Jumat, 21 Desember 2012

Asal Mula Terbentuknya Danau Kastoba



Jurnalis Independen: Kejadian itu sampai juga ke telinga Ratu Jin, dia menjadi sangat marah dan murka. Wajahnya memerah, pandangannya menyala-nyala, giginya gemeretup dan kedua tangannya mengepal.


Dulu, beberapa abad yang silam pulau Majeti merupakan nama Pulau Bawean Kuno. Saat bernama Majeti inilah, pulau itu di kuasai oleh Ratu Jin. Semua makhluk di daerah itu tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Jin penguasa Pulau Majeti sangat tersohor dan di segani oleh raja dan ratu jin di nusantara. Sebabnya adalah karena penguasa pulau itu memiliki sebuah pohon sakti yang mereka sebut Pohon Kastoba.

Pada suatu hari, Sang Ratu memerintahkan kedua pengawal kepercayaannya untuk memanggil seekor burung gagak jantan dan seekor burung gagak betina menghadap. Setelah kedua burung gagak itu menghadap, sang Ratu Jin berkata, "Hai Gagak! kalian akan aku beri sebuah tugas baru yang sangat berat, apakah kalian bersedia?" Kedua gagak itu menjawab dengan serempak, "Dengan senang hati Gusti Ratu!"

"Bagus! Memang, hanya kalian berdualah yang aku percaya mengemban amanat ini. Karena kalian selalu sukses melaksanakan setiap tugas meski seberat apapun." Terimakasih Gusti Ratu! Akan tetapi tugas apakah itu gerangan itu, Ratu? tanya si gagak jantan dengan penasaran. "Tapi kalian harus bersumpah dulu tidak membocorkan rahasia kerajaan ini,
sanggup?" kata si Ratu Jin. "Nyawa hamba berdua taruhannya, Gusti Ratu." Setelah menarik napas dalam-dalam, Ratu Jin memulai titahnya.

"Begini, Kerajaan kita ini sesungguhnya memiliki sebuah pohon ajaib. Pohon itu tumbuh di tengah-tengah kerajaan ini. Karena pohon ajaib itulah kerajaan kita menjadi sangat disegani oleh kerajaan- kerajaan lain." Kedua gagak itu termanggut-manggut mendengarkan paparan si Ratu Jin. "Apa nama pohon itu dan apa pula kesaktian yang di miliki pohon itu, Ratu?" Tanya si gagak betina dengan amat penasarannya, "Pohon itu bernama pohon Kastoba. Akar, batang, daun dan rantingnya berguna sebagai tumbal bencana alam dan bencana yang lain. Dan yang paling hebat adalah daunnya, sehelai saja mampu mengubati berbagai macam penyakit. Yang tidak kalah hebatnya adalah bunga pohon kastoba membuat kebal tubuh pemiliknya!" jelas si Ratu Jin panjang lebar. "Sakti betul pohon itu, Gusti Ratu!" seru kedua gagak itu.

"Tugas kalian adalah menjaga pohon itu. Jangan sampai ada makhluk asing apapun yang mengetahui kesaktian pohon itu, paham?!" tegas si Ratu Jin dengan wibawa. "Sendiko, Gusti Ratu!" jawab kedua gagak serempak.

Setelah itu, kedua gagak kepercayaan Ratu Jin pulau Majeti berangkat menjalankan tugas berat yang di embannnya. Namun mereka tidak hanya berdua, Ratu Jin memerintahkan beberapa jin pilihan untuk memperkuat pengawalan dan penjagaan pohon kastoba. Demikianlah mulai hari itu kedua gagak dan beberapa jin pilihan siang dan malam menjaga keamanan pohon kastoba. Semuanya berjalan sempurna, kecuali satu kelemahan kedua gagak adalah mereka selalu berbicara ngawur ngidul tak menentu bahkan sampai "Rahasia Kerajaan" yang seharusnya di jaga mereka jadikan bahan obrolan.

Sampailah pada suatu hari di musim kemarau panjang. Matahari bersinar dengan teriknya, udara
panas seakan hendak membakar seluruh penghuni bumi. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang kakek tua renta bertongkat berjalan tertatih-tatih mendekati tempat dimana pohon kastoba tumbuh. Dari arah dekat, kulit kakek itu keriput dan di sekujur tubuhnya penuh benjolan-benjolan kecil bernanah. Kedua matanya buta dan kepalanya putih keperakan oleh uban.

Akhirnya, kakek tua itu sampailah di bawah pohon kastoba yang sedang di jaga ketat oleh kedua gagak dan jin pengawalnya. Kakek itu akhirnya memantapkan hatinya untuk melanjutkan tapa
bratanya dibawah pohon itu, karena menurutnya tempat itu sangat tepat untuk bersemedi menunggu wangsit dari langit terkait pengobatan kedua belah matanya yang buta.

Hari telah beranjak senja saat si kakek buta akan memulai semedinya. Belum lama bersemedi,
pendengaran kakek buta yang masih cukup tajam itu menangkap suara percakan. Karena penasaran, si kakek mengerahkan seluruh kemampuan pendengarannya untuk memperjelas suara percakapan yang mengusik semedinya. Akhirnya si kakek mengetahui dengan jelas bahwa suara itu berasal dari dua burung gagak yang bertengger tidak jauh dari tempatnya bersemedi.

"Aduuh, sungguh kasihan kakek itu!" kata si Jantan. "Memangnya kenapa?" tanya si betina.
"Coba kamu perhatikan, kedua mata kakek itu buta dan aku yakin kebutaan itu telah sangat lama.
"Terus apa hubungannya dengan kita?" kata si betina. Si jantan menjelaskan, "Andai saja dia mengetahui kehebatan pohon yang sedang kita jaga ini pasti dia akan segera sembuh dari kebutaan dan semua penyakit yang menderanya saat ini".

"Ya juga sih, padahal hanya dengan sehelai daunnya saja dia dapat menyembuhkan kedua belah matanya" tambah si betina. Mendengar percakapan kedua burung gagak itu, Si kakek menjadi semakin penasaran.

Ketika si kakek sedang menimbang-nimbang kebenaran isi percakapan dua binatang itu, terdengar lagi suara percakapan kedua burung gagak itu.

"Goblok juga si kakek itu!" celetuk si betina. "Lho, kenapa lagi?" tanya si jantan. "Bertahun-tahun dia mencari obat untuk mengobati matanya yang buta, setelah sampai disini dia malah
diam saja", ujar si betina. Akhirnya si jantan menyadari bahwa mereka telah terlalu banyak bicara tentang rahasia kerajaan yang sedang menjadi amanatnya. Si jantan memperingatkan si betina untuk tidak melanjutkan percakapan dan kedua burung itu terdiam.

Sementara itu, si kakek semakin penasaran dan dia memutuskan untuk membuktikan kebenaran isi percakapan kedua burung gagak yang baru saja di dengarnya itu. Kakek buta itu berdiri dan memetik sehelai daun pohon kastoba yang berjuntai di atas kepalanya. Di teteskannyalah getah yang keluar dari gagang daun ke kedua bola matanya. Sesaat setelah itu si kakek terkesima, dia seakan tidak percaya karena kedua matanya telah dapat melihat kembali. Di ambilnya lagi beberapa helai daun untuk mengobati penyakit lain yang di deritanya selama ini.

Setelah semua penyakitnya sembuh, si kakek berterik sekeras-kerasnya,
"Wahai burung gagaaaaaaak.....?????" Tee ... rii ... maa ... kaaa ... siiiiiiiiiih....!!!". Suaranya membahana dan memecah keheningan hutan di sekelilingnya. "Aku sekarang sudah bisa melihat kembali, ini semua karena saranmuuuuuu....!" teriak kakek itu.

Mendengar teriakan si kakek, kedua burung gagak terkejut, rupanya mereka baru menyadari bahwa percakapannya telah di dengar dan di mengerti oleh si kakek.

Kejadian itu sampai juga ke telinga Ratu Jin, dia menjadi sangat marah dan murka. Wajahnya memerah, pandangannya menyala-nyala, giginya gemeretup dan kedua tangannya mengepal. Rupanya dia tidak mampu menahan amarahnya. Dalam marahnya si Ratu berpikir bahwa kerajaannya telah terancam. Karena pohon kastoba yang selama ini menjadi simbol ke kuatan dan kejayaannya sekarang rahasianya telah terbuka. Akhirnya dengan kekuatan yang luar biasa, dia cabut pohon kastoba itu dan dilemparkannya jauh-jauh. Pohon kastoba itu melayang-layang di angkasa dan akhirnya jatuh dan menghilang ke dasar laut.

Ratu Jin juga menghukum kedua burung gagak yang telah gagal mengemban tugas darinya. Kedua gagak itu di usir dari Pulau Majeti, tidak hanya keduanya yang menerima hukuman tetapi bahkan semua bangsa gagak selamanya tidak boleh bercokol dan kembali ke Pulau Majeti. Itu sebabnya mengapa sekarang ini tidak terlihat ada burung gagak di Pulau Bawean. Sedangkan bekas Pohon Kastoba yang telah di cabut itu terus menerus mengeluarkan air, sehingga akhirnya menjadi sebuah telaga atau sebuah danau. Danau yang baru ada dari bekas cabutan pohon
kastoba itu di kenal dengan sebutan.... "Danau Kastoba".@mnt

Tidak ada komentar: