Jurnalis Independen: Aceh, terutama Paskah Tsunami,
seakan berubah menjadi lahan menancapkan slogan, atribut dan segala macam yang
berbau Yahudi. Kini ternyata, Yahudiisasi, tengah berlangsung begitu hebat di
Serambi Mekkah.
Pernahkah kita mempertanyakan tentang
jejak Yahudi di Serambi Mekkah, Aceh? Kalau belum silahkan pertanyakan segera!
Atau pernahkah anda memperhatikan simbol-simbol bangunan, baju, topi, tas,
film-film yang beredar ataupun bentuk bangunan-bangunan di Aceh, seperti
hotel-hotel? Kalau belum, coba perhatikan. Dan… apa yang telah anda dapatkan?
Ternyata begitu banyak
simbol-simbol ataupun gambar-gambar benda-benda diatas yang membentuk
simbol-simbol Yahudi. Sebut saja logo Bintang David dan Mata Horus atau The All
Seeing Eye. Sekurang-kurangnya ada dua gedung yang memakai simbol ini, yakni,
Hermes Palace’s Hotel dan Aceh Eye Center. Dan pada produk pakaian yang beredar
di Aceh antara lain pada produk ProShop, baik logonya yang bergambar kepala
Setan (yang biasanya dijadikan simbol musik rock metal) maupun gambar-gambar
grafisnya yang ada pada t-shirtnya maupun topinya. Gambar-gambar tengkorak
organisasi ekslusif Kabbalah di Universitas Yale, Skull n Bones dengan sangat
mudah kita dapatkan menempel di baju maupun tas kawula muda Aceh. Belum lagi
simbol-simbol LSM-LSM ataupun NGO-NGO asing yang pernah membantu proses
rehab-rekon pasca musibah internasional tsunami di Aceh tahun 2004 lalu.
Bahkan ada mesjid yang mendirikan
tiang-tiang bendera maupun menara-menara di depannya. Meskipun pemasangannya
agak miring ke kiri. Lantas untuk apa tiang-tiang ini? Untuk memasang
bendera-kah? Tapi kalau kita perhatikan, tiang-tiang bendera ini jarang dipakai
bahkan tak pernah. Seperti yang penulis lihat di kampung halaman penulis.
Seperti yang penulis ketahui, simbol pendirian tiang-tiang maupun menara di
tengah-tengah atau di depan sebuah bangunan yang diagungkan
(dihormati/dibanggakan) adalah kepercayaan Paganisme (penyembahan terhadap
dewa-dewi). Amerika Serikat (AS) dan Vatikan contohnya. AS mendirikan Monumen
Washington tepat di depan Gedung Putih, gedung pemerintahan AS atau disebut
juga “Oval Office.” Sedangkan di Vatikan tepat di depan Gedung Khatolik Roma
itu sendiri. Tiang maupun menara ini adalah pencitraan terhadap Phalus atau
Obelisk, yang tak lain tak bukan adalah kelamin (maaf) pria, yang juga begitu
diagungkan oleh ajaran ini.
Untuk logo pada simbol-simbol
LSM-LSM ataupun NGO-NGO asing bisa kita lihat pertamakali pada logo Uni Eropa,
yakni lingkaran bintang pada organisasi tersebut yang sebenarnya adalah simbol
cincin Saturnus, yakni dewa yang mereka agungkan. Pemasangan cincin ataupun
tukar cincin pada prosesi pernikahan maupun pertunangan yang tak tertutup
kemungkinan dilakukan di Aceh ini juga mengagungkan Saturnus. Lalu, logo UNDP.
Perhatikan logo PBB di atas tulisan UNDP. Jika kita perhatikan ada 33 seksi
pada bagian dalam logo PBB. 33 sendiri adalah angka yang paling disukai oleh
organisasi Kabbalah, semacam Freemasonry. Logo Aceh Peace Resource Center
(APRC) juga bersimbol cincin Saturnus.
Seorang teman pernah mengatakan
apalah arti sebuah simbol sehingga harus kita, umat Islam, harus
mempermasalahkannya. Menurutnya masih banyak hal lain yang mesti dikaji. Dari buku
“54 Cara Hancurkan Israel” dijelaskan kalau ternyata peran simbol-simbol Zionis
Israel ini juga penting bagi kelangsungan hidup negeri penjajah itu. Karena ini
adalah salah satu bagian dari alat propaganda mereka. Singkatnya, dengan
memakai simbol-simbol Zionis Israel tersebut baik pada tas, topi, pakaian, dan
lain sebagainya, maka, kita secara tidak langsung telah mendukung eksistensi
negara teroris itu di Palestina dan juga secara tidak langsung kita, umat
Islam, telah menyiratkan rasa bangga memakai simbol-simbol negara teroris
pembunuh bayi-bayi Palestina tersebut.
Apalagi selanjutnya?
Organisasi charitas Zionis Yahudi
seperti Lion Club dan Rotary Club juga pernah “bergentayangan” di bumi Aceh.
Dari beberapa literatur disebutkan bahwa kedua organisasi ini adalah milik
Freemasonry.
Menurut almarhum ZA Maulani, yang
sempat menjabat Kabakin Intelijen Indonesia ini, Rotary Club merupakan
organisasi charitas ekslusif. “Disebut eksklusif, karena charter Rotary Club
secara eksplisit membatasi jumlah anggotanya sesuai dengan jumlah bidang bisnis
dan profesi yang ada pada masyarakat setempat. Rotary Club mengadakan konvensi
tahunan yang laporan anualnya menjadi bahan masukan untuk bahan pengembangan
strategi bagi gerakan Freemasonry Internasional.” Tentu saja pernyataan ini
bisa dijadikan landasan persamaan terhadap kegiatan Lion Club. Jika masih belum
percaya silahkan baca buku karangan Muhammad Fahim Amin berjudul “Rahasia
Gerakan Freemasonry dan Rotary Club,” yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar.
Untuk film yang beredar di Aceh
pun banyak yang memakai simbol-simbol Pagan ini di dalam filmya. Utamanya
film-film kartun yang beredar di kios-kios VCD di Aceh. Lihat saja film kartun
Death Note, yang bercerita tentang ambisi Light Yagami yang ingin menjadi the
god of the new world (tuhan dari dunia baru), sebuah keinginan yang ingin
dicapai oleh Bush dan konco-konconya yang kini dilanjutkan oleh Obama dan
organisasi Pagan-Kabbalah seperti Freemason, Illuminati maupun Zionisme.
Kemudian, film kartun Ragnarok: The Animation. Film kartun produksi Jepang ini
juga sarat memakai istilah-istilah ajaran Pagan-Kabbalah yang kini sudah
bersemi baik di AS maupun Eropa juga Asia. Simbol dewa Horus bisa kita
perhatikan pada brosnya salah satu karakter kartun ini bernama Yuufa.
Film-film produksi Disney’s juga
memakai simbol-simbol ajaran penyembah Lucifer ini pada setiap filmnya. Seperti
diketahui, Disney’s sendiri adalah milik Zionis-Yahudi, yakni gembong para
pengusung ideologi Pagan-Kabbalah. Walt Disney sendiri yakni pendiri Walt
Disney’s Company adalah seorang Freemason derajat 33. Film-film produksi
Disney’s ini sangat berbahaya di tonton oleh anak-anak karena mengajak mereka
menyelesaikan setiap persoalan dengan sihir.
Salah satu majalah yang
dikeluarkan oleh Disney’s adalah Witch Magazine. Majalah remaja yang mempunyai
oplah yang cukup besar ini sekurang-kurangnya telah diterjemahkan ke dalam 20
bahasa. Untuk mengelabui pembacanya, Disney’s memberikan titik pada setiap hurufnya
menjadi W.i.t.c.h. dan di setiap titiknya dimasukkan lima simbol Zionis-Yahudi,
yakni Mata Horus, Segitiga Illuminati, Circle with a Dot (Lingkaran dengan
titik ditengahnya, yakni melambangkan wanita), lalu simbol zodiak Pisces dan
satunya lagi masih membingungkan penulis. Dan salah satu karakternya
diceritakan berumur 13 tahun (sebuah angka yang menunjukkan ketigabelas suku
bangsa Yahudi).
Simbol-simbol seperti ini juga
muncul di drama anak—kalau tak salah penulis—di produksi oleh BBC, berjudul Teletubbies,
yang juga sempat beredar di Aceh dalam bentuk VCD. Pada awal filmnya, coba
perhatikan, pasti selalu diawali oleh terbitnya matahari berwajah bayi manusia.
Matahari berwajah manusia ini adalah simbol Dewa Matahari bernama Ra, yang
perayaan penyembahannya diadakan setiap tanggal 25 Januari. Setiap tokohnya
sendiri juga memakai simbol-simbol ajaran pagan Yahudi ini diatas setiap kepala
mereka. Sebut saja Tinki Winki yang memakai simbol piramida Illuminati yang
terbalik, Dipsi memakai simbol kejantanan, yakni Phalus, Lala memakai simbol
ikan Pisces dan Po memakai simbol kewanitaan, yakni Circle with a Dot. Logo
Teletubbies adalah Mata Horus, yakni mata satu, matanya Lucifer (Dajjal) dan
tulisan T-E-L-E-T-U-B-B-I-E-S sendiri berjumlah sebelas, salah satu angka
favorit Kabbalah. Jika 11 dikali 2 maka akan diperoleh angka 22 dan jika dikali
3 akan diperoleh angka 33. Lagi-lagi angka favorit mereka! Jika kita jeli, maka
simbol-simbol dan angka ajaran pagan Yahudi ini begitu banyak bertebaran di
Bumi Seramoe Mekkah ini.
Meskipun di Aceh Majalah
W.i.t.c.h. ini belum terbit, tapi ada satu produk majalah Disney’s yang terbit
di Aceh yakni Album Donal Bebek yang diterbitkan oleh Kompas-Gramedia. Di album
ini, ada satu kisah tentang seorang penyihir tua bernama Madam Mikmak yang
selalu dapat menyelesaikan setiap persoalan lingkungannya dengan sihir. Selain
itu ada lagi satu karakter lainnya yang selalu disandingkan dengan Paman Gober.
Yaitu Mimi Hitam. Dalam salah satu kisahnya, demi menghilangkan kutukan sial dari
sebuah batu rubi, Donal mengontak Mimi Hitam untuk menghilangkan kutukan
tersebut. Mimi Hitam sendiri adalah seorang dukun yang ingin memiliki koin
keberuntungan milik Paman Gober. Perilaku ini lazim terjadi pada sebahagian
masyarakat Indonesia yang percaya mitos dan pergi ke dukun untuk minta
pertolongan keselamatan. Ini sungguh merusak aqidah!
Semoga saja masyarakat Aceh
menyadari bahaya perusakan aqidah oleh Yahudi tersebut. Bagi yang ingin tahu
lebih jelas lagi silahkan baca tulisan berjudul “Mickey Mouse Leading Kids to
Hell” di situs Illuminati-news.com atau baca artikel berjudul “The Skill of
Lying, the Art of Deceid: the Disney Bloodline” di situs
Theforbiddenknowledge.com.
Kehadiran Yahudi di Aceh di mulai
ketika kapal Vereenigde Oostindsche Company (VOC) merapat di dermaga Aceh.
Setidaknya inilah sedikit keterangan yang bisa dijadikan patokan terhadap
kehadiran mereka di Aceh. (Sebagai catatan, Indonesia memiliki untaian pulau
kurang lebih dari 13000 pulau dan Indonesia memiliki 33 propinsi. Di dalam
ajaran Pagan Yahudi, Kabbalah sendiri, angka 13 dan 33 memiliki arti yang
sangat spesial).
Setelah menjejaki kakinya di
Aceh, orang-orang Yahudi ini pun mulai mendirikan sebuah Lodge (Loji)
Freemasonry bernama Loji Prins Frederick yang kini menjadi sebuah sekolah
menengah atas SMAN 1 Banda Aceh. Menurut Dr Th Steven (1994), gedung loji
Vritmeselarij itu telah digunakan sejak tahun 1878. Selain bukti kedatangan VOC
di atas, bukti lain yang juga dapat menguatkan penelusuran ini adalah perkataan
orangtua Aceh dulu, “Otakmu seperti Yahudi.” Bukti lainnya adalah adanya batu
nisan yang ditulis dengan bahasa Ibrani dan gambar Bintang David, seperti
simbol bendera Israel di batu nisan tersebut. Tabloid Kontras pernah dalam
sebuah kesempatan menelusuri isu ini. Menurut informasi dari tabloid tersebut,
lokasi batu nisan di atas dapat dilihat di dalam komplek pemakaman Belanda,
Kerkouf.
Lantas adakah kota di Kutaraja
ini yang dijadikan basis mereka? Untuk saat ini penulis masih belum banyak
menemukan bukti mengenai hal itu. Tapi, ada satu daerah yang sempat dijadikan
oleh orang Belanda sebagai perkebunannya. Daerah itu adalah Blower. Dahulu,
masyarakat Aceh mengenalnya dengan nama Bulchover, yaitu nama pemilik
perkebunan ini yang tak lain tak bukan adalah seorang berkebangsaan Belanda.
Dan tak tertutup kemungkinan kalau Bulchover ini adalah beragama Yahudi. Lambat
laun nama ini berubah menjadi Blower. Pemaparan lengkap tentang asal mula kota
Blower ini silahkan baca di Tabloid Kontras bertema “Jejak Yahudi di Aceh.”
Selain bukti-bukti di atas, adakah bukti-bukti lain?
Kantor Berita Antara pada tanggal
12 September 2007 lalu sempat menurunkan laporan tentang niat seorang pengusaha
Yahudi bernama George Soros yang ingin berinvestasi di Aceh dengan menggarap
20000 hektar perkebunan kelapa sawit. Informasi ini sendiri berasal dari
Gubernur Irwandi Yusuf yang saat itu berada di New York, Amerika Serikat (AS).
Berita ini langsung ditanggapi oleh media massa di Aceh maupun Nasional. Namun,
entah karena banyaknya penolakan dari masyarakat Indonesia, pialang Yahudi yang
sempat membuat perekonomian negara-negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia)
ini menjadi morat-marit tertimpa krisis finansial pada 1997 inipun akhirnya
membatalkan niatnya tersebut.
Di dalam pemerintahan Gubernur
Irwandi Yusuf sendiri hadir orang Asing yang menjadi penasehatnya. Sebut saja
LeRoy Hollenbeck. Pria asal Amerika Serikat (AS) ini telah lama hadir di dalam
Pemerintahan Aceh, semenjak Pj Gubernur Azwar Abu Bakar. LeRoy awalnya bekerja
di BRR NAD-Nias kemudian diperbantukan di Pemda Aceh (Modus Aceh, Februari
2008). Masih menurut sumber yang sama, LeRoy juga diduga agen intelijen AS, CIA
(Central Intelijen Agency) untuk Aceh. Selain LeRoy, tercatat ada tiga lainnya
yang bersama Gubernur Irwandi. Seperti Reenata Korber (warga Austria), William
Ozkaptan yang bertindak sebagai Koordinator Badan Narasumber Damai Aceh atau
Aceh Peace Resource Center (APRC). Ia juga warga AS. Yang membuat aneh adalah
hadirnya seorang pria asal Australia bernama Dr Damien Kingsbury. Track
record-nya jelas, dosen senior pada Deakin University ini juga ikut terlibat
dalam memerdekakan Timor Timur (kini Timor Leste) dari Indonesia pada 1999,
silam. Ia pun sempat dideportasi oleh pihak imigrasi lantaran masuk ke Aceh
lewat jalur ilegal pada November 2007 lalu. Melihat track record-nya dalam
memerdekakan Timor Timur, bisa jadi ia punya misi pertolongan yang sama
terhadap Aceh.
Tanggal 27 Maret 2008, Tabloid
Intelijen menurunkan sebuah laporannya tentang sebuah operasi intelijen internasional
bernama Hawk Eye. Hubungannya dengan Aceh adalah operasi ini bakal digelar
disini yang berbasis di Pulau Weh, Sabang. Digunakannya Sabang sebagai basis
mereka antara lain, karena Sabang memiliki pelabuhan yang akan digunakan
sebagai Pelabuhan Bebas. Operasi ini sendiri dikabarkan bakal melibatkan Badan
Intelijen Israel Mossad, CIA, M11, dan Scotland Yard. Salinan agak lengkap
tentang mengapa operasi ini harus dilakukan di Sabang adalah sebagai berikut:
“…Mereka mengincar Pelabuhan
Sabang karena Pemerintah Filipina menutup pangkalan militer AS, Clark and
Subic. Ditambah lagi semakin meningkatnya perdagangan di Pelabuhan Benghazi,
Libya. Oleh pihak Rusia, pelabuhan ini dipakai sebagai tempat menyuplai
persenjataan ke beberapa negara di Timur Tengah. Dalam kondisi ini, Hawk Eye
berada di Bhosporus, Turki. Posisi ini sangat timpang karena kontrol komando
yang sangat panjang antara Washington-Brussel-Colon-Sisilia-Diego
Garcia-Leghorn, Irlandia. Hal ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi, karena
membutuhkan teknologi satelit dengan menggunakan metode digital pada jaringan
yang sangat panjang dan lebar.”
Terlebih lagi, lanjut Intelijen,
operasional rutin armada tanpa pangkalan yang permanen membutuhkan biaya yang
sangat tinggi dan penuh resiko. “CIA, Mossad, M11, dan Scotland Yard berusaha
merancang titik-titik Hawk Eye pada gerbang lintasan antarbenua. Pihak CIA dan
kawan-kawan menaruh harapan pada Perancis di Terusan Suez, tapi alternatif ini
membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Mereka pun berupaya membuka titik pos di
Sasebo, tapi terhalang Vladivostok dan Shakalin milik Rusia. Di Pos Diego
Garcia mereka juga terhalang oleh Teluk Andaman dan Nikobar. Maka harus ada
titik lain pada gerbang Samudera Hindia dan Selat Malaka sebagai tempat lalu
lintas ekonomi AS dan Eropa. Tidak ada alternatif lain kecuali menjadikan
Pelabuhan Sabang sebagai jaringan Hawk Eye,” tutup tabloid yang kini telah
menjadi majalah ini menyudahi penelusurannya.
Dari sumber yang penulis temukan
menyebutkan bahwa pengelolaan Pelabuhan Bebas Sabang ini dipegang oleh Dublin
Port Company (DPC). Izin yang dikantongi oleh perusahaan asal Irlandia ini bisa
saja dijadikan alasan untuk berkomplot melaksanakan operasi ini dengan keempat
badan intelijen asing tersebut. Selain itu, perjanjian DPC dengan Pemerintah
Sabang ini dinilai dapat merugikan Sabang dan Indonesia, khususnya. Apalagi
jika diperhatikan, kata Intelijen, dari berbagai informasi disebutkan bahwa
pihak Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) kurang berpengalaman dalam tata laksana
pelayaran interkotinental sehingga sangat mudah jika pihak Asing bisa dengan
mudah bermain dan tentu saja merugikan kita, Aceh dan nasional.
Apalagi yang membuka kembali
Pelabuhan Bebas Sabang ini adalah mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau biasa
dipanggil Gus Dur. Seperti yang kita ketahui, Gus Dur adalah orang yang ingin
membuka hubungan perdagangan dengan negara Zionis Israel dan bersahabat dengan
negeri yang telah membantai ribuan muslim Palestina itu. Sebagai catatan, pada
Mei 2008, Gus Dur mendapatkan Medali Kehormatan (Medal of Valor) karena telah
membela Zionisme dengan keterbukaan walaupun ia beragama Islam, yang langsung
diberikan oleh Rabi Mervin Hier.
Lewat Menteri Perindustrian dan
Perdagangannya kala itu, Luhut Binsar Panjaitan, Gus Dur telah mensahkan Surat
Keputusan Menperindag No. 23/MPP/01/2001 tertanggal 10 Januari 2001, yang tentu
saja melegalkan hubungan dagang dengan negeri teroris itu. Gus Dur sendiri saat
masih memimpin negeri ini sempat berkata, permasalahan ini tak perlu dilihat
dari unsur agamanya, tapi lihatlah dari kepentingan nasionalnya. Inilah salinan
dari surat keputusan yang diterbitkan secara diam-diam dan tak jelas nasibnya
sampai saat ini:
Perihal: Surat Keterangan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia No. 23/MPP/01/2001 tanggal 10 Januari 2001 tentang Pencabutan Surat
Keputusan Menteri Perdagangan No. 102/SK/VIII/1967 tentang Pelaksanaan
Peraturan-peraturan dibidang Kebijakan Ekspor dan Pemasaran Barang-barang
produksi Indonesia.
Perlu disampaikan bahwa saat ini
tidak ada lagi hambatan atau larangan secara hukum untuk perusahaan Indonesia
melakukan dagang dengan perusahaan Israel dan sebaliknya.
Aceh sendiri termasuk provinsi di
Indonesia yang paling kaya akan sumberdaya alamnya. Dan AS sendiri adalah
negara yang langsung tanggap memberi pertolongan kepada Aceh saat negeri ini
disapu gelombang tsunami. Dan, AS sendiri adalah negara yang paling berdarah
tangannya dalam menyerang negeri muslim, seperti Irak, Afghanistan dan
Palestina alias memegang predikat sebagai negara kolonialis dan imperialis
(penjajah) nomor wahid! Dalam setiap pertolongannya, negeri dua wajah seperti
AS dan juga negeri-negeri penjajah lainnya selalu disertai dengan misi lain,
yakni menguasai sumberdaya sebuah negeri calon jajahannya tersebut. Kasus Irak
bisa kita ambil contoh. Misi sebenarnya AS menyerang Irak, seperti diketahui
oleh masyarakat dunia, bukanlah senjata pemusnah massal, tapi adalah minyak.
Apakah hal ini juga berlaku untuk Aceh, khususnya dan Indonesia, umumnya? Bisa
jadi, karena bagi Barat tak ada yang namanya makan siang yang gratis! (No free
lunch!).
Meskipun hal ini dibantah oleh
pihak militer AS dan pemerintah Indonesia, namun ada kabar yang beredar kalau
sebenarnya AS ingin membangun pangkalan militernya di Sabang. Sabang sendiri
adalah sebuah pulau yang sangat strategis bagi perdagangan. Terbukti ketika
Belanda (VOC) masih berkuasa di Aceh, negara tersebut ketika menguasai Aceh,
sempat membangun pelabuhannya disitu sebagai jalur perdagangannya. Kata
“Balohan” yang kini menjadi nama salah satu kota di Sabang, juga diduga kuat
berasal dari ucapan orang Belanda kepada kata Pelabuhan di Sabang.
Selain itu dari penuturan mantan
pejabat tinggi intelijen Indonesia yang dirahasiakan namanya oleh Herry Nurdi,
yang kini menjabat Pemimpin Redaksi majalah Islam Sabili ini mengatakan bahwa
AS sejak awal telah menyiapkan proyek Balkanisasi atau memecahbelah Indonesia
dengan cara mempersenjatai dan menghidupkan lagi perlawanan separatisme di
Aceh. Ini adalah proyek pertama dan akan menyusul proyek lainnya di beberapa
daerah di negeri ini, seperti di Ambon, Maluku Utara, Papua dan Riau. Malah,
konon, jauh-jauh hari, persenjataan dari pihak luar yang telah disiapkan dan
tinggal menunggu perintah dalam daerah-daerah tersebut.
Lantas, siapa arsitek separatisme
ini? Tentu saja kelompok Hawkish di dalam pemerintahan AS. Mereka adalah
kumpulan orang-orang Zionis Kristen dan tentu saja Zionis Yahudi dan Israel.
Orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap Islam dan akan berupaya
penuh agar Islam tak akan bangkit lagi karena jika Islam bangkit pasti akan
mengganti kepemimpinan sekaligus menghancurkan segala rencana busuk mereka atas
seluruh negeri Islam di dunia. Data proyek Balkanisasi dan separatisme di Aceh
ini penulis kutip dari buku “Lobi Zionis dan Rezim Bush: Teroris Teriak
Teroris” (Hikmah: 2006), hal. 123-124.
Seperti kita ketahui bersama,
negeri Paman Sam tersebut hingga saat ini masih dikuasai oleh Zionis Yahudi.
Dan yang paling banyak penduduk Yahudinya adalah di kota New York. Sehingga tak
salah jika orang-orang Yahudi tersebut menyebut kota ini sebagai “the New
Yerussalem.” Dan misi Zionis Yahudi ini adalah seperti yang tertulis pada
lembaran belakang uang satu Dolar AS, yakni Novus Ordo Seclorum atau The New
World Order (Tata Dunia Baru). Yaitu mendirikan Negara Israel Raya dan setelah
negara Israel terbentuk maka misi terakhir mereka adalah mendirikan kembali
Kuil atau Haikal Sulaiman di dalam negeri tersebut untuk dijadikan sebagai
tempat bertahtanya kembali seorang Kristus (bukan istilah untuk Yesus), raja
yang telah lama dinanti-nantikan oleh mereka.
Dunia saat ini pun sedang mereka
giring ke arah sana. Apakah Aceh dan umumnya Indonesia juga menjadi target
incaran mereka untuk dijadikan basis gerakan The New World Order (Tata Dunia
Baru) tersebut? Entahlah, yang jelas misi ke arah sana pasti ada dan tentunya
masih sangat terbuka lebar.
Penulis: Abdul Fatah; TTL:
Sabang, 10 Oktober 1989; Mahasiswa Jurusan Perpustakaan dan Komunikasi Fakultas
Adab IAIN Ar-Raniry Banda Aceh; Email: abdul.fatah446@gmail.com; Blog:
notmisterjeckyll.wordpress.com.
Daftar Referensi:
Rizki Ridyasmara, Fakta Data Yahudi di
Indonesia Era Reformasi, Pustaka Al-Kautsar, 2008.
Rizki Ridyasmara, Gerilya Salib di
Serambi Mekkah, Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim
Bush: Teroris Teriak Teroris, Hikmah, 2006.
ZA Maulani, Zionisme: Gerakan
Menaklukan Dunia, Daseta, 2002.
Tabloid Kontras, Jejak Berdarah
Yahudi, 2009.
Tabloid Intelijen, Pelabuhan Bebas
Sabang Lahan Operasi Intelijen Hawk Eye (Artikel), 27 Maret-9 April 2008.
Modus Aceh, Ambisi Amerika “Menguasai”
Aceh, Februari 2008.
Antara.co.id, Irwandi: George Soros
akan Berinvestasi di Aceh, 12 September 2007.
Sabili, Penguasa Zionis Masuk Aceh
(Artikel), 18 Oktober 2007.
Eramuslim.com, Siapa Sebenarnya
Suharto? (bagian 6), 25 Desember 2008.
Eramuslim.com, Siapa Sebenarnya
Suharto? (bagian 7), 4 Januari 2009.
Eramuslim.com, Siapa Sebenarnya
Suharto? (bagian 8), 9 Januari 2009.
Eramuslim.com, Sukarno, Megawati dan
Islam (bagian 5), 12 Maret 2009.
Eramuslim.com, Sukarno, Megawati dan Islam (bagian 6), 20
Maret 2009.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar