dalam hitungan waktu 10-15 menit guna membersihkan mobilnya. Pada waktu yang ditetapkan itu, muncul mobil tersebut truk, tapi dalam kondisi basah kuyup. Mobil itu biasa digunakan mengangkut ayam dari sebuah peternakan ke pasar ayam. Apa hendak dikata, dari pada tidak ada keranda, mobil yang pantas untuk mengankut jenazah, hanya mobil truk yang ada, maka segera mayat diberangkatkan dengan menggunakan mibil truk penghangkut ayam potong.

Dalam perjalanan menuju kawasan pekuburan, Jaelani saya berpesan kepada para pelayat untuk tidak membantu memasukkan jenazah keliang lahat. Ada hal yang ditakutkan oleh Jaelani atas kejadian sebelumnya. Jaelani tidak mau para pelayat melihat peristiwa-peristiwa ganjil seperti yang dialaminya ketika memandikan dan mengafani jenazah almarhum.

Rupanya apa yang ditakutkan Jaelani terbukti. Sesampai Jenazah tiba di tanah pekuburan, Jaelani memerintahkan tiga orang anak almarhum turun ke dalam liang lahat. Sedangkan tiga lainnya mendapat bagian menurunkan jenazah ayahnya.

Saat jenazah itu menyentuh ke tanah tiba-tiba air hitam berbau busuk keluar dari celah-celah tanah. Padahal, hari itu tidak ada hujan turun sedikitpun. Tanah sekitar liang lahat yang sebelumnya kering tiba-tiba basah oleh cairan hitam entah dari mana datangnya.

Sebuah peti adalah alternative menanggulangi masalah itu. Peti matipun segera diambil guna meletakkan jenazah dan memasukkannya ke liang lahat. Dengan hati-hati kami memasukan jenazah dalam peti ke liang lahat, agar si mayat tetap pada posisinya menghadap kiblat. Setelah masuk dalam liang lahat, segera kami menimbunnya dengan tanah yang ternyata cepat sekali tanah itumenjadi lembek oleh cairan hitam yang terus membanjiri peti mati yang berisi jasad pejabat Pemprov.


“Sungguh mengherankan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu, jenazah yang ada di dalam telah tenggelam oleh air hitam yang busuk itu, kisah Jaelani.

Makam pejabat Pemprov itu tidak tertimbun tanah hingga ke permukaannya lubangnya. Tapi ia seperti kubur berlobang.

Melihat kondisi itu, Jaelani memutuskan mencukupkan proses penguburan lebih cepat. Bahkan Jaelani tidak sempat mentalkinkan si mayat. Dirinya juga mengaku hanya membacakan doa paling sederhana alias doa pendek kepada si mayat.

Sepulang dari pemakaman, Jaelani menumpulkan kembali keluarga almarhum dan bertanya kepada istri almarhum tentang kemungkinan sebab-sebab almarhum mengalami proses pemakaman yang ganjil tersebut.

Apakah almarhum pernah menzalimi orang alim?
Atau mendapat harta secara merampas, menipu dan mengambil yang bukan haknya, menyalagunakan jabatannya, seperti korupsi misalnya? Atau memakan harta masjid dan anak yatim? Atau tidak pernah mengeluarkan zakat, shodaqoh dan infaq?

Satupun pertanyaan Jaelani tidak dijawab oleh istri almarhum. Entah mengapa istri, anak-anak almarhum tidak menjawab pertanyaan Jaelani. Mungkin mereka malu mengatakannya kepada Jaelani. Tapi yang jelas, lelaki itu adalah seorang pejabat eselon I di lingkungan Pemprov Jatim. Pejabat itu meninggal dunia akibat serangan jantung. Ia meninggal dunia di dalam mobil di areal perparkiran sebuah mall di Surabaya pada saat jam kerja.

Sekedar tambahan informasi bagi pembaca, diantara ketujuh anak almarhum selain berpendidikan tinggi, kini mereka ada yang beristrikan orang Amerika, Australia dan seorang lagi istrinya adalah warga Negara Jepang.

“Harapan saya, semoga kisah ini menjadikan para pejabat tidak melakukan kesewenang-wenangan kepada masyarakat maupun kekayaannya. Sebab kekayaan pemerintah hakekatnya adalah milik rakyat. Jangan dikorupsi atau disalahgunakan. Sebab azab Tuhan itu nyata adanya. Bertobatlah wahai para pejabat, sebelum azab menghukum di dunia terlebih di akherat nanti”,kata Jaelani mengakhiri kisahnya.mnt

Tidak ada komentar: