Kisah Miris TKI: Yang Muda Diperkosa, Yang Tua Kerja Paksa, Yang Melawan Dibunuh

Jurnalis Independen: Kasus hukuman pancung di Arab saudi yang menimpa TKW, Ruyati, sementara kasus ancaman hukuman mati Wilfrida Siok juga kita ketahui dari Malaysia. Tentu saja hal itu menyisakan sejuta kisah miris yang dialami ribuan TKW lainnya. Meskipun ada yang sukses dan bahagia bekerja disana, namun terlalu banyak duka TKW diluar negeri, khususnya di Arab Saudi yang selama ini tak banyak didengar kaum penguasa.

Paling tidak, buramnya nasib tertuang jelas dari sejumlah cerita sejumlah TKI yang ditemui di rumah pondokan Migrant Care di Jakarta Timur. Kisah Imas Tati misalnya. Wanita muda berusia 22 tahun pernah beberapa tahun merantau di tanah Arab. Bagai budak, banyak warga Arab memperlakukan TKI sebagai pelampiasan animal instict mereka.

Kisah Imas TKW Kuwait

"Mereka memuaskan nafsu seks dan nafsu membunuhnya pada kami," ungkap tenaga kerja wanita (TKW) Imas Tati (22), membuka pembicaraannya.

Imas menceritakan, dua tahun lalu perempuan asal Majalengka ini bekerja di Kuwait. Dirinya diberangkatkan oleh agen tenaga kerja asal daerahnya. Waktu itu, Negara Kuwait baru selesai mengalami perang. Karenanya sangat membutuhkan banyak tenaga kerja untuk melayani baik sektor perkantoran, maupun rumah tangga, tentu saja untuk posisi pembantu rumah tangga.

Sayangnya, nasib jelek menimpahnya, ia mendapatkan majikan yang sangat jahat dan tidak manusiawi dalam memperlakukan dirinya. Walau ia hanya seorang pembantu. Mungkin salah satu sebab psikis sang majikan yang mengalami trauma akibat negaranya dilanda perang dengan Irak.

Sejak hari pertama Imas bekerja, ia sudah mengalami terror mental dengan di omel, dihardik bahkan dipukuli. Tak hanya itu perlakuan sang majikan, ia bahkan menjadi sasaran nafsu kejahatan libido sang majikan. Selain sang majikan utama, keponakan majikan juga mencoba menghabisi keperawanannya. Untungnya Imas selalu bisa keluar dengan selamat, sebelum keperawananya yang selama I apelihara hingga selama 22 tahun usianya.

Belum tiga bulan menetap dan menjadi pembantu di rumah majikan pertamanya, Imas kabur dan mendapatkan majikannya yang kedua masih satu apartemen dengan majikan lamanya. Awalnya majikan Imas yang kedua memperlakukan drinya dengan baik. Namun perlakuan itu tak berlangsung lama hanya beberapa bulan saja.

Saat menginjak pada bulan keempat, Imas berusaha mendapatkan hari libur untuk bisa menikmati alam sekitar ia bekerja. Ia pun mengatakan niatnya kepada majikan perempuannya. Oleh majkan perempuannya, ia disuruh meminta ijin langsung kepada tuan besarnya, yaitu majikan lelaki yang menguasa rumah tangga di tempatnya ia berkerja.

Tak digaji, Tak Ada Libur bahkan Hendak Diperkosa

Hari itu, Imas tak berhasil menemui majikan prianya. Karena hari itu sang majikan pergi keluar kota. Saat esok hari Imas bertemu dengan majikan lelakinya, iapun mengutarakan maksudnya. Selain meminta ijin, Imaspun juga meminta separoh uang gajinya, selain untuk ongkos liburannya, ia juga ingin mengirimkan hasil keringatnya kepada keluarganya di kampong halamanya  di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia.

Sang majikan hanya memakai piyama, saat Imas menemuinya. Iapun tanpa basa-basi mengutarakan keinginannya pada sang majikan. Sang majikan hanya melotot seakan hendak menelanjangi tubuhnya. Perasaan Imas ternyata terbukti. Sang majikan memberikan jawaban dengan memeluk dan menarik, memaksa Imas masuk dalam kamar sang majikan. Melihat gelagat itu, Imas berontak sekuat tenaga setelah terlepas dari dekapan beringas sang majikan, ia menyambar vas bunga dan langsung dipukulkan ke kepala majikannya.

Imas berlari ke dalam kamarnya dan mengemas barang pakaiannya yang ada diluar almari. Iapun lari dari apartemen sang majikan dengan loncat melalui jendela kamarnya.

Imas mengaku, di sana, di Kuwait, dia beberapa kali lolos dari pemerkosaan majikan dan para ponakannya. Terakhir, ia berusaha lolos dari pemerkosaan dengan turun dan jatuh dari lantai tiga apartemen majikannya. Dari aksinya menolak kejahatan libodo sang majikan, Tulang punggung bagian tengah remuk, kedua tulang sendi telapak kaki patah.

Nasib Dua rekan Imas Lebih Parah

Imaspun  juga menceritakan kondisi serupa juga dialami kedua rekannya. Yaitu Dewiyanti asal Brebes, dan Muslimah asal Tegal Gubuk, Indramayu, Jawa Tengah.

Baik Muslimah maupun Dewiyanti justru menjadi santapan syahwat majikan dan keponakannya. Kedua rekannya ini, bahkan tak bisa mengelak ajakan mesum sang majikan dan keponakannya. Silih berganti Muslimah dan Dewi tak bisa mengelak ketika keponakan dan majikannya yang kemudian hari diketahui keluarga keturunan Yahudi yang tinggal di Arab Saudi, menumpahkan nafsu hewaninya.Hingga akhirnya keduanya bisa melarikan diri dengan terjun bebas dari kamarnya yang tinggi dan membuat tubuhnya banyak mengalami patah tulang.

   

Imas mengatakan, di Arab Saudi, para pembantu perempuan Indonesia diperlakukan sebagai budak. Kebanyakan perlakuan kasar dan kejam dilakukan oleh keluarga keturunan yahudi yang sangat membenci dan ingin merusak wanita muslimah dimanapun mereka memliki kesempatan.

"Dianiaya dan diperkosa berulang kali oleh majikan dan keluarganya, dijual dan diperas agen-agen penyalur pembantu rumah tangga. Itulah pengalaman saya dan sebagian besar kawan-kawan satu pekerjaan di Arab Saudi dan Kuwait," papar Imas.

Yang Tua dan Tak Cantik Diperas Tenaganya

Kisah sedih para TKW yang bekerja dibelahan dunia manapun teramcam mengalami nasib yang sama. Pelecehan seks, pemerasan baik jasmani maupun rohani dipastikan banyak dialami para TKW, terutama di kawasan Timur Tengah. Tidak semuanya mengalami nasib tragis dan miris seperti yang dikisahkan mantan TKW diatas. Namun, banyak hal sama dialami para TKW.

Rosnani (48), TKW yang duduk di samping Imas, misalnya, ternyata membenarkan hamper keseluruhan cerita Imas. Soal pekerjaan misalnya, Rosnani menuturkan jika dirinya bekerja paksa tanpa waktu istirahat yang cukup, itu pun harus dibayang-bayangi kecemasan akan sulitnya 'menagih' gaji ke majikan.

Jika dirinya aman dari perlakuan yang menjurus kepada perkosaan yang dilakukan keluarga majikan, hal itu lantaran dirinya sudah dianggap tua oleh majikannya yang kebanyakan memuja seks sebagai Tuhan.

Namun ketuaan usia Rosnani, tidak membuat majikanya yang keturunan Yahudi itu, membiarkan dirinya bekerja dengan manusiawi. Bekerja dengan manusiawi adalah bekerja dengan waktu umum, yaitu selama delapan jam dalam sehari dan mendapatkan hari libur pada Sabtu dan Minggu. Dalam kenyataannya, Rosnani harus bekerja selam 22 jam dalam sehari selama seminggu. Sementara gajipun tidak diberikan secara langsung oleh sang majikan dengan berbagai alasan.

"Kalau sudah tua seperti saya, orang-orang itu enggak doyan. Sebagai gantinya, saya diperas bekerja 22 jam setiap hari tanpa libur. Dipukuli, disekap, diludahi, dilempar ke comberan. Saya tidak tahan, akhirnya kabur pulang ke Indonesia dengan uang sendiri. Lolos dari agen juga sudah mujur," tuturnya.

Banyaknya TKW diluar negeri mendapat perlakuan buruk dari majikannya, tak membuat jera pemerintah untuk tetap melakukan import budak. Perbuatan alih-alih untuk menutupi, ketidak mampuan, kebodohan pemerintah memberikan lapangan pekerjaan bagi para wanita produktif. Bahkan untuk menutupinya, maka diciptakanlah sebutan dan gelar menarik pada para budak luar negeri ini dengan sebutan “pahlawan devisa”.

Pemerintah masih saja menutup mata dengan perlakuan yang meninpa banyak TKW seperti Imas Tati, Dewiyanti asal Brebes, dan Muslimah asal Tegal Gubuk, Indramayu, Jawa Tengah, maupun Rosnani. Bahkan pemerintah dibuat tak berdaya untuk meloloskan Ruyati dari tuntutan hukuman mati saat membela diri dari perlakuan kejam sang majikan.

Sementara, untuk kesekian kalinya pemerintah bertekuk lutut saat warga negaranya seperti        

Wilfrida Soik, TKI asal Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terancam hukuman mati setelah membunuh majikannya di Malaysia. Pemerintah sementara ini hanya mampu menunda sidang keputusan hukuman mati TKW malang itu. Wilfrida akan kembali memasuki ruang persidangan pada 17 November mendatang.

Walau Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat yakin, Wilfrida yang menurutnya menjadi korban traficking akan bebas dari vonis mati. Dia yakin kondisi usia Wilfrida yang masih di bawah umur akan menjadi salah satu faktor yang meringankan. Apalagi Wilfrida membunuh karena menyelamatkan diri dari sang majikan yang kerap menyiksanya. Sementara Wilfrida sendiri merupakan anak dibawah umur.

Jika saat persidangan sebelumnya Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto rela terbang langsung ke Malaysia demi membantu Wilfrida, lantas akankah dia datang pada persidangan TKI itu mendatang? Alih-alih membantu, melepaskan wanita-wanita seperti Ruyati maupun Wilfrida, Prabowo, maupun pejabat Negara hingga presiden sekalipun hanya mendompleng nama sekedar untuk pencitraan dan mendongkrak namanya terkait pemilihan presdiden yang sudah diambang pintu.

Selanjutnya untuk para wanita produktif dan yang sedang terbelit ekonomi, bersabarlah dan lakukan inovasi-inovasi di daerah masing-masing. Salah satu contoh mudah adalah mengajak sebanyak mungkin warga Negara menciptakan dan memperkerjakan mereka, terutama dalam bidang pertanian didaerah masing-masing dengan menjadikan industrialisasi bidang pertanian.

Dengan demikian, akan menghambat para provokator eksport budak kemancanegara denganberbagai dalih. Akhirnya akan mengurangi bahkan diharapkan akan menghilangkan sama sekali nasib-nasib tragis seperti yang menimpa Imas Tati, asal Indramayu, Dewiyanti asal Brebes, dan Muslimah asal Tegal Gubuk, Indramayu, Jawa Barat, maupun Rosnani, asal Tulungagung, Jawa Timur.@