Jurnalis Independen: Apa arti semua ini? Jendral polisi bintang tiga ini mengatakan, Mengantisipasi ancaman teroris pada menjelang Natal serta, 942 Personel dari Mabes Polri diperbantukan dalam Operasi Lilin 2012. Sementara personel yang diturunkan dari seluruh Polda di Tanah Air berjumlah 81.691 personel. Mereka terbagi atas Polda prioritas satu dan dua.
Terdapat 14 Polda yang menjadi prioritas satu, sedangkan sisanya masuk menjadi prioritas dua. Media-media Kristen dan media pelacur
ketika berusaha membuat blow up Natal yang merupakan perayaan Agama Penjajah,
tak ubahnya seperti Idul Fitri.
Natal dan Tahun Baru Masehi, yang
selalu berkaitan dan tidak bisa dilepaskan dari agama Kristen itu, sekarang
terus dikemas menjadi sebuah ritual agama bagi seluruh bangsa Indonesia.
Melibatkan seluruh kehidupan. Tanpa kecuali. Begitu gempita perayaan Natal.
Begitu luar biasa penyambutan perayaan Natal.
Bukan hanya media yang memberikan
sambutan kepada perayaan Natal. Tetapi, kantor, mall, plaza, toko, tempat
rekreasi, bahkan di jalan-jalan terpasang spanduk, poster-poster, partai-partai
politik, semua memberikan sambutan yang begitu hangat terhadap perayaan Natal.
Seakan masih ada yang kurang, kalau tidak mengucapkan selamat Natal.
Sampai liputan orang-orang pulang
kampung mudik, semuanya dikaitkan dengan perayaan Natal. Semua aktivitas yang
ada sekarang ini, semuanya dikaitkan dengan aktivitas Natal dan Tahun Baru
Masehi.
Ada usaha-usaha sistematis yang
dibangun dan mengarahkan kegiatan perayaan Natal dan Tahun Baru itu, sebagai
sebuah gerakan nasional, dan terus didorong dengan cara-cara yang sistematis
oleh media-media Kristen yang sengaja, bukan hanya melakukan sosialisasi dan
internalisasi Natal dan Tahun Baru Masehi, tetapi yang lebih penting menjadikan
agama Kristen itu, akhirnya bisa diterima oleh seluruh bangsa Indonesia. Tidak
lagi bangsa Indonesia merasa agama
Kristen itu sebagai agama yang dibawa oleh kaum penjajah.
Tetapi, tentu yang membuat kita
bertanya mengapa setiap menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru Masehi, selalu
begitu luar biasanya pengamanan yang dilakukan oleh aparat keamanan? Seakan
negeri ini tidak aman bagi orang-orang Kristen. Harus beribu-ribu polisi dan
tentara mengamankan gereja-gereja diberbagai daerah. Seakan gereja-gereja itu
akan diserang oleh orang Islam. Bahkan, pasukan tentara yang akan mengamankan
gereja di daerah Jawa Tengah, harus
latihan pengamanan yang begitu luar biasa.
Polisi dan tentara belum seakan masih
cukup mengamankan gereja-gereja yang ada. Masih ditambah pasukan pengaman dari
Ormas Islam, seperti Banser yang ditempatkan disetiap sudut gereja, ikut
melakukan pengamanan yang begitu hebat. Mengamankan gereja. Apakah benara
gereja-gereja itu dalam kondisi tidak aman?
Apakah memang masih ada ancaman yang
bersifat riil terhadap orang-orang Kristen di Indonesia sekarang ini. Atau
orang-orang Kristen sendiri, yang menciptakan suatu kondisi tidak aman, dan
mendorong aparat keamanan untuk mencurigai umat Islam. Seperti yang sekarang
dilakukan oleh Amerika Serikat yang melakukan perang terhadap terorisme secara
global, “war on terorism”, yang sejatinya hanyalah akal-akalan Amerika Serikat
yang ingin menjajah dan menguasai Dunia Islam.
Orang Islam selalu menjadi tertuduh
dan mendapatkan stigma yang buruk, dan orang-orang Kristen mendapatkan
privelige (keistimewaan), dan medapatkan perhatian dan pengamanan yang begitu
hebat, dan terus berlangsung setiap tahun, setiap Natal dan Tahun Barul.
Banding dengan Idul Fitri atau
hari-hari besar Islam lainnya. Tak ada pengamanan yang begitu massif oleh
aparat keamanan, baik kepolisian dan tentara. Semuanya berlangsug dengan damai.
Tidak ada kekawatiran dari kalangan umat Islam yang melangsungkan perayaan, termasuk Idul Fitri
dan Idul Adha. Perayaan hari-hari besar Islam semuanya membawa berkah.
Betapa setiap tahun berlangsung Idul
Fitri puluhan juta orang melangsungkan shalat di tanah lapang, tidak ada
pengamanan dari aparat negara. Puluhan juta orang mudik dari kota ke desa.
Bahkan mereka yang berada di luar negeri pun pulang kampung. Jutaan orang
mudik, ada yang menggunakan sepeda motor, tak peduli apapun yang bakal terjadi.
Mereka pergi pulang ke kampung halaman. Ini tidak ada yang mengomando. Semuanya berjalan dengan
alamiah.
Mereka yang dengan segala upaya dan
pengorbanan ingin pulang menjelang Idul Fitri atau Idul Adha itu, karena begitu
kuatnya terpateri ajaran Islam, tentang
“birrul walidain” (berbuat baik kepada dua orang tua), dan silaturrahmin, yang
sudah berlangsung berabad-abad didalam diri bangsa Indonesia. Setiap tahun
jumlah orang yang ingin melakukan “birrul walidain” dan silaturrahim itu, bukan berkurang, tetapi
semakin bertambah banyak.
Sisi lain yang sangat positif itu,
dengan Idul Fitri dan Idul Adha itu, dan tradisi pulang kampung melakukan
“birrul walidain” terjadi distribusi kekayaan yang sangat luar biasa. Triliunan
rupiah setiap tahun yang mengalir ke kampung ke desa-desa, tanpa diatur oleh
pemerintah. Semuanya itu berlangsung secara alamiah. Tidak ada mekanisme yang
mengatur terjadinya distribusi kekayaan yang begitu sangat massif, kecuali oleh
ajaran Islam.
Apalagi, disaat menjelang Idul Fitri
selalu, digaungkan tentang perlunya zakat, infaq, shadaqoh terutama bagi fakir
miskin, dan anak yatim. Semuanya lebih mendorong terjadinya distribusi kekayaan
dari orang-orang kaya kepada fakir miskin, tanpa melalui aturan yang dibuat
oleh pemerintah. Semuanya karena adanya kesadaran secara kolektif umat Islam.
Semuanya yang terjadi dikalangan umat
Islam itu, tak ada yang harus melibatkan aparat keamanan yang begitu massif. Semuanya berlangsung
dengan damai. Perayaan umat Islam tak ada yang menimbulkan kegalauan dikalangan
masyarakat. Tidak akan pernah terjadi adanya kekacauan di dalam kalangan
internal umat Islam.
Tetapi, tentu yang sangat pahit
dialami oleh umat Islam, saat berlangsung perayaan Idul Fitri, tahun 2000, umat
Islam di Ambon, yang sedang merayakan Idul Fitri diserang oleh orang-orang
Kristen, dihancurkan, dan masjid-masjid tepat ibadah milik umat Islam
dihancurkan, di coret-coret dengan tulisan yang sangat menghujat Nabi Shallahu
alaihi wassalam.
Ketika umat Islam berusaha menolong
saudara di Ambon, dan ikut melindungi mereka, dan masuk kota Ambon, justeru
yang mendapatkan fitnah umat Islam, dan kemudian mendapatkan lebel sebagai
teroris. Mereka kemudian dikejar-kejar sebagai penjahat. Padahal, mereka umat
Islam menjadi korban orang-orang Kristen, yang lebih dahulu menyerang dan
menghancurkan mereka. Inilah sebuah fakta yang tidak dapat dilupaan sepanjang
sejarah.
Sementara itu, Natal dan Tahun Baru
Masehi, penuh dengan hiburan, hura-hura, yang sangat menyesakkan. Mereka
berlibur pergi keluar negeri, dan bahkan hotel-hotel menjelang tahun penuh
dengan penghuni. Suasana hiburan yang sangat kontras dengan Idul Fitri.
Ibaratnya kalau Idul Fitri, pelacur
pun pulang kampung mengunjungi orangtuanya bersilaturahmi. Tetapi, kalau tahun
baru, pelacur bertambah banyak, memenuhi tempat-tempat maksiat, penuh dengan
berbagai kemaksiatan yang dikemas dengan hiburan. Sangat berbeda dengan Idul
Fitri, semua orang mendapatkan
manfaatnya.@mnt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar