Selama satu tahun penghasilan
orang nomor satu Telkom adalah Rp 7,53 miliar.
Jurnalis Independen Dari VIVAnews: Rencana pemerintah
menaikkan gaji pejabat negara menuai kontroversi banyak kalangan. Sejumlah
pejabat sering membandingkan gaji mereka dengan gaji direksi perusahaan milik
negara yang justru menjadi bawahan mereka.
Namun, kalangan lainnya menilai
gaji pejabat negara tak layak dibandingkan dengan gaji direksi BUMN. Sebab,
pejabat negara merupakan jabatan pengabdian kepada negara, sedangkan BUMN
berorientasi untuk mencari keuntungan.
Jika ditelusuri, tak bisa
dipungkiri gaji para direksi BUMN memang cukup mencengangkan. Misalnya, gaji
bos Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina dan Telkom. Gaji mereka jauh lebih besar
ketimbang gaji menteri yang menjadi atasan mereka, bahkan jika dibandingkan
dengan gaji presiden Republik Indonesia sekalipun.
Contohnya saja, gaji direksi PT
Telkom Indonesia. Seperti disebutkan dalam laporan keuangan Telkom tahun 2008
yang juga dipublikasikan melalui pasar modal, penghasilan direksi BUMN ini
cukup mencengangkan.
Selama satu tahun penghasilan
orang nomor satu Telkom adalah Rp 7,53 miliar. Jika dihitung rata-rata per
bulan, Rinaldi Firmansyah yang menjabat Direktur Utama Telkom akan memperoleh
penghasilan Rp 627,5 juta setiap bulannya.
Direktur yang memperoleh gaji
terbesar kedua adalah Arief Yahya, Direktur Enterprise & Wholesale Telkom
sebesar Rp 7,49 miliar.
Berikut ini perincian gaji
direksi dan komisaris perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia tersebut
seperti disebutkan dalam laporan keuangan BUMN ini.
Gaji Dewan Direksi PT Telkom
(dalam juta rupiah)
Direksi Gaji Tunjangan Asuransi Tunjangan
Lain Total
Rinaldi Firmansyah 1.800,0 3.591,4 342,9 1.795,5 7.529,6
Faisal Syam 1.620,0 2.739,2 308,6 1.591,2 6.259,7
Sudiro Asno 1.620,0 2.739,2 308,6 1.938,9 6.606,7
Ermady Dahlan 1.620,0 2.739,2 308,6 2.089,0 6.756,8
I Nyoman G 1.620,0 2.739,2 308,6 1.513,6 6.181,4
Arief Yahya 1.620,0 3.287,0 308,6 2.282,4 7.498,0
Gaji Dewan Komisaris Telkom
(dalam juta rupiah)
Komisaris Gaji Tunjangan Asuransi Tunjangan
Lain Total
Tanri Abeng 900,0 1.765,2 - 796,8 3,462,0
Arif Arryman 810,0 1.588,7 - 743,1 3.141,8
P Sartono 810,0 1.588,7 - 713,1 3.111,8
Mahmuddin Yasin 810,0 821,8 - 713,1 2.344,9
Anggito Abimanyu 405,0 1.588,7 - 405,7 2.399,4
Bobby AA Nazief 202,5 - - 304,1 506,6
+++++++
Rata-rata satu orang direksi
Mandiri membawa pulang duit Rp 6,6 miliar selama 2008.
Dirut Bank Mandiri, Agus
Martowardojo (daylife.com)
VIVAnews – Direktur Utama PT Bank
Mandiri Tbk, Agus Martowardojo enggan mengomentari soal gaji dirinya yang jauh
lebih tinggi, bahkan sampai 4 kali dibandingkan dengan gaji kotor Presiden
Republik Indonesia.
“Nanti, saya lihat dulu gaji
saya, berapa ya,” ujar Agus di Jakarta, Kamis, 29 Oktober 2009.
Dalam laporan keuangan Bank
Mandiri 2008, gaji, tunjangan, dan bonus yang diberikan kepada 12 direksi mencapai
Rp 79,35 miliar. Angka ini terdiri dari Rp 26,84 miliar gaji pokok, Rp 16,28
miliar tunjangan, dan Rp 36,23 miliar bonus. Rata-rata satu orang direksi
Mandiri membawa pulang duit Rp 6,6 miliar selama 2008.
Apakah setuju gajinya diturunkan?
Agus menjawab, “Kalau kami si
tergantung pemegang saham.”
Menurut dia, hasil rapat pemegang
umum saham menentukan besaran gaji direksi satu perusahaan. Selain itu,
pemegang saham juga melihat dari sisi pengelolaan unit bisnis. Pemegang saham
tentu akan menyesuaikan dengan tugas dan risiko bisnis. “Itu terus ditetapkan.”
Disinggung soal kesenjangan gaji
bos BUMN dengan gaji pejabat negara, Agus mengaku tidak memiliki opini soal
itu. “Kalau soal itu, Direktur sumber daya manusia yang bisa menyampaikan.”
Terkait dengan penurunan gaji
para bankir yang dilakukan oleh negara-negara anggota G-20, Agus menekankan
yang disorot di forum G-20 adalah invesment banking yang umumnya aktif bermain
di pasar finansial dengan berbagai jenis produk derivatif.
Menurut dia, di industri
perbankan terbagi dalam dua kategori, yakni core banking dan investment
banking. Kalau commercial banking termasuk dalam core banking sehingga tidak
menjadi tekanan. “Yang disorot G20 adalah bank investasi.”
Di antara total 141 badan usaha
milik negara (BUMN), direktur utama perusahaan mana yang gajinya tertinggi?
Bagaimana jika dibandingkan dengan swasta?
DI Indonesia, urusan gaji masih
sering dianggap hal yang tabu untuk dibicarakan secara blak-blakan. Banyak
perusahaan yang enggan merilis data gaji yang dibayarkan kepada para
eksekutifnya. Salah satu alasannya menghindari pembajakan eksekutif berprestasi
oleh perusahaan lain yang menjadi kompetitor.
Beruntung, sejak beberapa tahun
terakhir, ada kebiasaan bagus yang dilakukan oleh BUMN yang sudah go public
atau listing di Bursa Efek Indonesia. Setiap rapat umum pemegang saham (RUPS)
tahunan, perusahaan-perusahaan pelat merah menyertakan informasi umum tentang
remunerasi bagi direksi dan komisarisnya.
Dengan demikian, publik pun bisa
menelusuri berapa besar gaji dan bonus yang diterima oleh bos-bos BUMN besar
tersebut. Transparansi itu penting untuk menuju tata kelola perusahaan yang
baik atau good corporate governance (GCG).
Nah, seberapa besarkah remunerasi
yang diterima? Ternyata, angkanya sangat besar, mencapai ratusan juta rupiah
per bulan. Tidak salah jika dikatakan bahwa gaji para bos BUMN saat ini
selangit. Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan, perbaikan remunerasi
merupakan salah satu strategi untuk mendorong profesionalisme para eksekutif
BUMN. ”Yang terpenting, sistem remunerasi harus berbasis kinerja. Jika
kinerjanya bagus, remunerasi juga bagus. Gaji naik, ditambah bonus. Tapi jika
kinerjanya jelek, remunerasinya juga tidak akan naik,” ujarnya.
Karena itu, Sofyan mengatakan
lega karena menjelang akhir masa jabatannya sebagai Men BUMN, pihaknya berhasil
menyelesaikan peraturan menteri (permen) tentang pedoman penetapan penghasilan
direksi, komisaris,dan dewan pengawas BUMN. Permen No 2/MBU/2009 tersebut
ditetapkan akhir April lalu. ”Permen ini menjadi rambu-rambu untuk menetapkan
remunerasi pejabat BUMN,” katanya.
Menurut Sofyan, perbaikan
remunerasi diharapkan bisa sejalan dengan perbaikan kinerja BUMN. Untuk itu,
sistem remunerasi BUMN yang selama ini relatif kurang jika dibandingkan dengan
sektor swasta di bidang industri sejenis ditargetkan bisa semakin kompetitif.
”Saat ini, sudah relatif kompetitif. Contohnya, bank. Ini supaya orang yang
terbaik tetap bertahan di situ (BUMN, Red),” jelasnya.
Saat ini, di antara total 141
perusahaan pelat merah, kinerja BUMN sektor perbankan memang cukup menonjol.
Karena itu, gaji eksekutif bank pelat merah masuk dalam jajaran gaji tertinggi
di BUMN. Hingga 2009, rekor gaji tertinggi di BUMN masih dipegang oleh
eksekutif Bank RakyatIndonesia (BRI). Per 2009, Direktur Utama BRI Sofyan
Basyir membawa pulang gaji Rp 167 juta per bulan. Direktur lain mengantongi Rp
150 juta per bulan.
Selain gaji, eksekutif BRI
mengantongi bonus besar. Tahun ini, para direksi dan komisaris menerima total
bonus atau tantiem Rp 69,11 miliar. Bonus tersebut dibagi untuk 10 orang
direksi, 6 orang komisaris, dan 1 orang sekretaris dewan komisaris.
Komposisi pembagian menggunakan
skema standar 100 persen untuk direktur utama, sedangkan direksi menerima bonus
90 persen dari yang diterima direktur utama. Komisaris utama menerima bonus 40
persen dari yang diterima direktur utama. Komisaris menerima 36 persen dari
yang diterima direktur utama dan sekretaris dewan komisaris menerima bonus 15
persen dari yang diterima direktur utama.
Dengan komposisi tersebut, tahun
ini Direktur Utama BRI Sofyan Basyir mengantongi bonus Rp 6,036 miliar. Jika
ditambah dengan gaji Rp 167 juta per bulan, total gajidan bonus yang dikantongi
Sofyan mencapai Rp 8,04 miliar setahun atau setara dengan Rp 670 juta per
bulan.
Pundi-pundi duit yang dikantongi
bos BRI memang terus naik dari tahun ke tahun. Pada 2008, gaji direktur utama
Rp 150 juta dan direktur lainnya Rp 135 juta. Tahun lalu, BRI membagikan bonus atau
tantiem total Rp 39,187 miliar. Dengan angka tersebut, direktur utama
mengantongi tantiem Rp 3,422 miliar. Dengan demikian, setelah dijumlahkan
dengan gaji selamasatu tahun, total gaji dan bonus yang diterima Rp 5,222
miliar atau setara Rp 435,16 juta per bulan.
Pada 2007, gaji direktur utama
BRI Rp 123 juta per bulan dan gaji direktur lainnya Rp 112 juta per bulan. Pada
tahun itu, BRI memberikan tantiem total Rp 21,290 miliar. Sebanyak Rp 1,859
miliar di antaranya diperuntukan direktur utama. Dengan demikian, pada 2007
direktur utama mengantongi total gajidan bonus Rp 3,335 miliar atau setara Rp
277,91 juta per bulan.
Keputusan pemegang saham untuk
terus menaikkan gaji eksekutif BRI dan mengguyur bonus miliaran rupiah,
tampaknya, mengacu pada kinerja perseroan yang terus meningkat. Pada 2006, BRI
membukukan laba bersih Rp 4,257 triliun. Pencapaian itu terus naik pada 2007
dengan raihan laba bersih Rp 4,838 triliun. Pada 2008, saat turbulensi
perekonomian global menerjang paro kedua tahun lalu, manajemen BRI masihbisa
mendongkrak laba bersih hingga Rp 5,958 triliun.
Di bawah BRI, eksekutif BUMN yang
masuk jajaran bergaji tertinggi adalah Bank Mandiri. Tahun ini, Agus
Martowardojo yang menduduki kursi direktur utama mengantongi gaji Rp 166 juta
per bulan, sedangkan anggota direksi lainnya mengantongi Rp 150 juta per bulan.
Gaji bos Bank Mandiri memang
hanya tipis di bawah gaji bos BRI. Namun, untuk urusan bonus atau tantiem,
angkanya terpaut cukup jauh. Jika tahun ini direktur utama BRI mendapatkan
tantiem Rp 6,036 miliar, tantiem untuk direktur utama Bank Mandiri Rp 4,77
miliar. Meski demikian, jika dijumlah dengan total gaji, pundi-pundiyang
dikantongi Agus Martowardojo masih sangat besar, yakni Rp 6,762 miliar setahun
atau setara Rp 563,5 juta per bulan.
Sebenarnya, pada 2008, total
remunerasi yang dikantongi bos Bank Mandiri lebih besar daripada yang didapat
bos BRI. Pasalnya, tahun lalu, besaran gaji direktur utama BRI dan Bank Mandiri
sama, yakni Rp 150 juta per bulan. Demikian pula gaji anggota direksi Rp 135
juta.
Namun, tahun lalu pemegang saham
Bank Mandiri memberikan tantiem lebih besar. Jika total tantiem BRI Rp 39,187
miliar, tantiem untuk eksekutif Bank Mandiri mencapai Rp 46,06 miliar. Dengan
demikian, besaran tantiemyang diterima direktur utama pun lebih besar, yakni
mencapai Rp 3,70 miliar. Jika ditotal dengan gaji, penghasilan selama setahun
yang diterima bos Bank Mandiri pada 2008 mencapai Rp 5,50 miliar atau setara Rp
458,33 juta per bulan.
Tidak semua bos BUMN bersedia
bicara terbuka soal penghasilan yang diterima dan bagaimana membelanjakannya.
Salah seorang yang cukup terbuka adalah Direktur Utama Bank Mandiri Agus
Martowardojo.
Pria kelahiran Amsterdam, 24
Januari 1956 tersebut bicara terang-terangan saat ditanya tentang keputusan
rapat umum pemegang sahamyang menaikkan gajinya pada 2009. “Gaji saya naik dari
Rp 150 juta per bulan menjadi Rp 166 juta per bulan,” ujarnya.
Menurut Agus, kenaikan gaji itu
dinilai wajar oleh pemegang saham seiring dengan meningkatnya kinerja Bank
Mandiri sepanjang 2008. “Karena itulah, gaji direksi naik 11,06 persen,”
katanya.
Tahun lalu Bank Mandiri
membukukan laba bersih Rp 5,31 triliun atau naik 22,3 persen jika dibandingkan
dengan jumlah tahun sebelumnya, Rp 4,34 triliun. Laba 2008 tersebut merupakan
pencapaian tertinggi Bank Mandiri sepanjang sejarahnya.
Adapun Direktur Utama Bank Rakyat
Indonesia Sofyan Basyir belum bersedia bicara soal remunerasi yang diterimanya.@
Jumat,Kompas 22 Juli 2011
Gaji Ke-13 Pejabat Negara
Ainna Amalia FN
Pada 30 Juni lalu, pemerintah
mengeluarkan PP Nomor 33 Tahun 2011 tentang Gaji, Pensiun, Tunjangan Bulan
Ke-13 kepada PNS, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pensiunan.
Gaji ke-13 tahun ini menghabiskan
anggaran negara Rp 8 triliun: Rp 1 triliun dialokasikan untuk gaji ke-13 para
pejabat negara. Menurut PP No 33/2011, para pejabat negara juga kecipratan
jatah gaji ke-13. Padahal, tiap bulan mereka telah mendapat gaji beserta
tunjangan rata-rata di atas Rp 10 juta.
Lihat saja, gaji dan tunjangan
presiden per bulan Rp 62 juta; wakil presiden Rp 42 juta; menteri, jaksa agung,
panglima TNI, dan pejabat setingkat masing-masing lebih dari Rp 18 juta; ketua
DPR Rp 30 juta; serta wakil ketua DPR Rp 26 juta.
Di samping menerima gaji tinggi,
para pejabat negara juga mendapat fasilitas rumah dan mobil dinas. Mobil dinas
menteri dan pejabat tinggi lain adalah Toyota Crown Royal Saloon seharga Rp 1,3
miliar. Rumah dinas yang mereka tempati pun bernilai miliaran rupiah.
Ganti rugi cara Belanda
Ini berbeda halnya dengan gaji
dan fasilitas pejabat negara di Belanda, salah satu negara kaya di dunia yang
berpendapatan per kapita 22.570 euro (Rp 273,28 juta). Alih-alih beroleh gaji
ke-13, anggota parlemen Belanda bahkan tak menerima gaji dan fasilitas mobil.
Mereka hanya memperoleh ganti rugi transpor yang tak terlalu besar nilainya.
Banyak ditemukan anggota parlemen
berangkat ke kantor dengan trem, sejenis kendaraan umum kota mirip kereta api
tetapi bentuknya lebih kecil. Bahkan, ada yang pergi dinas dengan naik sepeda
onthel.
Negara hanya mengganti uang
transpor untuk kepentingan tugas keparlemenan 781,36 euro (Rp 9,5 juta) bagi
yang bertempat tinggal dalam radius 10-15 kilometer (km) dari kompleks parlemen
Binnenhof (Den Haag). Yang tinggal di radius 15-20 km mendapat 1.093,63 euro
(Rp 13,2 juta) dan yang bermukim di radius lebih dari 20 km menerima uang
transpor 1.562,72 euro (Rp 18,9 juta). Yang berumah dalam radius kurang dari 10
km tak masuk dalam ketentuan itu dan tak dapat apa-apa.
Sungguh amat berbeda keadaannya
dengan pejabat di Tanah Air yang berlimpah gaji dan fasilitas. Gaji tinggi dan
beragam fasilitas bagi pejabat negara itu tak sebanding dengan tingkat
kesejahteraan rakyat indonesia.
Menurut data BPS (Maret 2011), jumlah
penduduk miskin Indonesia 30,02 juta jiwa, sekitar 12,49 persen dari total
penduduk Indonesia. Warga miskin ini berpenghasilan di bawah Rp 220.000 per
bulan. Bisa dibayangkan, betapa repot mereka memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari dengan penghasilan hanya Rp 220.000 per bulan. Ini belum lagi untuk
kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan.
Melihat keadaan semacam ini,
pejabat yang merupakan pelayan masyarakat seharusnya malu jika masih mendapat
gaji ke-13. Anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk gaji ke-13 para pejabat
seharusnya dialokasikan untuk kepentingan rakyat kecil yang jauh lebih
membutuhkan.
Para pejabat seharusnya menyadari
hakikatnya sebagai pejabat: melayani rakyat. Karena rakyat yang dilayani masih
banyak yang belum hidup layak, tidak pantas bagi pejabat mendapat gaji ke-13
dari APBN/APBD yang notabene adalah hasil keringat rakyat Indonesia.
Mau dengan alasan ”tugas berat
dan tanggung jawab besar sebagai pejabat negara”? Itu adalah konsekuensi
seorang pejabat. Atau dengan alasan ”pejabat juga memiliki kebutuhan hidup
seperti masyarakat lain”? Saya kira kedua alasan itu tak pas bagi pejabat untuk
menerima gaji lebih besar lagi, sementara masih banyak warga yang susah
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mental pejabat yang rakus dan
selalu merasa kekurangan ini muncul karena sistem di negara kita mensyaratkan
modal besar untuk menjadi seorang pejabat. Otomatis ketika menjadi pejabat,
mereka berusaha mengembalikan modal yang telah mereka gunakan dengan berbagai
cara untuk mendapat jabatan.
Di samping itu, budaya feodal
telah mencetak pejabat kita bermental juragan—bergaya hidup mewah dan
glamor—sehingga berapa pun gaji dan fasilitas yang mereka terima selalu tak
cukup memenuhi kebutuhan mereka yang ”langit adalah batasnya”. Sikap mental itulah
yang telah membutakan mata hati pejabat kita. Mereka tidak peka dengan
ketidaksejahteraan rakyat.
Patut diapresiasi apa yang
dilakukan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menolak gaji ke-13. Penolakan
seperti itu juga dilakukan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie
pada tahun 2006. Menurut keduanya, gaji ke-13 hanya pantas bagi pegawai negeri
sipil golongan I dan II. Pejabat negara dengan golongan lebih dari itu tidak
layak mendapatkannya.
Jika para pejabat negara merasa
kurang dengan gaji yang telah mereka terima, persoalannya terletak bukan pada
besar atau kecilnya gaji, melainkan pada sikap mental dan gaya hidup yang
seharusnya sudah diubah. Gaya hidup yang sekarang berlebih-lebihan itu mestinya
berubah menjadi sikap hidup yang sederhana.
Belajar hidup sederhana
Perihal hidup sederhana, agaknya
pejabat negara kita perlu belajar banyak dari sosok Presiden Iran Mahmoud
Ahmadinejad. Selama menjabat sebagai presiden, dia tidak pernah mengambil
gajinya sebagai presiden. Ketika diwawancarai oleh wartawan TV FOX Amerika
Serikat, dia memberikan alasan bahwa semua kesejahteraan milik negara dan
rakyat. Ia bertugas menjaganya.
Ahmadinejad hanya mengambil
gajinya sebagai dosen di sebuah universitas, yang tak lebih dari 250 dollar AS
(Rp 2,1 juta) per bulan. Presiden Iran ini juga tidak menempati rumah dinas
yang mewah, tetapi tetap tinggal di rumah sendiri yang sederhana, warisan dari
ayahnya 40 tahun silam.
Ketika melaksanakan perjalanan
dinas, dia memilih naik pesawat terbang biasa dan duduk di kelas ekonomi.
Sungguh sebuah potret pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat
daripada kepentingan sendiri.
Para pejabat di India setali tiga
uang. Sebagaimana diceritakan Akbar Faizal (Partai Hanura) ketika DPR melakukan
kunjungan kerja di India pada Mei lalu, para menteri India sehari-hari hanya
pakai baju sederhana khas India, bukan baju mahal bermerek internasional.
Mereka lebih senang memakai produk dalam negeri ketimbang buatan luar negeri.
Setelah selesai melakukan
kunjungan ke India, anggota Komisi II DPR ini mengaku merasa malu dengan gaya
hidup pejabat di Indonesia. Malu dengan banyaknya gaji dan fasilitas yang telah
mereka terima. Sekarang tinggal kita menunggu apakah para pejabat ini akan
merasa malu menerima gaji ke-13. Apakahmereka masih memiliki kekuatan nurani
untuk menolak gaji ke-13? Kita lihat saja.@
Penulis Ainna Amalia FN Dosen IAIN Sunan
Ampel Surabaya dan Peneliti di Lembaga Penelitian Agama dan Sosial Budaya
Surabaya
1 komentar:
SAYA SANGAT BERSYUKUR ATAS REJEKI YANG DIBERIKAN KEPADA SAYA DAN INI TIDAK PERNAH TERBAYANKAN OLEH SAYA KALAU SAYA BISA SEPERTI INI,INI SEMUA BERKAT BANTUAN MBAH RAWA GUMPALA YANG TELAH MEMBANTU SAYA MELALUI NOMOR TOGEL DAN DANA GHAIB,KINI SAYA SUDAH BISA MELUNASI SEMUA HUTANG-HUTANG SAYA BAHKAN SAYA JUGA SUDAH BISA MEMBANGUN HOTEL BERBINTANG DI DAERAH SOLO DAN INI SEMUA ATAS BANTUAN MBAH RAWA GUMPALA,SAYA TIDAK AKAN PERNAH MELUPAKA JASA BELIAU DAN BAGI ANDA YANG INGIN DIBANTU OLEH RAWA GUMPALA MASALAH NOMOR ATAU DANA GHAIB SILAHKAN HUBUNGI SAJA BELIAU DI 085 316 106 111 SEKALI LAGI TERIMAKASIH YAA MBAH DAN PERLU ANDA KETAHUI KALAU MBAH RAWA GUMPALA HANYA MEMBANTU ORANG YANG BENAR-BANAR SERIUS,SAYA ATAS NAMA PAK JUNAIDI DARI SOLO DAN INI BENAR-BENAR KISAH NYATA DARI SAYA.BAGI YANG PUNYA RUM TERIMAKASIH ATAS TUMPANGANNYA.. DANA DANA GHAIB MBAH RAWA GUMPALA
Posting Komentar