Jurnalis Independen: Mantan Presiden Ri B.J. Habibie
dengan PT Ragio Aviasi Industri (RAI), sebuah perusahaan industri pesawat
terbang miliknya, tengah menggodok lahir pesawat R80. Rencananya, pesawat region
ini akan menghiasai langit nusantara tahun 2016 nanti.
Sebelum mengudara, pesawat ini
harus melewati beberapa tahap pengujian dari pemerintah. Yaitu, mulai dari desain,
produksi massal hingga kemudian bisa mengudara.
Tentu saja yang melakukan pengujian nantinya
adalah Kementerian Perhubungan.
Direktur Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Muzaffar Ismail saat
ditemui di acara Presbackground, "Total regulasi kita bisa sampai 5 tahun,
kalau bisa speed up (mempercepat) sampai 3 tahun itu bagus." Muzaffar
mengatakan hal itu dalam acara Presbackground. Acara itu bertemakan Moratorium
Pemberian Izin Operasi Perusahaan Penerbangan Baru di Hotel Millenium, Jakarta,
Jumat (11/10/2013).
Saat ini PT RAI masih dalam tahap
pengembangan desain pesawat. Rencananya, pesawat itu di desain berkapasitas 80
penumpang. Setelah melalui proses desain, PT RAI diharuskan membuat prototipe
dari pesawat. Pesawat itu sendiri sudah mendapat pesanan dari maskapai
penerbangan baru Nam Air.
"Setelah buat prototype itu
ada pengujian, habis itu kita lakukan tahap pengujian yang lain. Setelah semua
memenuhi standar, baru produksi. Setelah proses itu dilalui, baru kemudian
membuat manual pengoperasiannya," paparnya.
Secara regulasi, pemerintah
memberikan waktu 5 tahun untuk menyelesaikan keseluruhan tahapan tersebut.
Alasannya, perkembangan teknologi untuk industri pesawat terbang dinilai sangat
cepat.
"Kalau dia bisa 3 tahun
bagus. 5 tahun itu barangkali ada terjadi perubahan teknologi. Tapi kalau lebih
dari 5 tahun dia akan ketinggalan teknologinya," jelas Muzaffar.
RI-Korea akan Buat Jet Tempur
Canggih, BJ Habibie: Itu Salah dan Omong Kosong
Suhendra - detikfinance
Jumat, 11/10/2013 14:11 WIB
Sebelumnya, mantan Presiden dan
Menristek BJ Habibie angkat bicara dan menyangga soal rencana pengembangan
bersama jet tempur canggih antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) yang
biasa disebut KFX/IFX.
Menurut Habibie, Korsel tak
unggul dalam bidang teknologi pesawat terbang termasuk jenis tempur, bahkan
rencana kerjasama ini kini dibekukan sementara oleh pihak Korsel.
"Itu salah. Sekarang ini
di-freeze kan? Itu omong kosong, wrong. Tapi dia nggak kasih kan?" kata
Habibie pekan lalu.
Habibie menegaskan, Korsel malah
pernah mengimpor pesawat militer CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Bahkan, Habibie bercerita soal pengalaman Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara
Chappy Hakim saat kunjungan kerja ke Korsel disuguhi pesawat VIP yang tak lain
adalah CN 235 buatan Indonesia. Saat itu, CN235 dianggap pesawat paling aman
daripada helikopter ketika cuaca buruk.
"Dari mana? Dia nggak unggul
dalam bidang itu. Commercial airplane pun kita lebih unggul. Dari mana?"
katanya.
Secara pribadi Habibie lebih
memilih mengembangkan pesawat komersial dan bermesin baling-baling daripada jet
tempur. Alasannya pesawat komersial sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara
kepulauan dan mesin baling-baling dianggap paling hemat.
"Tidak, kita hanya mau
komersial. Nggak mau tempur, ngapain," katanya.
Dalam proyek ini, rencananya
pemerintah Indonesia berkontribusi 20%, selebihnya oleh pemerintah dan BUMN
strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur
KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah
generasi F-35 buatan AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX
ini sudah di atas pesawat tempur F-16.
"Lebih baik uang itu kasih
saja sama PT DI," seru Habibie.
Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250
unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu
pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.
Lebih lanjut Habibie mengeluarkan
pemikirannya bahwa masalah mendasar yang dihadapi Indonesia saat ini dan ke
depan adalah persoalan ketidakadilan dan kemiskinan. Untuk mengatasi satu dari
dua masalah itu yaitu kemiskinan maka perlu upaya penciptaan lapangan kerja
diantaranya dari sektor industri kedirgantaraan.
Bahkan Habibie menyebutkan, nilai
tambah industri kedirgantaraan sangat luar biasa. Ia mengilustrasikan harga
satu pesawat terbang bisa setara dengan jutaan ton beras.
"Saya mikir, saya mau menang
lawan kemiskinan. Caranya kasih dong pekerjaan, kasih jam kerja. Satu kilogram
pesawat terbang penumpang harganya sama dengan 450 ton beras," jelas Habibie.
Untuk mewujudkan keinginannya
memerangi kemiskinan, pada masa lalu ia mengirim banyak putra-putra terbaik
Indonesia ke luar negeri untuk mengembangkan industri kedirgantraan di Tanah Air.
Menurutnya Indonesia tak boleh terus bergantung dengan pesawat impor dan harus
mandiri membuat pesawat penumpang di dalam negeri. “Seharusnya, kita mandiri
dalam segala hal, tidak bergantung luar negeri seperti sekarang ini”, jelas
Habibie dengan nada harap.
"Saya bilang orang-orang
yang saya bimbing dengan kasih sayang dikirim ke luar. Belajar N250 sudah
terbang, N2130 baru mau terbang. N250 sudah ETA certified, 80 persen. Tahun
2000 masuk market, assembly line di Alabama sudah ada dan di Stuttgart untuk
Eropa," katanya.
Namun krisis 1998 lalu membuat
segala rencananya kandas, waktu itu IPTN yang kini PTDI tak lagi mendapat dukungan
pendanaan dari pemerintah. Akhirnya para sumber daya manusia yang ia didik
tidak bisa kerja di dalam negeri.
"Dibubarkan. Ke mana mereka?
Boeing, Airbus, Brasil, Turki, semua," katanya.
Saat ini Habibie kembali
mengembangkan pesawat penumpang baling-baling penerus dari N250, yaitu R80
dengan kapasitas 80 penumpang. Pesawat ini kini masih dalam studi, harapannya
2016 nanti sudah bisa diproduksi massal, bahkan maskapai Sriwijaya Air sudah
memesan untuk anak usahanya NAM Air. Semoga sukses Pak Habibie, semoga sukses Nusantara
keluar dari negara pengimpor dalam segala bidang menjadi Negara pengeksport
segala macam kebutuhan Negara asing. siaga
1 komentar:
SAYA SANGAT BERSYUKUR ATAS REJEKI YANG DIBERIKAN KEPADA SAYA DAN INI TIDAK PERNAH TERBAYANKAN OLEH SAYA KALAU SAYA BISA SEPERTI INI,INI SEMUA BERKAT BANTUAN MBAH RAWA GUMPALA YANG TELAH MEMBANTU SAYA MELALUI NOMOR TOGEL DAN DANA GHAIB,KINI SAYA SUDAH BISA MELUNASI SEMUA HUTANG-HUTANG SAYA BAHKAN SAYA JUGA SUDAH BISA MEMBANGUN HOTEL BERBINTANG DI DAERAH SOLO DAN INI SEMUA ATAS BANTUAN MBAH RAWA GUMPALA,SAYA TIDAK AKAN PERNAH MELUPAKA JASA BELIAU DAN BAGI ANDA YANG INGIN DIBANTU OLEH RAWA GUMPALA MASALAH NOMOR ATAU DANA GHAIB SILAHKAN HUBUNGI SAJA BELIAU DI 085 316 106 111 SEKALI LAGI TERIMAKASIH YAA MBAH DAN PERLU ANDA KETAHUI KALAU MBAH RAWA GUMPALA HANYA MEMBANTU ORANG YANG BENAR-BANAR SERIUS,SAYA ATAS NAMA PAK JUNAIDI DARI SOLO DAN INI BENAR-BENAR KISAH NYATA DARI SAYA.BAGI YANG PUNYA RUM TERIMAKASIH ATAS TUMPANGANNYA.. DANA DANA GHAIB MBAH RAWA GUMPALA
Posting Komentar