Jurnalis Independen: Komisi C DPRD Surabaya melakukan sidak ke sejumlah rumah pompa di Kota Surabaya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan melihat langsung kesiapan mesin pompa dan petugas pompa air saat memasuki musim penghujan.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Syaifudin Zuhri mengatakan, pihaknya ingin melihat secara langsung kesiapan rumah pompa. Dengan demikian ketika turun hujan lebat rumah pompa tidak berfungsi normal dalam mengalirkan air.
"Kondisi air menggenang dan banjir di kota Surabaya harus diantisipasi sejak dini dari rumah pompa," kata Syaifudin Zuhri, Senin (8/12/2014).
Untuk petugas rumah pompa, dikatakan Syaifudin, pihaknya berharap agar waspada saat musim penghujan. Selain itu juga terus memantau kinerja mesin saat tidak dioperasionalkan.
"Jadi ketika mesin pompa tidak dipakai, tetap dicek. Jangan sampai ketika dibutuhkan atau pas hujan ternyata mogok atau tidak berfungsi. Ini khan membahayakan," ucap Syaifudin.
Sedangkan di rumah pompa Jambangan, para legeslator mengharapkan mampu untuk mengurangi debit genangan yang terjadi ketika hujan di kawasan tersebut. Dengan begitu pemukiman yang biasanya selama ini tergenang akan bisa lepas dari gangguan genangan.
"Pompa air Jambangan khan dekat dengan Kali Surabaya. Jadi airnya bisa dilimpahkan kesana bila ada banjir di kawasan tersebut," tandas Syaifuddin.
Ditambahkan Wakil Ketua Komisi C, Camelia Habiba, dalam sidak komisinya tidak hanya melihat kesiapaan rumah pompa. Namun juga melihat kondisi saluran serta drainase utama serta saluran-saluran sekunder lainnya.
"Saluran juga tidak kalah penting. Kalau sampai saluran tertutup sampah atau tersumbat maka bisa berakibat banjir," kata Camelia.
Sedangkan anggota Komisi C DPRD Surabaya, Vinsensius Awey melihat adanya ketidak beresan dari pembangunan sejumlah rumah pompa. Seperti rumah pompa air di Dupak yang baru dua bulan dibangun dan belum diserah terimakan ke Pemkot Surabaya kondisinya mengkhawatirkan.
Dimana pompa air sudah rusak ketika dioperasikan membuang air hujan kemarin. Hal itu dikarenakan beban sampah yang ikut tersedot mesing cukup banyak sehingga merusak mesin pompa.
"Kami melihat konstruksi rumah pompa di Dupak itu konstruksinya sangat sederhana. Akibatnya tidak mampu untuk membuang air dengan debit tinggi. Ini yang kami khawatirkan pompa air tidak akan berfungsi maksimal. Dimana baru dioperasikan 2 bulan sudah rusak," kata Awey.
Anggaran untuk pembuatan rumah pompa itu sendiri, menurut Awey, cukup fantastis yakni mencapai Rp 14 miliar. Untuk itu, agar anggaran tidak sia-sia maka pihak kontraktor yg harus bertanggung jawab atas kerusakan rumah pompa air Dupak.
"Pemkot jangan mau menerima hasil kerjaan rumah pompa Dupak seperti itu. Konstruksi rumah pompa harus diganti total karena konstruksi rumah pompa yang ada saat ini tidak memenuhi syarat. Yang jelas rumah pompa Dupak tidak akan mampu berfungsi bagus dengan debit air hujan tinggi," tutur Awet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar