Jurnalis Independen: Anas
Urbaningrum tengah duduk di kursi pembicara yang disiapkan untuknya saat
mendengar kabar Subur Budhisantoso, dijemput Badan Intelijen Negara (BIN). Dari
lokasi diskusi 'Dinasti Versus Meritokrasi Politik' yang digelar di rumah Anas
di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur itulah, kehebohan bermula.
Saat itu, Jumat 18 Oktober 2013
lalu, Anas yang kini sibuk dengan Ormas Pergerakan Perhimpunan Indonesia (PPI)
mengundang Subur sebagai salah satu pembicara dalam diskusinya. Subur bukanlah
orang yang baru dikenal Anas. Dia adalah senior yang sama-sama pernah menduduki
kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Subur yang pertama.
Jumat siang, usai salat Jumat,
akhirnya sang moderator diskusi, yakni mantan Wakil Direktur Eksekutif Partai
Demokrat Muhammad Rahmad, mengumumkan batalnya Subur sebagai pembicara karena
dijemput BIN. Isu penculikan Subur oleh BIN pun tersebar.
Nama Muhammad Rahmad langsung
jadi buah bibir. Siapa sebenarnya Rahmad? Penelusuran Liputan6.com, Rahmad
tengah mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sumatra
Barat.
"Iya, dia calon DPD
Sumbar," kata Anas Urbaningrum.
Dalam sebuah foto kampanye,
Rahmad mengaku adalah penulis pidato SBY. Dari biodata yang tercantum di situs
Komisi Pemilihan Umum (KPU), tercatat Rahmad pernah bekerja sebagai staf senior
Kedutaan Besar RI di Singapura pada 1997-2009. Setelah itu menjadi Wakil
Direktur Eksekutif DPP Partai Demokrat (2010-2012).
Setelah Anas mundur dari jabatan
Ketua Umum Demokrat karena tersangkut Hambalang, Rahmat pun mundur. Pada 8
April lalu, KPK memeriksa Rahmad sebagai saksi kasus Hambalang dengan Anas
sebagai tersangka.
Demokrat terusik
"Narasumber (diskusi) Professor
Subur, kami dikabarkan panitia, bahwa jam 09.00 WIB pagi tadi beliau dijemput
oleh staf BIN," kata Rahmad dalam diskusi. Ucapan Rahmad itu terekam dalam
video 'Pembicara Rumah Pergerakan Dijemput Staf BIN' berdurasi 3:32 menit yang
diunggah ke situs YouTube.
Sejak detik itu, Rahmad seketika
menjadi orang yang paling dicari. Berita besar itu mampu membuat partai sebesar
Demokrat terusik. Sejumlah politisi, petinggi, hingga sang ketua umum SBY
angkat bicara. Semuanya mendesak agar informasi itu segera diklarifikasi.
Rahmad juga diminta bertanggung jawab dan meminta maaf.
"Saatnya Rahmad tampil depan
publik minta maaf atas fitnah yang dilakukan. Tidak perlu bersembunyi,"
kecam Politisi Demokrat Didi Irawadi, Minggu (20/10/2013).
"Minta maaf karena Anda yang
memulai ini, menggegerkan weekend kita kemarin. Karena tidak mungkin BIN ada
kaitan dengan Partai Demokrat," ucapnya lagi.
Tak cuma partai berlambang mercy
itu, Rahmad juga membuat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Indonesia Djoko Suyanto dan Kepala BIN Mayjen (Purn) Marciano Norman
ikut-ikutan sibuk. Sang menteri bahkan meminta Rahmad menunjukkan batang
hidungnya. Sedangkan Kepala BIN harus memenuhi panggilan Presiden SBY.
"Terkait tuduhan yang tidak
benar terhadap BIN yang dilontarkan oleh moderator Saudara M Rachmad pada acara
diskusi di ormas PPI, seharusnya yang bersangkutan bersikap ksatria untuk minta
maaf dan mengakui kesalahannya, bukan malah bersembunyi," kata Djoko dalam
pernyataan singkat yang diterima Liputan6.com.
Sementara Kepala BIN Mayjen
(Purn) Marciano Norman membantah semua informasi yang dibeber Rahmad. Marciano
bahkan mengancam
akan mempolisikannya. Dia
menuntut agar sang penyebar tudingan penculikan itu untuk bertanggung jawab dan
meminta maaf kepada BIN dan Subur.
"Kita lakukan upaya hukum ke
kepolisian, bahwa pernyataan itu merugikan nama kami. Langkah hukum akan
diajukan kepada mereka yang sampaikan statement yang berkaitan dengan
pemberitaan ini," ucap Marciano, Sabtu 19 Oktober 2013.
"Di media sosial banyak ditulis
BIN lakukan penculikan. Saya menjamin, BIN melaksanakan tugas sesuai kewenangan
yang telah ditentukan. BIN adalah milik rakyat," tutur Marciano.
Jemput SBY atau ke Pontianak?
Setelah membuat heboh soal
penangkapan Subur Budhisantoso BIN selama beberapa hari belakangan, Rahmad
akhirnya menunjukkan wajahnya. Di tempat yang sama saat pertama kali
mengembuskan kabar penjemputan Subur--di kediaman Anas, Duren Sawit, Jaktim,
Rahmad membuka kembali mulutnya.
Dia membantah menyebut Subur
diculik BIN. Menurutnya Subur memang tidak dijemput staf BIN. Dia berangkat
bersama rombongan ke kantor BIN pada pukul 10.00 WIB, sesuai dengan agenda
acara di BIN.
"Saya tidak pernah katakan
Pak Subur diculik, diamankan, diciduk, dan sejenisnya," ujar Rahmad dalam
konferensi persnya, Minggu (20/10/2013).
Mengetahui Subur ada di kantor
BIN, Rahmad segera mengirim Sri Mulyono--yang bertugas menjemput Subur-- menuju
Kalibata. Sesampai di sana, Sri Mulyono langsung berkomunikasi dengan Subur via
telepon genggam. Dalam percakapan itu, Subur memberi tahu, pertemuan dengan
Kepala BIN seharusnya berlangsung pukul 10.00 WIB. Namun ditunda karena Kepala
BIN harus menjemput Presiden SBY.
"Karena itulah Pak Subur
diminta untuk menunggu sampai setelah shalat Jumat, jam 1 siang. Akhirnya
disampaikan Pak Subur tidak bisa hadir dalam dialog di PPI," ujarnya.
Namun, ada kejanggalan. Pada 18
Oktober, SBY tengah melakukan kunjungan kerja di luar Jakarta dan baru kembali
Sabtu 19 Oktober pukul 14.00 WIB dari Yogyakarta. "Hal inilah yang perlu
dijelaskan terbuka sehingga masyarakat mendapat info yang benar dan
sesungguhnya," ucap Rahmad.
Rahmad menegaskan, dirinya yang
bertugas sebagai moderator diskusi hanya menyampaikan informasi keberadaan
Subur dari panitia. Karena itu, dia menolak meminta maaf. Menurutnya, tak ada
yang salah dari pernyataannya.
"Tidak ada kata-kata saya
yang salah, yang terjadi malah saya dituding memfitnah," ucap Rahmad.
Namun anggota PPI yang bertugas
menjemput Subur, Sri Mulyono, pun turut angkat bicara. Dia meminta maaf atas
berkembangnya isu penculikan Subur oleh BIN itu. Namun ia mengaku, tidak pernah
menyebut Subur diculik atau pun dijemput paksa.
"Atas informasi yang kurang
tepat saya meminta maaf kepada Muhammad Rahmad, kepada Subur, dan pihak yang
merasa dirugikan atas perkembangan pemberitaan ini termasuk BIN," tutur
Mulyono.
Sementara Kepala BIN Marciano
Norman mengatakan keterangan yang berbeda dari Muhammad Rahmad. Kepada
Marciano, Subur Budhisantoso membantah dijemput petugas BIN. Subur mengaku,
sejak hari Jumat, 18 Oktober lalu, dirinya berada di Pontianak untuk mengikuti
kegiatan pembekalan kader Partai Demokrat.
"Saya baru saja bicara
telepon dengan Profesor Budhi (Subur). Saat ini (Sabtu) yang bersangkutan sejak
hari jumat lalu, jam 13.00 WIB berangkat ke Pontianak, dan sampai sekarang
beliau masih di Pontianak untuk keperluan kepentingan Kader partainya, Partai
Demokrat," ujar Marciano di markas besar BIN, Kalibata, Jakarta Selatan,
Sabtu 19 Oktober 2013.
Pernyataan Marciano itu pun
diamini Wakil Ketua Majelis Tinggi PD, Marzuki Alie. Jauh-jauh dari Arab Saudi,
Marzuki menyempatkan waktunya untuk mengonfirmasi kebenaran isu penculikan
Subur oleh BIN itu.
Marzukie yang sedang di Arab
Saudi pun segera mengontak Larno--ajudan Subur. Dengan sebuah pesan singkat,
Larno kemudian memberitahu keberadaan Budi saat itu.
"Sedang di Pontianak dengan
Pak Albert, anggota FPD Dapil Kalbar untuk persiapan kampanye," ujar Larno
yang disampaikan Marzuki melalui pesan singkatnya, Sabtu, 19 Oktober 2013.
(Ndy)
Sementara Kepala BIN Marciano Norman mengatakan keterangan yang berbeda dari Muhammad Rahmad. Kepada Marciano, Subur Budhisantoso membantah dijemput petugas BIN. Subur mengaku, sejak hari Jumat, 18 Oktober lalu, dirinya berada di Pontianak untuk mengikuti kegiatan pembekalan kader Partai Demokrat.
"Saya baru saja bicara telepon dengan Profesor Budhi (Subur). Saat ini (Sabtu) yang bersangkutan sejak hari jumat lalu, jam 13.00 WIB berangkat ke Pontianak, dan sampai sekarang beliau masih di Pontianak untuk keperluan kepentingan Kader partainya, Partai Demokrat," ujar Marciano di markas besar BIN, Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu 19 Oktober 2013.
Pernyataan Marciano itu pun diamini Wakil Ketua Majelis Tinggi PD, Marzuki Alie. Jauh-jauh dari Arab Saudi, Marzuki menyempatkan waktunya untuk mengonfirmasi kebenaran isu penculikan Subur oleh BINitu.
Marzukie yang sedang di Arab Saudi pun segera mengontak Larno--ajudan Subur. Dengan sebuah pesan singkat, Larno kemudian memberitahu keberadaan Budi saat itu.
"Sedang di Pontianak dengan Pak Albert, anggota FPD Dapil Kalbar untuk persiapan kampanye," ujar Larno yang disampaikan Marzuki melalui pesan singkatnya, Sabtu, 19 Oktober 2013. (Ndy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar