Kamis, 31 Oktober 2013

Kudeta Mayor Jendral Soeharto di Indonesia dan Jendral Al Sisi di Mesir

Jurnalis Independen: Jika diperhatikan, ada banyak persamaan apa yang terjadi di Negara Mesir saat pemerintahan Presiden Muhammad Mursi dengan yang terjadi pada pemerintah Indonesia saat era Presiden Pertama Soekarno.
Dua pemimpin yang terpaut jauh baik dari sisi tempat maupun waktu, namun memiliki kharisma yang mencengangkan dunia, khususnya dunia barat yang imperialis, kapitalis dan anti islam.

Presiden Soekarno maupun Presiden Mesir Mohammad Mursi, sama-sama memiliki kecintaan kepada bangsa dan negaranya, begitu tinggi. Mereka, tidak mau bangsa dan negranya menjadi boneka bagi dunia barat yang kapitalis, imperialis dan anti islam.

Kecintaan kepada bangsa, Negara dan rakyatnya ini, membuat pemimpin baik Soekarno maupun Muhammad Mursi, tidak mau didekte oleh bangsa manapun, termasuk Amerika Serikat maupun Israel ( jaman Presiden Mursi, Negara Israel telah begitu kuat dan memainkan peranan zionisnya di pentas politik dunia, termasuk Timur Tengah). Soekarno dan Mursi hanya mau hidup dan berdiri tegak di kaki sendiri, dengan semangat BERDIKARI!

Indonesia era Soekarno, sangat gigih menentang gagasan dan tekanan AS dengan konsep Marshall Plan nya. Dimana konsep ini hanya akan menguntungkan kaum kapitalis, imperialis (sekarang tambah Zionis).

Soekarno pada menjelang akhir hayatnya setelah dikudeta oleh militer dibawah komando Mayor Jendral Soeharto, juga mengatakan bahayanya bisnis militer yang hendak diterapkan oleh Soeharto yang sukses mengkudeta dirinya dengan bantuan CIA AS. Kegamangan Soekarno ini ditulisnya dalam Amanat Akhir Soekarno.

Berikut beberapa alinea Amanat Akhir Soekarno:
Bahwa usaha mewujudkan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia pasti akan menjadi hayalan belaka, jika kita menelan mentah-mentah praktek ekonomi pasar yang kapitalistik, yang diselimuti dan dibungkus dengan apik dengan propaganda utang luar negeri, sebagaimana dikonsepkan dalam Marshall Plan.

Ini berarti bahwa kemakmuran dan keadilan rakyat Indonesia cuma bisa dibangun dengan filsafat Berdiri Diatas Kaki Sendiri, dengan semangat Berdikari.

Karena itulah perekonomian Indonesia harus dibebaskan dari semua bentuk ketergantungan pada negara-negara lain terutama kepada negara-negara industrialis yang kapitalis. Sadarilah bahwa awal masa penjajahan dimulai oleh VOC, oleh kaum industrialis kapitalis. Mereka sekarang berusaha sekuat tenaga melakukan penjajahan baru melalui utang luar negeri.

Aku cemas dan prihatin akan masa depan perekonomian Indonesia, kalau para Jendral Angkatan Darat bersedia memakmurkan Indonesia dengan racun utang luar negeri. Karena pada ujung perjalanannya nanti utang luar negeri itu akan membuat Demokrasi Indonesia terjerumus dalam jurang kediktatoran.


Hal yang sama juga terjadi di Mesir sejak era Presiden Husni Mubarak. Militer Mesir, berkecimpung dalam semua bisnis dan memiliki posisi kunci dalam setiap perusahaan.  

Terpilihnya Mursi sebagai Presiden Mesir secara demokrasi atas bantuan Ikhwanul Muslimin (IM) dan hendak menyingkirkan peranan militer dalam hal penguasaan ekonomi yang menguasai  berbagai perusahaan, membuat kalangan militer mati kutu. Hal inilah yang menjadi alasan utama pihak melakukan kudeta. Tentu saja dengan dikompor-kompori oleh AS dan Israel.

Jika Presiden Mursi berhasil menguasai ekonomi untuk rakyatnya, militer Mesir yang menjadi antek kapitalis, imperialis dan zionis, tak akan bisa mengobok-obok Negara Mesir.  Pokok permasalahan ini disampaikan IM Mesir dalam rilisnya yang dikeluarkan pada 30 Oktober lalu, tentang alasan mengapa militer mengkudeta Presiden Mursi dengan bantuan AS dan Israel.
    
Dari rilis tersebut, jelas bahwa Presiden Mursi menjadi penghalang bagi penguasaan Mesir oleh tangan-tangan jahat Negara imperialis, kapitalis dan zionis. Maka untuk itu, kudeta militer dilakukan oleh Jendral Abdel Fatah Sisi dan para perwira elit militer, atas dukungan dan sokongan moril maupun materiil dari AS dan Israel. Bandingkan dengan kudeta yang dilakukan oleh Soeharto di Indonesia atas Presiden Soekarno yang gigih menolak Marshall Plan.

Setelah Jendral Abdel Fatah Sisi berhasil menguasai Mesir, bantuan datang dari segala penjuru, termasuk Arab Saudi, Uni Eropa, AS. Israel dan Negara yang membenci Islam, Ikhwanul Muslimin dan Mursi. Bandingkan dengan masa orde baru, setelah Soeharto sukses “membunuh Soekarno”.

Setelah lengsernya Soekarno, para pendukungnya diburuh, dibunuh partai pendukungnyapun diberangus habis tanpa pengadilan. Bandingkan dengan Ilhwanul Muslimin, Mursi dan pendukungnya saat ini. Mereka semua diberangus di Mesir bahkan di Timur Tengah maupun dunia. Jika pendukung Soekarno saat itu mendapat stempel sebagai PKI (Partai Komunis Indonesia), maka Ikhwanul Muslimin mendapat lebel TERORIS!

Dalam salinan yang didapatkan oleh Aljazeera, Ikhwanul Muslimin mengungkapkan bahwa aktivitas ekonomi Mesir yang berada di bawah kekuasaan para jendral senior menjadi alasan kuat kubu militer melakukan kudeta.

Sejak Revolusi tahun 1952 yang dilakukan oleh Jendral Gamal Abdul Naser, jabatan publik selalu berada di dalam kekuasaan perwira elit militer, merekalah yang secara tidak langsung menjalankan aktivitas kenegaraan hingga Husni Mubarak di lengserkan.

Selain itu, para perwira militer Mesir juga menguasai hampir setengah aktivitas perekonomian negara, sekitar 40% volume ekonomi Mesir dikuasai oleh para perwira elit militer melalui bisnis bawah tanahnya.

Hal inilah yang mengakibatkan ketakutan bagi para perwira senior di tubuh Angkatan Bersenjata Mesir jika Muhammad Mursi tetap menjabat sebagai militer.

Pernyataan ini sekaligus membantah anggapan barat mengenai ketakutan mereka terhadap Ikhwanul Muslimin yang dianggap sebagai organisasi yang akan mengembalikan emperor islam, dan akan membuat jurang konflik antara pihak militer dengan Ikhwan semakin melebar diantara keduanya.

Sekali lagi mari kita amati antara sepak terjang Jendral Abdel Fatah Sisi di Mesir dengan Mayor Jendral Soeharto di Indonesia. Selain itu kita harus menyimak kembali bunyi Amanat Akhir Soekarno. Presiden Pertama Soekarno telah melihat bagaimana bahayanya bisnis militer di negeri ini yang hanya memperhatikan koleganya yaitu, Kapitalis, Imperialis dan Zionis sebaliknya malah mengorbankan rakyat, bangsa dan negaranya.

Lihatlah selama pemerintahan Soeharto, maupun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama dua periode ini. Karenanya, jika nanti rakyat negeri ini memilih presiden non militer pada 2014, jangan-jangan kudeta itu akan dilakukan kembali oleh militer. Sebab masih banyak militer negeri ini yang menjadi anteknegara kapitalis, imperialis maupun zionis.@    


Tidak ada komentar: