Jurnalis Independen: Jika diperhatikan, ada banyak
persamaan apa yang terjadi di Negara Mesir saat pemerintahan Presiden Muhammad
Mursi dengan yang terjadi pada pemerintah Indonesia saat era Presiden Pertama
Soekarno.
Dua pemimpin yang terpaut jauh
baik dari sisi tempat maupun waktu, namun memiliki kharisma yang mencengangkan
dunia, khususnya dunia barat yang imperialis, kapitalis dan anti islam.
Presiden Soekarno maupun Presiden
Mesir Mohammad Mursi, sama-sama memiliki kecintaan kepada bangsa dan negaranya,
begitu tinggi. Mereka, tidak mau bangsa dan negranya menjadi boneka bagi dunia
barat yang kapitalis, imperialis dan anti islam.
Kecintaan kepada bangsa, Negara
dan rakyatnya ini, membuat pemimpin baik Soekarno maupun Muhammad Mursi, tidak
mau didekte oleh bangsa manapun, termasuk Amerika Serikat maupun Israel ( jaman
Presiden Mursi, Negara Israel telah begitu kuat dan memainkan peranan zionisnya
di pentas politik dunia, termasuk Timur Tengah). Soekarno dan Mursi hanya mau
hidup dan berdiri tegak di kaki sendiri, dengan semangat BERDIKARI!
Indonesia era Soekarno, sangat
gigih menentang gagasan dan tekanan AS dengan konsep Marshall Plan nya. Dimana konsep
ini hanya akan menguntungkan kaum kapitalis, imperialis (sekarang tambah
Zionis).
Soekarno pada menjelang akhir
hayatnya setelah dikudeta oleh militer dibawah komando Mayor Jendral Soeharto,
juga mengatakan bahayanya bisnis militer yang hendak diterapkan oleh Soeharto
yang sukses mengkudeta dirinya dengan bantuan CIA AS. Kegamangan Soekarno ini
ditulisnya dalam Amanat Akhir Soekarno.
Berikut beberapa alinea Amanat Akhir
Soekarno:
Bahwa usaha mewujudkan kemakmuran dan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia pasti akan menjadi hayalan belaka, jika
kita menelan mentah-mentah praktek ekonomi pasar yang kapitalistik, yang
diselimuti dan dibungkus dengan apik dengan propaganda utang luar negeri,
sebagaimana dikonsepkan dalam Marshall Plan.
Ini berarti bahwa kemakmuran dan
keadilan rakyat Indonesia cuma bisa dibangun dengan filsafat Berdiri Diatas
Kaki Sendiri, dengan semangat Berdikari.
Karena itulah perekonomian Indonesia
harus dibebaskan dari semua bentuk ketergantungan pada negara-negara lain
terutama kepada negara-negara industrialis yang kapitalis. Sadarilah bahwa awal
masa penjajahan dimulai oleh VOC, oleh kaum industrialis kapitalis. Mereka
sekarang berusaha sekuat tenaga melakukan penjajahan baru melalui utang luar
negeri.
Aku cemas dan prihatin akan masa depan
perekonomian Indonesia, kalau para Jendral Angkatan Darat bersedia memakmurkan
Indonesia dengan racun utang luar negeri. Karena pada ujung perjalanannya nanti
utang luar negeri itu akan membuat Demokrasi Indonesia terjerumus dalam jurang
kediktatoran.
Hal yang sama juga terjadi di
Mesir sejak era Presiden Husni Mubarak. Militer Mesir, berkecimpung dalam semua
bisnis dan memiliki posisi kunci dalam setiap perusahaan.
Terpilihnya Mursi sebagai
Presiden Mesir secara demokrasi atas bantuan Ikhwanul Muslimin (IM) dan hendak menyingkirkan
peranan militer dalam hal penguasaan ekonomi yang menguasai berbagai perusahaan, membuat kalangan militer
mati kutu. Hal inilah yang menjadi alasan utama pihak melakukan kudeta. Tentu saja
dengan dikompor-kompori oleh AS dan Israel.
Jika Presiden Mursi berhasil
menguasai ekonomi untuk rakyatnya, militer Mesir yang menjadi antek kapitalis,
imperialis dan zionis, tak akan bisa mengobok-obok Negara Mesir. Pokok permasalahan ini disampaikan IM Mesir
dalam rilisnya yang dikeluarkan pada 30 Oktober lalu, tentang alasan mengapa militer
mengkudeta Presiden Mursi dengan bantuan AS dan Israel.
Dari rilis tersebut, jelas bahwa
Presiden Mursi menjadi penghalang bagi penguasaan Mesir oleh tangan-tangan
jahat Negara imperialis, kapitalis dan zionis. Maka untuk itu, kudeta militer dilakukan
oleh Jendral Abdel Fatah Sisi dan para perwira elit militer, atas dukungan dan
sokongan moril maupun materiil dari AS dan Israel. Bandingkan dengan kudeta
yang dilakukan oleh Soeharto di Indonesia atas Presiden Soekarno yang gigih
menolak Marshall Plan.
Setelah Jendral Abdel Fatah Sisi
berhasil menguasai Mesir, bantuan datang dari segala penjuru, termasuk Arab
Saudi, Uni Eropa, AS. Israel dan Negara yang membenci Islam, Ikhwanul Muslimin
dan Mursi. Bandingkan dengan masa orde baru, setelah Soeharto sukses “membunuh
Soekarno”.
Setelah lengsernya Soekarno, para
pendukungnya diburuh, dibunuh partai pendukungnyapun diberangus habis tanpa
pengadilan. Bandingkan dengan Ilhwanul Muslimin, Mursi dan pendukungnya saat
ini. Mereka semua diberangus di Mesir bahkan di Timur Tengah maupun dunia. Jika
pendukung Soekarno saat itu mendapat stempel sebagai PKI (Partai Komunis
Indonesia), maka Ikhwanul Muslimin mendapat lebel TERORIS!
Dalam salinan yang didapatkan
oleh Aljazeera, Ikhwanul Muslimin mengungkapkan bahwa aktivitas ekonomi Mesir
yang berada di bawah kekuasaan para jendral senior menjadi alasan kuat kubu
militer melakukan kudeta.
Sejak Revolusi tahun 1952 yang
dilakukan oleh Jendral Gamal Abdul Naser, jabatan publik selalu berada di dalam
kekuasaan perwira elit militer, merekalah yang secara tidak langsung menjalankan
aktivitas kenegaraan hingga Husni Mubarak di lengserkan.
Selain itu, para perwira militer
Mesir juga menguasai hampir setengah aktivitas perekonomian negara, sekitar 40%
volume ekonomi Mesir dikuasai oleh para perwira elit militer melalui bisnis
bawah tanahnya.
Hal inilah yang mengakibatkan
ketakutan bagi para perwira senior di tubuh Angkatan Bersenjata Mesir jika
Muhammad Mursi tetap menjabat sebagai militer.
Pernyataan ini sekaligus
membantah anggapan barat mengenai ketakutan mereka terhadap Ikhwanul Muslimin
yang dianggap sebagai organisasi yang akan mengembalikan emperor islam, dan
akan membuat jurang konflik antara pihak militer dengan Ikhwan semakin melebar
diantara keduanya.
Sekali lagi mari kita amati
antara sepak terjang Jendral Abdel Fatah Sisi di Mesir dengan Mayor Jendral Soeharto
di Indonesia. Selain itu kita harus menyimak kembali bunyi Amanat Akhir
Soekarno. Presiden Pertama Soekarno telah melihat bagaimana bahayanya bisnis
militer di negeri ini yang hanya memperhatikan koleganya yaitu, Kapitalis,
Imperialis dan Zionis sebaliknya malah mengorbankan rakyat, bangsa dan negaranya.
Lihatlah selama pemerintahan
Soeharto, maupun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama
dua periode ini. Karenanya, jika nanti rakyat negeri ini memilih presiden non
militer pada 2014, jangan-jangan kudeta itu akan dilakukan kembali oleh militer.
Sebab masih banyak militer negeri ini yang menjadi anteknegara kapitalis,
imperialis maupun zionis.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar