Jurnalis Independen: Kejadian itu sampai juga ke telinga Ratu Jin, dia
menjadi sangat marah dan murka. Wajahnya memerah, pandangannya menyala-nyala,
giginya gemeretup dan kedua tangannya mengepal.
Dulu, beberapa
abad yang silam pulau Majeti merupakan nama Pulau Bawean Kuno. Saat bernama
Majeti inilah, pulau itu di kuasai oleh Ratu Jin. Semua makhluk di daerah itu
tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Jin penguasa Pulau Majeti sangat tersohor dan
di segani oleh raja dan ratu jin di nusantara. Sebabnya adalah karena penguasa
pulau itu memiliki sebuah pohon sakti yang mereka sebut Pohon Kastoba.
Pada suatu hari,
Sang Ratu memerintahkan kedua pengawal kepercayaannya untuk memanggil seekor burung
gagak jantan dan seekor burung gagak betina menghadap. Setelah kedua burung
gagak itu menghadap, sang Ratu Jin berkata, "Hai Gagak! kalian akan aku
beri sebuah tugas baru yang sangat berat, apakah kalian bersedia?" Kedua
gagak itu menjawab dengan serempak, "Dengan senang hati Gusti Ratu!"
"Bagus!
Memang, hanya kalian berdualah yang aku percaya mengemban amanat ini. Karena
kalian selalu sukses melaksanakan setiap tugas meski seberat apapun."
Terimakasih Gusti Ratu! Akan tetapi tugas apakah itu gerangan itu, Ratu? tanya
si gagak jantan dengan penasaran. "Tapi kalian harus bersumpah dulu tidak
membocorkan rahasia kerajaan ini,
sanggup?"
kata si Ratu Jin. "Nyawa hamba berdua taruhannya, Gusti Ratu."
Setelah menarik napas dalam-dalam, Ratu Jin memulai titahnya.
"Begini, Kerajaan
kita ini sesungguhnya memiliki sebuah pohon ajaib. Pohon itu tumbuh di tengah-tengah
kerajaan ini. Karena pohon ajaib itulah kerajaan kita menjadi sangat disegani
oleh kerajaan- kerajaan lain." Kedua gagak itu termanggut-manggut mendengarkan
paparan si Ratu Jin. "Apa nama pohon itu dan apa pula kesaktian yang di
miliki pohon itu, Ratu?" Tanya si gagak betina dengan amat penasarannya,
"Pohon itu bernama pohon Kastoba. Akar, batang, daun dan rantingnya
berguna sebagai tumbal bencana alam dan bencana yang lain. Dan yang paling
hebat adalah daunnya, sehelai saja mampu mengubati berbagai macam penyakit.
Yang tidak kalah hebatnya adalah bunga pohon kastoba membuat kebal tubuh
pemiliknya!" jelas si Ratu Jin panjang lebar. "Sakti betul pohon itu,
Gusti Ratu!" seru kedua gagak itu.
"Tugas
kalian adalah menjaga pohon itu. Jangan sampai ada makhluk asing apapun yang
mengetahui kesaktian pohon itu, paham?!" tegas si Ratu Jin dengan wibawa.
"Sendiko, Gusti Ratu!" jawab kedua gagak serempak.
Setelah itu,
kedua gagak kepercayaan Ratu Jin pulau Majeti berangkat menjalankan tugas berat
yang di embannnya. Namun mereka tidak hanya berdua, Ratu Jin memerintahkan
beberapa jin pilihan untuk memperkuat pengawalan dan penjagaan pohon kastoba.
Demikianlah mulai hari itu kedua gagak dan beberapa jin pilihan siang dan malam
menjaga keamanan pohon kastoba. Semuanya berjalan sempurna, kecuali satu
kelemahan kedua gagak adalah mereka selalu berbicara ngawur ngidul tak menentu
bahkan sampai "Rahasia Kerajaan" yang seharusnya di jaga mereka
jadikan bahan obrolan.
Sampailah pada
suatu hari di musim kemarau panjang. Matahari bersinar dengan teriknya, udara
panas seakan
hendak membakar seluruh penghuni bumi. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang
kakek tua renta bertongkat berjalan tertatih-tatih mendekati tempat dimana
pohon kastoba tumbuh. Dari arah dekat, kulit kakek itu keriput dan di sekujur
tubuhnya penuh benjolan-benjolan kecil bernanah. Kedua matanya buta dan
kepalanya putih keperakan oleh uban.
Akhirnya, kakek
tua itu sampailah di bawah pohon kastoba yang sedang di jaga ketat oleh kedua
gagak dan jin pengawalnya. Kakek itu akhirnya memantapkan hatinya untuk
melanjutkan tapa
bratanya dibawah
pohon itu, karena menurutnya tempat itu sangat tepat untuk bersemedi menunggu wangsit
dari langit terkait pengobatan kedua belah matanya yang buta.
Hari telah
beranjak senja saat si kakek buta akan memulai semedinya. Belum lama bersemedi,
pendengaran
kakek buta yang masih cukup tajam itu menangkap suara percakan. Karena
penasaran, si kakek mengerahkan seluruh kemampuan pendengarannya untuk
memperjelas suara percakapan yang mengusik semedinya. Akhirnya si kakek
mengetahui dengan jelas bahwa suara itu berasal dari dua burung gagak yang
bertengger tidak jauh dari tempatnya bersemedi.
"Aduuh,
sungguh kasihan kakek itu!" kata si Jantan. "Memangnya kenapa?"
tanya si betina.
"Coba kamu
perhatikan, kedua mata kakek itu buta dan aku yakin kebutaan itu telah sangat
lama.
"Terus apa
hubungannya dengan kita?" kata si betina. Si jantan menjelaskan, "Andai
saja dia mengetahui kehebatan pohon yang sedang kita jaga ini pasti dia akan
segera sembuh dari kebutaan dan semua penyakit yang menderanya saat ini".
"Ya juga
sih, padahal hanya dengan sehelai daunnya saja dia dapat menyembuhkan kedua
belah matanya" tambah si betina. Mendengar percakapan kedua burung gagak
itu, Si kakek menjadi semakin penasaran.
Ketika si kakek
sedang menimbang-nimbang kebenaran isi percakapan dua binatang itu, terdengar
lagi suara percakapan kedua burung gagak itu.
"Goblok
juga si kakek itu!" celetuk si betina. "Lho, kenapa lagi?" tanya
si jantan. "Bertahun-tahun dia mencari obat untuk mengobati matanya yang
buta, setelah sampai disini dia malah
diam saja",
ujar si betina. Akhirnya si jantan menyadari bahwa mereka telah terlalu banyak
bicara tentang rahasia kerajaan yang sedang menjadi amanatnya. Si jantan
memperingatkan si betina untuk tidak melanjutkan percakapan dan kedua burung
itu terdiam.
Sementara itu,
si kakek semakin penasaran dan dia memutuskan untuk membuktikan kebenaran isi percakapan
kedua burung gagak yang baru saja di dengarnya itu. Kakek buta itu berdiri dan
memetik sehelai daun pohon kastoba yang berjuntai di atas kepalanya. Di teteskannyalah
getah yang keluar dari gagang daun ke kedua bola matanya. Sesaat setelah itu si
kakek terkesima, dia seakan tidak percaya karena kedua matanya telah dapat
melihat kembali. Di ambilnya lagi beberapa helai daun untuk mengobati penyakit
lain yang di deritanya selama ini.
Setelah semua
penyakitnya sembuh, si kakek berterik sekeras-kerasnya,
"Wahai
burung gagaaaaaaak.....?????" Tee ... rii ... maa ... kaaa ...
siiiiiiiiiih....!!!". Suaranya membahana dan memecah keheningan hutan di
sekelilingnya. "Aku sekarang sudah bisa melihat kembali, ini semua karena
saranmuuuuuu....!" teriak kakek itu.
Mendengar
teriakan si kakek, kedua burung gagak terkejut, rupanya mereka baru menyadari
bahwa percakapannya telah di dengar dan di mengerti oleh si kakek.
Kejadian itu
sampai juga ke telinga Ratu Jin, dia menjadi sangat marah dan murka. Wajahnya memerah,
pandangannya menyala-nyala, giginya gemeretup dan kedua tangannya mengepal. Rupanya
dia tidak mampu menahan amarahnya. Dalam marahnya si Ratu berpikir bahwa
kerajaannya telah terancam. Karena pohon kastoba yang selama ini menjadi simbol
ke kuatan dan kejayaannya sekarang rahasianya telah terbuka. Akhirnya dengan
kekuatan yang luar biasa, dia cabut pohon kastoba itu dan dilemparkannya
jauh-jauh. Pohon kastoba itu melayang-layang di angkasa dan akhirnya jatuh dan
menghilang ke dasar laut.
Ratu Jin juga
menghukum kedua burung gagak yang telah gagal mengemban tugas darinya. Kedua
gagak itu di usir dari Pulau Majeti, tidak hanya keduanya yang menerima hukuman
tetapi bahkan semua bangsa gagak selamanya tidak boleh bercokol dan kembali ke
Pulau Majeti. Itu sebabnya mengapa sekarang ini tidak terlihat ada burung gagak
di Pulau Bawean. Sedangkan bekas Pohon Kastoba yang telah di cabut itu terus
menerus mengeluarkan air, sehingga akhirnya menjadi sebuah telaga atau sebuah
danau. Danau yang baru ada dari bekas cabutan pohon
kastoba itu di
kenal dengan sebutan.... "Danau Kastoba".@mnt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar