Jurnalis Independen: Menjadi agen ganda atau mata-mata, tidaklah mudah, namun memang sangat mengasyikan dan menantang. Itulah yang dilakukan oleh seorang wanita turunan Belanda berdarah Jawa. Ia memiliki sandi H-21 yang diberikan oleh tentara Jerman saat perang dunia I berkecamuk.
Paris. Hari itu, 15 Oktober 1917,
berpakaian hitam-hitam, Mata Hari menghadapi 15 algojo tembak. Eksekusi pun
dimulai. Sebuah peluru menembus jantungnya, satu peluru lainnya lalu
ditembakkan ke telinganya, menembus batok kepala. Ia tewas dalam usia 41 tahun.
Hidup legenda mata-mata perempuan
dalam sejarah intelijen berakhir 96 tahun yang lalu. Namun, tidak dengan
kisahnya. Mata Hari akan tetap dikenang sebagai legenda, 'The Greatest Woman
Spy' -- ratunya mata-mata.
Setelah nyawa hilang dari raga,
tak ada keluarga yang mengklaim jasadnya. Tubuh Mata Hari berakhir di meja
praktek fakultas kedokteran. Sementara kepalanya disimpan di Museum Anatomi
Paris. Pada tahun 2000 diketahui bahwa kepala itu menghilang --mungkin raib
saat museum itu dipindahkan pada 1954.
Berdarah Jawa
Mata Hari lahir dengan nama
Margaretha Geertruida 'Grietje' Zelle pada 7 Agustus 1876 dari pasangan
pengusaha minyak Belanda yang sukses.
Margaretha alias Mata Hari tumbuh
sebagai remaja bertubuh tinggi, payudaranya kecil. Namun, tubuhnya eksotis
membuatnya punya daya tarik.
Rambutnya hitam dan kulitnya
coklat -- itu pengaruh darah Jawa yang mengalir di tubuhnya.
Kebangkrutan bisnis ayahnya pada
1889, mengubah kehidupannya secara drastis -- orangtuanya bercerai, ibunya
meninggal, dan dia dikeluarkan dari sekolah calon guru taman kanak-kanak karena
skandal tak senonoh dengan kepala sekolahnya.
Hidup morat-marit, saat usia 18
tahun, Margaretha menikahi seorang pegawai militer Belanda, Rudolf John
MacLeod, yang 20 tahun lebih tua.
Pernikahan itu menuntut takdirnya
ke Jawa -- negeri leluhurnya. Dia tinggal di Ambarawa, Jawa Tengah. Dia juga
pernah tinggal di Sumatera.
Di Jawa, dia menemukan dunianya
-- belajar tarian Jawa dan tak seperti nyonya-nyonya Belanda lainnya, dia gemar
memakai sarung.
Ketika berkorespondensi dengan
kawan dan kerabat, dia memakai nama alias, Mata Hari, yang berarti Sang Surya,
Matahari. Kelak nama itulah yang membuatnya populer dan dikenal dunia.
Malang, kehidupannya di tanah
jajahan jauh dari membahagiakan. Anak lelakinya tewas, dia bercerai dengan
suaminya yang gemar mabuk dan main perempuan -- sekaligus terlalu cemburu
dengan pesona yang dimiliki istrinya itu.
Menjadi Mata-mata
Takdir Margaretha menjadi
mata-mata diawali kepindahannya ke Paris, Perancis.
Setelah jadi pemain sirkus,
Margaretha banting setir jadi penari erotis. Di panggung dia memakai nama Mata
Hari.
Dengan daya tarik sensualnya,
Mata Hari menjelma jadi sosok yang dikenal. Dia punya hubungan intim dengan
pejabat militer, politisi, dan orang-orang berpengaruh, bahkan jadi 'simpanan'
putra mahkota Jerman saat itu -- koneksinya ini memungkinkan dia bepergian
melintasi batas-batas negara.
Saat jadi penari telanjang di
Berlin, Mata Hari dikabarkan direkrut agen rahasia Jerman. Beberapa penulis
biografi, misalnya, Erika Ostrovsky yakin bahwa Mata Hari pernah menjalani
pelatihan di sekolah mata-mata Jerman di Antwerp, Belgia. Oleh Jerman, dia
disebut dengan kode 'H21'.
Selain jadi mata-mata Jerman,
Mata Hari juga direkrut menjadi mata-mata Prancis. Semua yang dia lakukan demi
uang agar bisa hidup bersama kekasihnya yang asal Rusia, Vladmir Masloff.
Ketahuan
Masalah datang pada bulan Januari
1917, saat atase militer Jerman di Madrid mengirim pesan radio ke Berlin
menggambarkan kegiatan mata-mata Jerman dengan kode nama H 21. Pesan itu
disadap agen mata-mata Perancis. Dari informasi-informasi itu, diduga kuat H 21
adalah Mata Hari.
Pada 13 Februari 1917, Mata Hari
dicokok aparat Prancis. Tuduhannya, agen ganda.
"Saya tidak bersalah,"
kata Mata Hari saat diinterogasi, tegas. "Seseorang sedang mempermainkan
saya - kontra spionase Perancis. Saya sedang dalam tugas mata-mata dan saya
bertindak hanya dalam perintah itu," kata dia, seperti dimuat laman
www.mata-hari.com.
Pembelaannya mentah. Ratu erotis
itu lalu diadili dengan dakwaan menjadi mata-mata Jerman dan bertanggung jawab
atas kematian 50.000 tentara. Dia diputus bersalah.
Kisah hidup penari erotis itu
berakhir tragis, namun ia menjelma jadi legenda. Mata Hari mewakili gambaran
seorang 'femme fatale' -- perempuan penakluk kaum adam -- yang pesonanya
menuntunnya ke akhir yang tragis. @(Ein/Sss) lavanguardia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar